Amaliah NU dan Dalilnya 1
ii Amaliah NU dan Dalilnya
Sambutan
Ketua Umum Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU)
KH Said Aqil Siradj
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Dzat
yang menciptakan keseimbangan di dua alam,
alam nyata dan alam ghaib, alam fisik dan alam
ruhani. Kepada Allah pula kita meminta petunjuk
dan pertolongan dalam menghadapi serta mensikapi cobaan-cobaan Allah kepada kita di dua alam
tersebut.
Sholawat serta salam selalu tercurah keharibaan Rasulullah SAW yang telah menyebarkan
rahmat Islam kepada seluruh alam. Baik kepada
yang mengimani kerasulannya maupun mereka
yang mengingkarinya. Rahmat Islam hadir kepada
dunia untuk memberikan penerangan dan menyibakkan kegelapan di seluruh alam.
Sebagai warga Nahdliyin yang menjaga
tradisi-tradisi ibadah yang talah dilakukan turun
temurun sejak para wali menyebarkan agama Islam ke Nusantara, kita tentu memiliki banyak tantangan. Terutama dari gerakan wahabisasi yang
akhir-akhir ini semakin marak. Gerakan ini ingin
Amaliah NU dan Dalilnya iii
menghapuskan praktek-praktek ibadah yang telah
diajarkan sejak saman Rasulullah SAW, para sahabat, tabi’in dan seterusnya hingga sampai pada kita
di masa sekarang ini.
Gerakan-gerakan yang ingin menghancurkan praktik-praktik ibadah yang telah menjadi tradisi ini muncul karena khazanah keagamaan mereka
sangat minim. Biasanya, dalam satu, dua, hingga
tiga kali ceramah membahas keagamaan mereka
mungkin penyampaiannya masih bagus. Namun di
ceramah selanjutnya, karena minimnya pengetahuan mereka dan kehabisan bahan ceramah mereka akan kembali berputas di masalah-masalah
bid’ah saja.
Untuk menutupi minimnya pengetahuan,
biasanya mereka menutupinya dengan pakaian
ala Arab. Kita jangan sampai mengira bahwa yang
memakai gamis dan berjenggot itu hanya Nabi Muhammad, Abu Jahal pun juga bergamis dan berjenggot. Jangan sampai kita mudah tertipu dengan
penampilan orang-orang yang belum tentu jelas
pengetahuannya tentang Islam. Misalnya jika perbedaan antara dzikir, wirid dan doa saja tidak tahu,
lalu mereka kemudian mengangapnya sebagai
bid’ah, yang seperti ini tidak boleh diikuti.
Padahal sebenarnya, jika memiliki ilmu yang
cukup, mereka dapat menerangkan bahwa dzikir
adalah apa pun yang membuat kita ingat kepada
iv Amaliah NU dan Dalilnya
Allah. Dzikir itu taqarrub (mendekat, red) kepada
Allah. Lalu doa adalah kegiatan ibadah atau penghambaan kepada Sang Khaliq. Dalam doa kita mengajukan permohonan kepada Allah. Sedangkan
wirid adalah membaca atau menjalankan bacaan
tertentu untuk mendapatkan emanasi dan iluminasi. Jadi ketiganya dapat dijelaskan berbeda-beda
jika mereka punya ilmu.
Sedangkan ilmu hikmah dan tashawwuf
juga berbeda, meski dalam beberapa hal sepertinya sama. Ilmu hikmah adalah menjalankan sesuatu untuk memperoleh sesuatu. Bahkan kitabnya
ada sendiri, seperti Syamsul Ma’arif dan Mujarrobat. Tokohnya seperti Imam al-Buni. Sedangkan
tashawwuf adalah proses mencari kedudukan hati.
Tashawwuf adalah jalan menuju taubat, wara’, dan
zuhud.
Dengan demikian, dalam memahami Islam
tidak bisa ditempuh dalam waktu yang singkat.
Karena ilmu di dalam Islam sangatlah luas. Jika Islam dipelajari dengan cara cepat saji seperti mie instan maka hasilnya adalah pemahaman Islam yang
sangat dangkal. Sehingga ujung-ujungnya semua
akan dibid’ah-kan dan malah dikafirkan atau dimusyrikkan. (naudzubillah min dzalik).
Karenanya, saya sangat menyambut baik
terbitnya buku ini. Semoga dapat menjadi rujukan
bagi para kiai di masjid-masjid Nahdliyin. Sehingga
Amaliah NU dan Dalilnya v
ummat tidak lagi mudah terpengaruh oleh profokasi-profokasi kelompok wahabi yang ingin menghilangkan tradisi-tradisi NU.
Saya berharap buku-buku seperti ini dapat
terus diterbitkan dan terus disempurnakan untuk
bisa dijadikan sebagai pegangan kia-kiai NU dalam
menyampaikan dakwah dan memberikan pengarahan kepada umat.
vi Amaliah NU dan Dalilnya
KATA PENGANTAR
RAIS SYURIAH PBNU
KH. Masdar Farid Mas’udi
Satu lagi buku perihal Hujjah Amaliyah Nahdliyiah muncul dan beredar untuk umat yang memerlukannya. Kalau dikumpulkan dan dihitung, selama kurun waktu tidak sampai 10 tahun terakhir,
telah ditulis dan terbit hampir seratusan buku sejenis, dengan judul dan penulis yang berbeda-beda.
Rasanya buku seperti ini tidak akan muncul
kalau tidak ada orang ahli jidal yang menggugat-gugat keabsahan amaliyah Nahdliyian secara Syar’ie.
Disangkanya, amaliyah Nahdliyah tidak memiliki
landasan Qur’an maupun hadits-hadist Rasulullah
SAW, secara langsung (manthuqiy) maupun tidak
langsung (mafhumiy) yang lebih rinci, dan karenya
dituding sebagai kebid’ahan semata. Ternyata, dengan penerbitan buku-buku seperti ini, semua tuduhan itu terbukti hanya isapan jempol dan fitnah belaka.
Memang diakui, tradisi keilmuan pesantren
melalui kitab-kitab Fiqh yang menjadi acuan Nahdliyin tidak terlalu mengedepankan dalil-dalil naqli
Al-Qur’an dan Hadits dalam menjelaskan ajaran-
Amaliah NU dan Dalilnya vii
ajaran praktis (amaliyah) sehari-hari. Mengapa?
Karena para ulama yang menulisnya (muallif) lebih
memposisikan diri sebagai guru atau pembimbing
umat yang kebanyakan awam katimbang memposisikan diri sebagai professor yang hendak menggugah pemikiran dan penalaran para mahasiswanya.
Disamping itu, menghadirkan dalil Qur’an
atau Hadits asal comot lepas dari konteksnya, dan
memaknainya secara harfiyah akan melahirkan
distorsi makna. Bahkan ketika kita memilih satu
teks ayat atau hadits tetentu, sebenarnya ada pertanyaan teroritik yang harus dijawab secara jujur:
kenapa dalam issu (qadliyah) tertentu seseorang
memilih ayat ini, bukan ayat itu; atau kenapa merujuknya keada hadits ini bukan hadits itu?
Walhasil, ketika para kyai atau ulama kita
dalam menyampaikan piwulang-piwulangnya tidak selalu dengan menyertakan dalil Qur’an atau
Hadist Nabi bukan karena tidak adanya nash yang
dimaksud, melainkan lebih untuk menghindari
kebingungan yang tidak diperlukan bagi awam.
Buktinya dalam karya kitab-kitab induk yang lebih
meruopakan konsumsi akademis, para ulama kita
juga tidak kekurangan ayat atau Hadits untuk dihadirkan. Pada saat yang sama para ulama kita sadar bahwa yang paling asasi dalam beribadah bukan pada bentuknya melainkan pada kekhusukan
dan keiklasan kita dalam menjalankannya semata
viiiAmaliah NU dan Dalilnya
karena Allah SWT.
Dimana-mana, di semua tradisi umat beragama, ketika orang terlalu fanatik dengan teks
(nash) absolute keagamannya ditambah pemahaman harifyah yang lepas dari konteks nash itu
sendiri hadir, selalu menimbulkan sikap tatharruf
(ekstrim atau berlebihan) dan sikap intoleran terhadap orang lain, dengan penuh klaim kebenaran
hanya bagi dirinya sendiri.
Satu contoh misalnya, soal syarat menghadap kiblat (istiqbalul qiblat) dalam solat. Mengacu
kepada kitab-kitab Fqih, para ulama kita mengatakan bahwa bagi kita orang Indonesia menghadap kiblat cukup dengan mengarahkan dada/
muka kita ke arah Barat sedekit ke utara. Tidak ada
kewajiban untuk menemukan arah yang 100% persis ke Masjidil Haram atau Ka’bah. Karena hal itu
hampir-hampir mustahil kecuali mereka yang salat
di Masjid Haram.
Tapi karena pemahaman yang begitu harfiyah, ada sekelompok orang yang mengharuskan
setiap kita dalam salat secara persis menghadap
ke Ka’bah. Bahkan lebih dari itu, yang harus menghadap kiblat bukan saja orang yang salat, bahkan
bangunan tempat salat (Mushalla atau Masjid) pun
demikian. Masjid dan Musahlla yang tidak peris
menghadap kiblat harus dirobohkan. Dan ironisnya
hal itu diklaimnya sebagai Pencerahan dalam Bera-
Amaliah NU dan Dalilnya ix
gama.
Seharusnya semua kita menyadari bahwa
ibadah, khususnya salat, konsep dasarnya adalah
penyerahan diri penuh kerendahan hati kepada Allah SWT, jauh dari sikap sombong dan klaim bahwa
kebenaran seolah hanya miliknya sambil menuding
orang lain sebagai domba-domba yang sesat. Peringatan Al-Qur’an (Al-Ma’un) sungguh wajib selalu
kita hayati :
” .... Celakalah orang-orang yang salat, tapi lupa
akan hakikat salatnya (sebagai penyerahan diri kepada Allah dengan penuh kerendahan hati); merekalah yang menyombongkan diri (sebagai yang
paling benar), dan memboikot pertolongan kepada
orang lain (yang berbeda keyakinan dan tatacara
ibadah atau salatnya)”
Semoga penerbitan buku ini dapat menambah keyakinan dan kekhusyukan warga Nahdliyin
sebagai tertuduh yang selalu direndahkan, sekaligus dapat mencegah berulanganya dosa orang lain
yang selalu menuduh dan merendahkan. Wallahu
a’lam bis shawab !
Jakarta; Shafar 1432 / Januari 2011
KH. Masdar Farid Mas’udi
Rois Syuriah PBNU
x Amaliah NU dan Dalilnya
KATA PENGANTAR
PENGURUS PUSAT
LEMBAGA TA’MIR MASJID
NAHDLATUL ULAMA
Oleh KH.Abdul Manan Abdul Ghani
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulilahi rabil ‘alamin, segala puji dan
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penyusunan buku “Amaliyah keseharian NU dan Dalil-dalilnya” dapat di terbitkan oleh Pengurus Pusat Lemabag Takmir Masjid
Nahdlatul Ulama (PP LTM-NU) masa khidmat 2010-
2011.
Buku ini merupakan salah satu wujud dari
sekian upaya Nahdlatul Ulama (NU) dalam ikhtiar
meyakinkan para pengikutnya, bahwa tidak ada
yang perlu diragukan aatau disangsikan atas amaliyah keseharian Nahdlatul Ulama(NU). Ketahuilah,
bahwa amaliah diniyah warga NU merupakan
amaliyah keseharian mayoritas masyarkat Indonesia, bahkan masyarakat muslim dunia penganut
paham ahlusunnah wal Jama’ah. Namun belakangan ini warga nahdliyin merasa terusik oleh penaf-
Amaliah NU dan Dalilnya xi
siran dangakal kelompok-kelompok dakwah yang
mengatasnamakan pemurnian ajaran Islam-Wahabisme. Dimana amaliah keseharian NU oleh mereka dianggap “bid’ah dlolalah”. Sedangakan “bid’ah
dlolalah tempatnya di neraka. Astaghfirullah…
Mereka memprovokasi kata “bid’ah” kepada organisasi massa tebesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), terutama menyakut amaliah
diniyah keseharian para pengikutnya. Maka, untuk
lebih memahami amaliyah keseharian NU, buku
ini memuat penjelasan tentang apa dan mengapa
amaliah itu dilakukan, serta di lengkapi dengan dalildalil yang shohoh dan akurat. Diharapkan buku ini
dapat membantu para kader NU dan tak’mir masjid
nahdliyyin dalam rangka tetap istiqomah mengamalkan, melestarikan, serta meningkatkan amaliah
Ahlulsunnah Wal-Jama’ah ‘ala Thoriwoh Nahdlatul
Ulama.
Perlu diingat kembali, bahwa ketika Islam
masuk Indonesia lewat Walisongo, Islam begitu ramah menyapa masyarakat local. Tidak ada tindakan
anarkis dan frontal melawan tradisi masyarakat local. Kecangihan walisongo mengakomodasi budaya
setempat didalam ajaran-ajaran Islam, menampakan hasil yang luar biasa. Pada masyarakat local yang
tadinya menjadi penganut kuat ajaran dinamisme
dan animism, pelan-pelan mereka berbondongbondong menghadiri majelis-majelis dakwah yang
diselengarakan Walisongo.
xii Amaliah NU dan Dalilnya
Meraka hadir bukan karena dipaksa, tapi
karena sadar bahwa ajaran Islam sangat simpatik
dan patut diikuti. Itu hasil kreasi Walisongo yang
patut diapresiasi. Islam adalah agama yang mampu
berakumulasi, bahakan hamper bisa dikatakan takpernah bermasalah dengan budaya local. Bahkan
budaya local bisa di desain ulang atau dimodifikasi
dengan tampilan yang elegan menurut syara’ dan
lebih berdayaguna demi meningkatkan kesejahteraan hidup. Tak heran bila kemudian muncul acara
Tahlil, Yasinan, Tiba’an-Berzanji, bertawasshul, Ziarah Kubur dll. Dimana dalam kaidah fikih hal itu
dikatakan, “al-Adah Muhakkamah ma lam yukhalif
al-Syar” (tradisi diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan dasar-dasar syariah)
Bahkan menurut imam syafi’I yang dinukil
oleh imam baihaqi dalam kitabnya “manaqib assyafi’I”, bahwa bid’ah dibagi menjadi dua macam.
Yaitu bid’ah yang bertentangan dengan al-qur’an,
sunnah, atsar dan ijma’ ulama, dan ini adalah bid’ah
yang tercela. Sedangkan jenis yang kedua adalah
bid’ah yang tidak bertentangan dengan dasardasar agama tersebut di atas, dan ini adalah bid’ah
hasanah. (lihat, Ibnu Hajar al-‘asqolani “Fathul
Bari”,juz.20,hal.330).
Dengan demikian tidak ada lagi yang perlu
diragukan atas amaliah NU karena sesuai dengan
dasar-dasar agama seagaimana tersebut di atas.
Amaliah NU dan Dalilnya xiii
Semoga kehadiran buku yang sangat sederhana ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya
warga ahlussunnah wal jama’ah ‘ala thariqati nahdlatil ulama
Akhirnya pengurus pusat lembaga ta’mir
masjid nahdlatul ulama (pp ltm nu) masa khidmat
2010 – 2015 mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu tersusunnya
buku ini, khususnya PT Antares yang menanggung
penuh terbitnya buku ini. Atas semua itu semoga
Allah s.w.t. membalasnya dengan pahala berlipat
ganda. Amin.
Jakarta , 15 safar 1432 H
21 januari 2011 M
Amaliah NU dan Dalilnya 1
I
ANTARA SUNNAH DAN BID’AH
Menurut para ulama’ bid’ah dalam ibadah dibagi
dua: yaitu bid’ah hasanah dan bid’ah dhalalah. Di
antara para ulama’ yang membagi bid’ah ke dalam
dua kategori ini adalah:
1. Imam Syafi’i
Menurut Imam Syafi’i, bid’ah dibagi dua; bid’ah
mahmudah dan bid’ah madzmumah. Jadi bid’ah
yang mencocoki sunnah adalah mahmudah, dan
yang tidak mencocoki sunnah adalah madzmumah.
2. Imam al-Baihaqi
Bid’ah menurut Imam Baihaqi dibagi dua; bid’ah
madzmumah dan ghoiru madzmumah. Setiap
Bid’ah yang tidak menyalahi al-Qur’an, Sunnah, dan
Ijma’ adalah bid’ah ghoiru madzmumah.
3. Imam Nawawi
Bid’ah menurut Imam Nawawi dibagi menjadi dua;
bid’ah hasanah dan bid’ah qobihah.
4. Imam al-Hafidz Ibnu Atsir
2 Amaliah NU dan Dalilnya
Bid’ah dibagi menjadi dua; bid’ah yang terdapat
petunjuk nash (teks al-Qur’an/hadits) di dalamnya,
dan bid’ah yang tidak ada petunjuk nash di dalamnya. Jadi setiap bentuk bid’ah yang menyalahi kitab
dan sunnah adalah tercela dan harus diingkari.
Akan tetapi bid’ah yang mencocoki keumuman
dalil-dalil nash, maka masuk dalam kategoti terpuji.
Lalu bagaimana dengan hadits kullu bid’atin dzolalatin..?
Berikut ini adalah pendapat para ulama’:
1. Imam Nawawi
Hadits di atas adalah masuk dalam kategori ‘am
(umum) yang harus ditahshis (diperinci).
2. Imam al-Hafidz Ibnu Rojab
Hadits di atas adalah dalam kategori ‘am akan tetapi yang dikehendaki adalah khosh (‘am yuridu bihil
khosh). Artinya secara teks hadits tersebut bersifat
umum, namun dalam pemaknaannya dibutuhkan
rincian-rincian.
Amaliah NU dan Dalilnya 3
II
TAWASUL DAN ISTIGHOTSAH
Tawasul adalah salah satu jalan dari berbagai jalan
tadzorru’ kepada Allah. Sedangkan Wasilah adalah
setiap sesuatu yang dijadikan oleh Allah sebagai
sabab untuk mendekatkan diri kepadanya. Sebagaimana firmannya :
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan
diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya,
supaya kamu mendapat keberuntungan. (Q.S.alMaidah.35).
Adapun istighotsah adalah meminta pertolongan kepada orang yang memilikinya, yang pada
hakikatnya adalah Allah semata. Akan tetapi allah
membolehkan pula meminta pertolongan (istighotsah) kepada para nabi dan para walinya.
4 Amaliah NU dan Dalilnya
Dalil-dalil Tawasul Dan Istighosah
Diperbolehkanya tawasul dan istighosah ini oleh
ulama salaf tidaklah terjadi pertentangan. Karena
dalam tawasul itu sendiri seseorang bukanlah meminta kepada sesuatu yang dijadikan wasilah itu
sendiri, akan tetapi pada hakikatnya meminta kepada Allah dengan barokahnya orang yang dekat
kepada Allah, baik seorang nabi, wali maupun
orang-orang sholeh dan juga dengan amal sholeh.
Artinya:
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (Q.S. AlBaqoroh: 45)
Dan nabi bersabda :
Artinya :
Ya Allah berikanlah kepada kami hujan yang memberikan pertolongan. (HR. Bukhori /967,968)
Dalil tentang kebolehan bertawasul dengan amal
Amaliah NU dan Dalilnya 5
sholeh ini sangat masyhur karena telah diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori, Muslim dan Ahmad.
Yaitu hadist tentang tiga orang dari Bani Israil yang
terjebak dalam goa dan kemudian bertawasul dengan amal sholehnya masing-masaing agar selamat.
Ini adalah penjelasan tentang tawasul dengan amal
sholeh.
Sebagaimana diperbolehkan tawasul dengan amal
sholeh, tawasul dengan orang-orang sholehpun
diperbolehkan, karena pada hakekatnya bukan
orangnya yang dijadikan tawasul tetapi amalnya.
Sebab seseorang tidak dikatakan sholeh ketika tidak melakukan amalan-amalan baik.
Berikut ini adalah dalil-dalil yang menjelaskan tentang kebolehan wasilah.
Dalil al-Qur’an
Surat al-Maidah ayat 35
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan
diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya,
supaya kamu mendapat keberuntungan. (Q.S.al-
6 Amaliah NU dan Dalilnya
Maidah.35).
Surat al-Isro’ ayat 56
Artinya:
Katakanlah: “Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan)856 selain Allah, maka mereka tidak
akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan
bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya.” (QS. Al-Isro’: 56)
Surat al-Qoshosh ayat 15
Artinya:
Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah1116, maka didapatinya di
Amaliah NU dan Dalilnya 7
dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi;
yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan
seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir’aun). Maka
orang yang dari golongannya meminta pertolongan
kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari
musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: “Ini adalah perbuatan
syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).
(QS. Al-Qoshosh: 15)
Surat al-Baqoroh ayat 248
Artinya:
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
“Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah
kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat
ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu
dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang
8 Amaliah NU dan Dalilnya
beriman.(QS. Al-Baqoroh: 248)
Surat al-Anfal ayat 9
Artinya:
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu:
“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang
datang berturut-turut”.(QS. Al-Anfaal: 9)
Surat an-Nisa’ ayat 63
Artinya:
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah
mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah
mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka
perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. (QS.
Al-Anfaal: 43)
Amaliah NU dan Dalilnya 9
Dalil-dalil dari hadits
Diriwayatkan dari sahabat ali karomallahu wajhah,
bahwa rasulullah Muhammad s.a.w ketika menguburkan Fatimah binti Asad, ibu dari sahabat Ali bin
Abi Thalib, beliau berdoa :
Artinya:
Ya Allah dengan hakku dan hak-hak para nabi sebelumku, Ampunilah dosa ibuku dan orang-orang
setelah kau ampuni ibu kandungku. (HR.Thobroni,
Abu Naim, dan al-Haitsami) dan lain-lain.
10 Amaliah NU dan Dalilnya
III
Tawasul dan Istighotsah dengan
Orang yang telah Meninggal
Dunia
Sebelum menjelaskan tentang dalil-dalil tentang
kebolehan istighotsah dan wasilah atau tawasul
terhadap orang yang telah meninggal dunia, ada
baiknya terlebih dahulu diajukan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini :
• Apakah orang yang meninggal dunia dalam
kuburnya tetap hidup sehingga kita bias
bertawasul dan istighotsah terhadapnya ?
• Apakah di dalam kubur mereka dapat
mendenganr istighotsah dan wasilah kita ?
• Dan apakah mereka dapat memberikan
pertolongan kepada kita ?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas adalah
Ya, dalam artian bahwa mereka di dalam kuburnya
tetap hidup, dapat mendenganr dan memberikan
pertolongan kekpada orang-orang yang tawasul
terhadapnya.
Amaliah NU dan Dalilnya 11
Di bawah ini adalah dalil-dalil al-qur’an yang menguatkannya.
Surat al-imron ayat 169
Artinya:
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang
gugur di jalan Allah itu mati akan tetapi mereka itu
hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (QS.
Ali Imron: 169)
Surat al-baqoroh ayat 154
Artinya:
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orangorang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu )
mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi
kamu tidak menyadarinya. (QS. Al-Baqoroh:154)
Dan lain-lain
Adapun dalil-dalil dari hadis adalah sebagai berikut :
12 Amaliah NU dan Dalilnya
Artinya:
Dari Abu Huroiroh RA. Sesungguhnya Rasulullah
SAW bersabda: Tidak seorang pun memberikan
salam kepadaku kecuali Allah mengembalikan ruh
ku kepadaku, hingga aku membalas salamnya. (HR.
Abu Dawud dan Ahmad)
Berikut ini adalah pendapat para ulama’ tentang
tawasul dan istighotsah.
Syeh Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri gerakan Wahabiah.
Di dalam kitabnya “al-Muwajjahah li ahlil qoshim..”
syeh Muhammad bin Abdul Wahab mengatakan
bahwa : sesungguhnya sulaiman bin suhaim telah
menyandarkan pendapat-pendapat yang tidak
pernah saya katakana, di antaranya adalah : saya
mengkafirkan orang-orang yang bertawasul terhadap orang sholih, dan saya, katanya, mengkafirkan syeh Al-Bushoiry, dan telah membakar kitab
Dalailul Khoirot. jawaban saya atas tuduhan di atas
adalah, bahwa itu merupakan kebohongan yang
Amaliah NU dan Dalilnya 13
besar.
Syeh Muhammad bin Abdul Wahab juga pernah
ditanya pendapatnya tentang masalah istisqo’, dia
menjawab bahwa, di dalam sholat istisqo’ tidak
ada masalah diselingi dengan tawasaul kepada
orang-orang sholih. Inilah sebagian pendapat syeh
Muhammad bin Abdul Wahab tentang kebolehan
tawasul13.
Syeh Ibnu Taimiyah.
Syeh Taqiyudin ibnu Taimiyah pernah ditanya
pendapatnya tentang boleh tidaknya tawasul kepada nabi Muhammad s.a.w. lalu beliau menjawab,
“Alhamdulillah, bahwa yang demikian itu dianjurkan menurut kesepakatan kaum muslimin”14.
Syeh Muhammad Nashirudin al-Albani
Al-Albani menuturkan bahwa diperbolehkan tawasul dengan asma’ dan sifat Allah, dengan perbuatan baik kita sendiri dan dengan amal-amal orang
sholih. Al-Albani juga mengatakan bahwa tawasul
itu disyariatkan atas dasar nash al-Qur’an dan alHadits dan secara terus menerus diamalkan oleh
Salafusholih dan disepakati oleh kaum muslimin15.
Imam Ahmad bin Hambal.
13. Rasail syeh Muhammad bin abdul wahab, hal.12
14. Ibnu Taimiyah “Fatawa al-Kubro”, juz.1,hal.140
15. Nashirudin al-albani “syarah aqidah thohawiyah”,hal.46
14 Amaliah NU dan Dalilnya
Imam Ahmad al-Maruzi berkata, bahwa Imam Ahmad bin Hambal dalam setiap doanya selalu bertawasul kepada nabi Muhammad s.a.w16.
Imam Malik bin Anas
Kholifah al-Mansur bertanya kepada imam Malik
bin Anas ketika sedang ziyaroh ke makam nabi Muhammad bersamanya, “wahai imam apakah saya
harus menghadap kiblat kemudian berdoa, ataukah menghadap makam rosul lalu berdoa ?.””imam
Malik kemudian menjawab “jangan pernah kau
pallingkan wajahmu dari makam Rasul, karena
dia adalah wasilahmu dan wasilahnya bapakmu,
Adam, kepada Allah. Menghadaplah kepadanya
dan mintalah syafaat kepada-Nya maka Allah akan
memberikan pertolongan kepadamu karenanya.17
Imam Taqiyudin as-Subki
Imam Taqiyudin abu Hasan as-Subki berkata : ketahuilah bahwa diperbolehkan bahkan dianggap
baik melakukan tawasul, istighosah dan meminta
syafaat kepada allah dengan perantaraan nabi Muhammad s.a.w. beliau juga berkata, bahwa tawasul
kepada nabi adalah boleh secara mutlak, sebelum
nabi diciptakan maupun setelah diciptakan, ketika
masih hidup maupun setelah wafatnya.18
16. Yusuf Hathar “al-mausu’ah al-yusufiah”,hal.118
17. Ibnu hajar “jauharul mundzim”.
18. As-subki “kitab syifa’ul asqom”,hal.161
Amaliah NU dan Dalilnya 15
Imam as-Syaukani
Imam Ali as-Syaukani berkata, bahwa tawasul kepada nabi itu boleh dilakukan ketika hidupnya
maupun setelah matinya, di dekatnya maupun ketika jauh darinya. Begitu juga boleh tawasul dengan
selain nabi Muhammad s.a.w. dengan dasar ijma’
sahabat, yaitu ijma’ sukuti . sebagai dasar atas adanya ijma’ ini adalah diamnya para sahabat ketika
Umar bin Khothob berdoa dengan tawasul terhadap Ibnu Abbas dan dengan orang-orang sholih
atas amal-amal mereka. Hal ini telah diceritakan
oleh imam Tirmidzi dalam kitab “Ad-da’wat”, Ibnu
Majah dalam “Sholatul hajat”, al-Bukhori dan Ibnu
Khuzaimah.19
Imam Syihabudin ar-Romli
Imam Syihabudin ar-Romli as-Syafi’i berkata: bahwa sesungguhnya istighosah dan tawasul dengan
para nabi dan rosul, para wali dan orang-orang
sholeh adalah diperbolehkan.20
Imam Ibnu Muflih al-Hambali
Imam Ibnu Muflih al-Hambali telah berfatwa atas
bolehnya tawasul dengan orang-orang sholeh. Bahkan hukumnya mustahab.
21
19. Saukani “tuhfatudzakirin”,hal.37
20. Yusuf Hathar “al-mausu’ah al-yusufiah”,hal.120
21. Ibid
16 Amaliah NU dan Dalilnya
Syeh Yusuf an-Nabhani
Syeh Yusuf an-Nabhani berkata, bahwa mayoritas
umat Muhammad dari kalangan ahli hadits, ahli
fiqh, mutakallimun, dan kalangan ahli tashawuf,
baik orang-orang khos maupun awam, semuanya
sepakat atas baiknya istighosah dan tawasul kepada
nabi untuk mencapai tujuan duniawi dan uhrowi.
Demikianlah pendapat para ulama’ mengenai kebolehan bahkan kesunnahan melakukan tawasul
dan istighosah kepada para nabi, rasul, dan kepada
ulama’ sholihin. Ulalma’-ulama’ yang telah disebutkan di atas adalah dari berbagai latar belakang
madzhab, Syafi’i, Syi’i, dan juga ada yang dari
madzhab Hambali.22
22. Ibid
Amaliah NU dan Dalilnya 17
IV
DZIKIR DENGAN SUARA
NYARING
Dasar-Dasar/Dalil Dzikir Dengan Suara Nyaring
Dasar dari ayat al-Qur’an
Surat Ali Imron ayat 191
Artinya:
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(QS. Ali Imron: 191)
18 Amaliah NU dan Dalilnya
Surat al-Ahzab ayat 35,41,42.
Artinya:
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang Mu’minm laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya,
laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan
yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan
untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
(QS. Al-Ahzab: 35)
Amaliah NU dan Dalilnya 19
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyakbanyaknya. (QS. Al-Ahzab: 41)
Artinya:
Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan
petang. (QS. Al-Ahzab: 42)
Dasar-dasar dari hadits nabi.
Artinya:
Diriwayatkan dari Abu Huroiroh bahwa Rasulullah
20 Amaliah NU dan Dalilnya
SAW bersabda: Sesungguhnya Allah memiliki para
Malaikat yang berkeliling di jalanan untuk mencari
orang-orang ahli dzikir. Dan ketika mereka menemukan sekelompok orang yang senantiasa berdzikir
kepada Allah, para Malaikat ini kemudian memanggil, “ Ambillah kebutuhan kalian.” (HR. Muttafakun
Alaihi. Tirmidzi dan Ahmad)
Dasar dari pendapat para ulama’.
Imam Ibnu Al-Jauzi
Imam Ibnu Jauzi dalam kitabnya “Khusn al-Khosin”
menjelaskan bahwa: “setiap dzikir yang disyariatkan, baik dalam kategori wajib maupun sunnah,
tidak akan diberi pahala kecuali telah diucapkan
minimal dapat didengar oleh dirinya sendiri.
Imam Abdul Wahab As-Sya’roni
Para ulama’ berijma’ atas wajibnya dzikir dengan
suara keras.
Syeh Ibnu ‘Athoillah As-Sakandari
Syeh Ibnu ‘Athoillah berpendapat dengan dibolehkannya dzikir dengan suara keras ketika dalam
kondisi dzikir bersama-sama.
Amaliah NU dan Dalilnya 21
V
DZIKIR BERSAMA-SAMA
Dasar-Dasar/Dalil Dzikir Bersama-Sama
Dalil dari ayat al-Qur’an
Surat al-Baqoroh ayat 152
Artinya:
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku
ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu mengingkari (ni’mat)-Ku.
(QS. Al-Baqoroh: 152)
Surat Ali Imron ayat 191
22 Amaliah NU dan Dalilnya
Artinya:
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(QS. Ali Imron: 191)
Surat al-Ahzab ayat 35,41,42.
Artinya:
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang
muslim, laki-laki dan perempuan yang Mu’min
1219, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
Amaliah NU dan Dalilnya 23
keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar,
laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar.(QS. Al-Ahzab: 35)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah
(dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.(QS. Al-Ahzab: 41)
Artinya:
Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan
petang. (QS. Al-Ahzab: 42)
24 Amaliah NU dan Dalilnya
Dalil-dalil Dari Hadits
Artinya:
Diriwayatkan dari Abu Huroiroh bahwa Rasulullah
SAW bersabda: Sesungguhnya Allah memiliki para
Malaikat yang berkeliling di jalanan untuk mencari
orang-orang ahli dzikir. Dan ketika mereka menemukan sekelompok orang yang senantiasa berdzikir
kepada Allah, para Malaikat ini kemudian memanggil, “ Ambillah kebutuhan kalian.” (HR. Muttafakun
Alaihi. Tirmidzi dan Ahmad)
Pendapat Para Ulama’
Imam Ibnu Abidin
Imam al-Alamah Ibnu Abidin dalam kitabnya
“hasyiah fi ma’rodi dzikrillah” berkata, Bahwa dzikir
berjamaah itu lebih besar pengaruhnya di hati daripada dzikir sendirian23
23. Ibnu abidin “hasyiah ibnu abidin”,juz.5,hal.263
Amaliah NU dan Dalilnya 25
Imam Abdul Wahab Sya’roni
Imam Abdul Wahab Sya’roni dalam kitabnya “dzikru adz-dzakir…” mengatakan, bahwa ulama’ salaf
maupun ulama’ khalaf telah sepakat atas disunnahkannya dzikir berjama’ah baik di masjid maupun di luarnya.24
Dan lain-lain pendapat dari para ulama’ yang telah
masyhur kealiman dan kesalehannya.
24. “hasyiah thahawi”,hal.208.
26 Amaliah NU dan Dalilnya
VI
TABARUK
(MEMINTA BAROKAH)
Istilah barokah mengandung makna yang
bermacam-macam, yaitu disesuaikan dengan
penggunaan lafadz tersebut dalam rangkaian sebuah kalimat. Barokah antara lain mengandung
makna ziyadah dan nama (pertambahan). Kedua
arti lafadz tersebut mencakup sesuatu yang dapat
diraba (arab: hissi) dan yang tidak dapat diraba
(arab: ma’nawi), artinya berwujud nyata maupun
tidak nyata secara bersamaan.
Barokah pada hakikatnya adalah sebuah
rahasia Allah dan pancaran dari-Nya yang bisa diperoleh oleh siapa pun yang dikehendaki-Nya. Seseorang bisa dikatakan mendapatkan barokah ketika ia mampu memperlihatkan tanda-tanda berupa
peningkatan kualitas amal kebaikan, karena barokah itu sendiri adalah buah dari konsistensi dalam
menjalankan amal sholeh.
Amaliah NU dan Dalilnya 27
Dalil-dalil tentang adanya Barokah
Al-Qur’an Surat Shad ayat: 29
Artinya :
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
Al-Qur’an Surat al-Mu’minun ayat: 29
Artinya :
Dan berdo›alah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku
pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah
sebaik-baik Yang memberi tempat.»
Al-Qur’an Surat ar-Rohman ayat: 78
Artinya :
Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai
Kebesaran dan Karunia.
28 Amaliah NU dan Dalilnya
Al-Qur’an Surat Hud ayat: 73
Artinya :
Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan
berita gembira telah datang kepadanya, diapun
bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami
tentang kaum Luth.
Al-Qur’an Surat al-A’raf ayat: 54
Amaliah NU dan Dalilnya 29
Artinya :
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas ‹Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan
cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk
kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah,
Tuhan semesta alam.
Penjelasan di atas adalah dalil dan penjelasan
tentang adanya barokah. Sedangkan proses untuk mencapai barokah itu dikenal dengan istilah
“Tabaruk” yaitu proses mencari barokah, baik dengan perantara personal maupun tabaruk dengan
amal.
Berikut ini adalah dalil tentang tabaruk mengambil secara langsung dari sunnah Rasulullah.
Rasulullah meminta barokah dengan al-Qur’an.
30 Amaliah NU dan Dalilnya
Artinya :
Dari Aisyah RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW meniup dirinya sendiri sewaktu sedang menderita
sakit yang menyebabkan Beliau meninggal, dengan surat Mu’awwidzatain (al-Naas dan al-Falaq).
Ketika sakit rasulullah semakin berat, maka akulah
yang meniupnya dengan bacaan ayat tersebut. (HR.
Bukhori –Muslim).
Para sahabat meminta barokah di depan makam
Rasulullah.
Al-Hakim dalam kitab “al-Mustadrok”-nya
meriwayatkan dari Syeikh Dawud Bin Abi Sholeh
tentang, Abu Ayyub al-Anshori yang meminta barokah di depan makam Rasulullah. Dan menurut alHakim riwayat ini adalah shohih, begitu juga menurut adz-Dzahabi.
Syeikh Taqiyudin ibn Taymiah juga meriwatkan dari imam Ahmad bin Hambal, bahwa Ahmad bin Hambal sering ngalap barokah di sekitar
mimbar Rasulullah. Hal yang demikian ini, menurut
Ibnu Taymiah juga pernah dilakukan oleh sahabat
Abdullah bin Umar, Said bin Musayyab, dan Yahya
bin Said.
Syeikh Ibrahim al-Khurofi berkata, bahwa
disunahkan mencium rumah makam Rasulullah
SAW.
Amaliah NU dan Dalilnya 31
Syeikh Yusuf bin Mar’a al-Hambali berkata, bahwa
tidak mengapa seseorang memegang makam dengan tangannya untuk mencari barokah.
Syeikh Samhudi dalam kitabnya “Wafa’ul
Wafa’” menceritakan bahwa, Sahabat Bilal pernah
ziarah ke makam nabi kemudian menangis dan
menciumi makam tersebut.
Dalil tentang tabaruk dengan rambut nabi.
Dari Muhammad bin Sirin berkata: Aku berkata kepada Ubaidah, “Di tempatku ada rambut Nabi yang
kudapatkan sebelum sahabat Anas, bahkan sebelum keluarga Anas (mendapatkannya). Kemudian
Abu Ubaidah berkata, ”Sungguh jika aku memiliki
sehelai rambut Nabi, tentu akan lebih kucintai daripada dunia dan seisinya.”
32 Amaliah NU dan Dalilnya
Tabaruk dengan pakaian Rasulullah
Artinya :
Dari Asma’ binti Abu Bakar RA. Berkata: ini adalah
jubah Rasulullah SAW yang dimiliki oleh Aisyah RA,
hingga kemudian Aisyah wafat. Ketika Aisyah wafat,
maka aku menyimpannya. Dahulu Nabi Muhammad SAW memakainya, dan kami mencucinya untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit.
Khulafa’urrosyidin melakukan tabaruk dengan
cincin nabi
Amaliah NU dan Dalilnya 33
Artinya :
Dari Ibnu Umar RA. Berkata: Rasulullah SAW memakai cincin dari perak, kemudian sepeninggalnya,
dipakai oleh Abu Bakar, lalu Umar, lalu Utsman
hingga akhirnya terjatuh ke dalam sumur Urais.
Pada cincin tersebut tertulis kalimat “Muhammad
Rasulullah.”
Tabaruk dengan peninggalan orang-orang sholeh.
Imam as-Subki datang berkunjung ke tempat Imam Nawawi. Namun rupanya Imam Nawawi
sudah meninggal. Kemudian as-Subki datang ke
tempat yang biasa digunakan oleh Imam Nawawi
untuk mengajar. As-Subki menanyakan tempat
duduk imam nawawi kemudian ditunjukkanlah kepadanya, hingga as-Subki menciumi tempat yang
biasa digunakan oleh Imam nawawi tersebut.
Tabaruk dengan tempat-tempat suci
Syeikh Ibnu Hajar menjelaskan dalam kitabnya “Fatawa Kubro”, bahwa sunah muakkad hukumnya memuliakan tempat-tempat yang telah
diketahui Rasulullah pernah berada di tempat
34 Amaliah NU dan Dalilnya
tersebut. Begitu juga memuliakan tempat-tempat
peninggalan ulama’ sholihin (orang-orang Sholeh).
Amaliah NU dan Dalilnya 35
VII
ZIARAH KUBUR
Kita telah diperintah untuk ziarah kubur, Rasulullah SAW dan para sahabat juga pernah ziarah
kubur. Jadi tidak ada dasar sama sekali untuk melarang ziarah kubur, karena kita semua tahu bahwa
Rasulullah pernah ziarah ke makam Baqi’ dan mengucapkan kata-kata yang ditujukan kepada para
ahli kubur di makam Baqi’ tersebut.
Dalil-dalil tentang ziarah kubur
Artinya :
Rasulullah SAW bersabda: Dahulu aku telah melarang kalian berziarah ke kubur. Namun sekarang,
berziarahlah kalian ke sana. (HR. Muslim)
36 Amaliah NU dan Dalilnya
Artinya :
Dari Abu Hurairoh RA. Berkata, Rasulullah SAW
bersabda: Aku meminta ijin kepada Allah untuk
memintakan ampunan bagi ibuku, tetapi Allah tidak mengijinkan. Kemudian aku meminta ijin kepada Allah untuk berziarah ke makam ibuku, lalu
Allah mengijinkanku. (HR. Muslim)
Pendapat para ulama’ tentang ziarah kubur.
Imam Ahmad bin Hambal
Ibnu Qudamah dalam kitabnya “al-Mughni” menceritakan bahwa Imam Ahmad bin Hambal
pernah ditanya pendapatnya tentang masalah ziarah kubur, manakah yang lebih utama antara ziarah kubur ataukah meninggalkannya. Beliau Imam
Ahmad kemudian menjawab, bahwa ziarah kubur
Amaliah NU dan Dalilnya 37
itu lebih utama.13
Imam Nawawi
Imam Nawawi secara konsisten berpendapat dengan hukum sunnahnya ziarah kubur.
Imam Nawawi juga menjelaskan tentang adanya
ijma’ dari kalangan ashabus Syafi’i (para pengikut
Imam Syafi’i) tentang sunnahnya ziarah kubur.14
Doktor Said Romadlon al-Buthi
Doktor Said Romadlon al-Buthi juga berbendapat dengan pendapat yang memperbolehkan ziarah kubur. Al-Buthi berkata, “Belakangan ini
banyak dari kalangan umat Islam yang mengingkari
sampainya pahala kepada mayit, dan menyepelekan permasalahan ziarah ke kubur.”15
13. Ibnu qudamah “Al-mughni” ,juz.2,hal.565
14. Nawawi “syarah muslim”juz.7,hal.46-47
15. Al-buthi “hadza waladi”,hal.88-91.
38 Amaliah NU dan Dalilnya
VIII
PAHALA BACAAN ALQUR’AN UNTUK MAYIT
Berikut ini adalah Pendapat para ulama’
tentang sampainya pahala bacaan ayat-ayat AlQur’an kepada mayit.
Pendapat ulama’ Madzhab Syafi’iyah
Imam Syafi’i
Imam Syafi’i berkata bahwa, disunnahkan
membacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada mayit,
dan jika sampai khatam al-Qur’an maka akan lebih
baik16.
Imam al-Hafidz Jalaluddin Suyuthi
Imam as-Suyuthi menjelaskan bahwa,
jumhur ulama’ salaf telah berpendapat dengan
pendapat yang mengatakan “sampainya pahala bacaan terhadap mayit”.
16. Nawawi “majmu’”,juz.5,hal.294.
Amaliah NU dan Dalilnya 39
Imam Nawawi
Imam Nawawi berkata, “Disunnahkan bagi
orang yang ziarah kubur untuk membaca ayat-ayat
al-Qur’an lalu setelahnya diiringi berdo’a untuk
mayit.”17
Imam al-Qurthubi
Imam al-Qurthubi memberikan penjelasan
bahwa, dalil yang dijadikan acuan oleh ulama’ kita
tentang sampainya pahala kepada mayit adalah
bahwa Rasulullah SAW pernah membelah pelepah
kurma untuk ditancapkan di atas kubur dua sahabatnya sembari bersabda: Semoga ini dapat meringankan keduanya di alam kubur sebelum pelepah
ini menjadi kering.
Imam al-Qurtubi kemudian berpendapat,
jika pelepah kurma saja dapat meringankan beban
si mayit, lalu bagaimanakah dengan bacaan-bacaan al-Qur’an dari sanak saudara dan teman-temannya? Tentu saja bacaan-bacaan al-Qur’an dan
lain-lainnya akan lebih bermanfaat bagi si mayit.
Pendapat ulama madzhab Hanafi
Imam Badr al-Aini
Alamah Badr al-Aini berkata dalam kitabnya
“Kanzu Daqaiq” : bisa sampai (pahalanya) kepada
17. Ibid
40 Amaliah NU dan Dalilnya
mayit segala sesuatu kebaikan, mulai dari sholat,
puasa, haji, shodaqoh, dzikir, dan lain sebagainya.
Imam az-Zaila’i
Beliau berkata: bahwa pendapat Ahlusunnah wal Jama’ah adalah membolehkan seseorang
menghadiahkan pahala amal baiknya kepada mayit18.
Pendapat ulama’ dari madzhab Maliki
Imam al-Alamah Ibnu al-Haj
Beliau berkata: Jikalau seseorang membaca
al-Qur’an di rumahnya lalu menghadiahkan pahalanya kepada ahli kubur maka, pahala tersebut
pasti sampai kepada mayit.
Pendapat ulama’ madzhab Hambali
Syeikh Taqiyudin ibnu Taymiah
Beliau berkata: Barang siapa yang berpendapat bahwa, seseorang tidak mendapat pahala kecuali dengan amalanya sendiri, maka orang
tersebut telah menghancurkan dan menyalahi
ijma19’.
Syeikh Ibnu Qoyyim al-Jauzi
18. Saukani “nailul authar”,juz.4,hal.125.
19. Is’aful muslimin wal muslimat”,hal.50-53
Amaliah NU dan Dalilnya 41
Beliau berkata: Telah dituturkan dari kalangan ulama’ salaf, mereka semua berwasiat supaya
mereka dibacakan ayat-ayat al-Qur’an, setelah
mereka meninggal dunia.
Imam al-Khalal
Imam al-Khalal meriwayatkan dari Abu Ali
al-Hasan bin al-Haitsam al-Bazar, bahwa saya melihat Imam Ahmad bin Hambal sholat di kuburan lalu
berdoa.
42 Amaliah NU dan Dalilnya
IX
MAULID NABI
Orang pertama yang menyelenggarakan perayaan
maulid nabi adalah Raja Mudzofaruddin Abu Said
al-Kaukaburii ibnu Zainuddin Ali bin Baktakin.
Pendapat para ulama’ tentang Maulid Nabi.
Syeikh Taqiyudin Ibnu Taymiah
Beliau berkata: “mengagungkan maulid
nabi adalah menganndung pahala yang sangat
agung, karena hal itu adalah wujud ta’dzim kepada
Rasulullah.”20
Imam Jalaluddin as-Suyuthi
Beliau berkata: “perayaan maulid nabi
adalah bid’ah hasanah. Orang yang merayakannya
diberi pahala olehnya.”
Imam Suyuthi juga berkata: “disunnahkan bagi kita untuk menampakkan rasa
syukur atas lahirnya Rasulullah. Dan juga beliau berkata: tidak ada rumah atau masjid
atau apa saja yang dibacakan maulid di dalamnya kecuali mendapatkan rahmat dari allah.”21
20. Al-halabi “sirah halabiah”,juz.1,hal.83-84.
21. Suyuthi “al-wasa’il fi syarhil masa’il”
Amaliah NU dan Dalilnya 43
X
PUJI-PUJIAN SHALAWAT
SETELAH ADZAN
Sesungguhnya membaca sholawat kepada
Nabi setelah adzan adalah sunnah hukumnya, dan
tidak ada perbedaan pendapat di dalamnya. Hal ini
berdasarkan hadist yang diriwayatkan Imam Muslim (hadist no.384), dan Abu Dawud (hadis no.523).
yaitu. Ketika kalian mendengarkan adzan maka
jawablah, kemudian setelah itu bacalah sholawat
kepadaku. (idza sami’tum nida’a faquluu matsalu
ma yaqulu tsumma shollu ‘alaiya).
Pendapat di atas ini juga didukung oleh
Imam Jalaludin as-Suyuthi, Ibnu Hajar al-Haitsami,
Syeikh Zakariya al-Anshori, dan lain lain.
Imam Ibnu Abidin mengatakan, bahwa
pendapat yang didukung oleh Madzhab Syafii dan
Hambali adalah pendapat yang mengatakan sholawat setelah adzan adalah sunnah bagi orang yang
adzan dan pendengarnya.22
22. Ibnu abidin “hasiyah”
44 Amaliah NU dan Dalilnya
XI
LAFADZ
“SAYYIDINA”DALAM SHOLAWAT
Mengenai dalil-dalil yang membolehkan
untuk menambahi lafadz sayyidina dalam sholawat
adalah sebagai berikut:
Dalil al-Qur’an.
Qur’an surat Ali Imron ayat: 39
Artinya :
Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di
mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggem-
Amaliah NU dan Dalilnya 45
birakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang
datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri
(dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh”.
Qur’an Surat an-Nur ayat: 63
Artinya :
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul
diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu
kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsurangsur pergi di antara kamu dengan berlindung
(kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang
yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa
cobaan atau ditimpa azab yang pedih.
46 Amaliah NU dan Dalilnya
Dalil dari hadits
Artinya :
Rasulullah SAW bersabda: Saya adalah sayyid Bani
Adam pada hari kiamat, tidak ada kesombongan di
dalamnya. (HR Muslim dan Ahmad).
Amaliah NU dan Dalilnya 47
XII
SHALAT DHUHUR SETELAH
SHALAT JUM’AT
Mayoritas ulama’ ahli fiqh dari kalangan
madzhab Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hambali, bersepakat atas dibolehkannya (jawaz) shalat dzuhur
setelah shalat jum’at. Dengan beberapa sebab di
bawah ini:
Ketika banyak didirikan shalat jum’at dalam
satu tempat (kampung).
Ketika jama’ah jum’at tidak ada yang
memenuhi syarat-syarat jum’at.
Ketika seorang ma’mum masbuk tidak menemui rekaatnya imam secara utuh.
Akan tetapi mayoritas ulama’ fiqh tersebut
di atas berbeda pendapat mengenai hukum shalat
dzuhur setelah shalat jum’at tersebut.
Imam Syafi’i berpendapat
48 Amaliah NU dan Dalilnya
Ketika terdapat suatu wilayah yang luas dan banyak
penduduknya, lalu didirikan banyak masjid, maka
shalat jum’ah harus dilakukan di masjid jami’.23
Imam ibnu abidin berpendapat.
Bahwa tidak diperbolehkannya shalat
jum’ah dibanyak tempat dalam satu wilayah adalah
pendapat yang masyhur dari kalangan madzhab
maliki. 24
23. Kitab al-um li syafi’i. Juz.1,Hal.171.
24. Hasiyah ibnu abidin, juz.1,hal.542.
Amaliah NU dan Dalilnya 49
XIII
BERSALAMAN SETELAH
SHALAT
Bersalaman setelah shalat adalah sesuatu
yang dianjurkan dalam islam karena bisa menambah eratnya persaudaraan sesama umat Islam.
Aktifitas ini sama sekali tidak merusak shalat seseorang karena dilakukan setelah prosesi shalat selesai dengan sempurna.
Berikut ini adalah beberapa dalilnya.
Diriwayatkan dari al-Barro’ dari Azib RA. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah ada dua orang
50 Amaliah NU dan Dalilnya
muslim yang saling bertemu kemudian saling bersalaman kecuali dosa-dosa keduanya diampuni
oleh Allah sebelum berpisah.” (HR. Abu Daawud)
Diriwayatkan dari sahabat Yazid bin Aswad
bahwa ia shalat subuh bersama Rasulullah, lalu
setelah shalat para jamaah berebut untuk menyalami nabi.25.
Pendapat para ulama’
Imam Thohawi.
Imam al-Thohawi dalam kitabnya “hasiyah
maroqil falah” berkata: bahwa bersalaman setelah
shalat adalah sunnah dan begitu juga setiap berjumpa dengan sesama muslim.
25. HR Bukhori. hadist ke.3360.
Amaliah NU dan Dalilnya 51
XIV
SHALAT TARAWIH
Shalat tarawih adalah shalat sunnah yang
dikerjakan setelah shalat Isya pada malam-malam
bulan Ramadhan. Sholat ini dikerjakan sejak zaman
Rasulullah SAW masih hidup. Pada malam-malam
bulan Ramadhan RAsulullah SAW sholat sunnah di
Masjid, lalu berbondong-bondonglah apra sahabat
mengikutinya, semakin lama pengikutnya semakin
banyak saja. Hingga pada suatu malam Rasulullah
tidak keluar untuk shalat meski para sahabat telah
banyak menunggunya.
Kemudian Isteri Rasulullah SAW Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW yang kemudian dijawab: Aku melihat apa yang dilakukan oleh para
sahabatku. Hanya saja aku takut jika hal ini (shalat
di malam bulan ramadhan) justru diwajibkan atas
umatku.
Mendengar jawaban demikian, bahwa tidak ada larangan atau alas an yang bertentangan
dengan syariat, maka para sahabat kum kembali ke
masjid untuk melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan (Tarawih). Ada yang melaksanakan
sendiri-sendiri dan ada juga yang melaksanakannya
52 Amaliah NU dan Dalilnya
dengan berjamaah.
Hingga pada zaman Sahabat Umar menjadi
khalifah yang memprakarsai untuk melaksanakan
shalat Tarawih dengan berjamaah agar lebih
khusyu’. Sahabat Umar berkata: Sesungguhnya aku
berpendapat, jika saja mereka dikumpulkan dalam
satu imam tentu menjadi lebih baik.
Kemudian pada malam selanjutnya Sahabat Umar RA ketika sudah menyaksikan umat Islam
melaksanakan shalat berjamaah pada malam bulan Ramadhan, Beliau bersabda: Sebaik-baik bid’ah
adalah hal ini. (HR. Bukhori)26
26. HR Bukhori hadits ke 2010
Amaliah NU dan Dalilnya 53
XV
QODHO’ SHALAT
Kalangan ahlussunnah wal jamaah bersepakat atas wajibnya mengqodho’ shalat bagi
orang yang meninggalkannya. Qodho’ shalat adalah
melaksanakan shalat yang telah ditinggalkan pada
waktunya. Misalnya seseorang lupa shalat isya
karena kesibukan atau ketiduran, lalu pada waktu
subuh, dia juga melaksanakan shalat Isya seusai
shalat Subuh yang sudah ditinggalkannya semalam.
Adapun dalil-dalilnya adalah sebagai berikut:
Rasulullah SAW bersabda: Bahwa hutang kepada
Allah itu lebih patut untuk dilunasi. (HR Bukhori)27
27. HR Bukhori hadits ke 1754
54 Amaliah NU dan Dalilnya
XVI
SHALAT AWWABIN
Secara harfiah (bahasa) kata awwabin berarti kembali kepada Allah dengan bertaubat dan
istighfar. Sedangkan yang dimaksudkan Shalat awwabin adalah setiap shalat sunnah yang dijalankan
di antara waktu Maghrib dan Isya’.
Makna ini didasarkan pada hadits dari Muhammad bin Al-Munkadir bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya shalat apapun yang dikerjakan antara waktu Maghrib dan Isya’ disebut sebagai shalat Awwabin.”
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya shalat apa pun yang dikerjakan antara
Amaliah NU dan Dalilnya 55
waktu Maghrib dan Isya’ disebut sebagai shalat
Awwabin.”28
Meski termasuk sebagai hadits Mursal, namun hadits ini digunakan Hanafi maliki dan Hambali dan mayoritas ulama ahli hadits menggunakannya sebagai hujjah (dasar/argumen).
28. Kitab Al-Ba’its al-Katsir karya Ibnu katsir, hal. 48
56 Amaliah NU dan Dalilnya
XVII
MENGGERAKKAN JARI KETIKA MEMBACA TAHIYAT
(TASYAHUD)
Menggerakkan jari ketika membaca tasyahud adalah sesuatu yang tidak ada dalilnya sama
sekali, dan Rasulullah SAW tidak pernah menjalankannya.
Berikut ini adalah dalil-dalil haditsnya.
Keterangan dari Sahabat Abdulah bin Zubair
RA, sesungguhnya Rasulullah SAW memberi isyarat
(ketika sedang duduk tahiyat) dengan jari telunjukknya. Tidak menggerak-gerakkannya dan tidak juga
memberi isyarat dengan penglihatannya. (HR Abu
Amaliah NU dan Dalilnya 57
Dawud, Nasai dan Ahmad)29
Sahabat Abdullah bin Umar RA berkata, Nabi
Muhammad SAW ketika sedang duduk (tahuyat)
dalam sholat, meletakkan telapak tangan kanannya di atas paha kanan. Menggenggam seluruh jarinya dan memberi isyarat dengan jari di samping
jempol (telunjuk). Nabi meletakkan telapak kirinya
di atas paha kiri. (HR Muslim dan Abu Dawud)30
Pendapat para ulama’
29. Dalam kitab Syarah al-Muhadzdzab, Imam Nawawi menyebutkan bahwa sanadnya shahih
30. HR Muslim hadits ke 580 dan Abu Dawud hadits ke 987
58 Amaliah NU dan Dalilnya
Imam Nawawi.
Imam nawawi berkata: disunahkan
isyarah dengan jari telunjuk ketika membaca tasyahud tanpa menggerakkannya.31
Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi
(dalam tahiyat) diperbolehkan isyarah dengan jari telunjuk dan tanpa menggerakkannya, karena ada riwayat hadis dari ibnu zubair.32
31. Fatawa imam nawawi, hal.54
32. Ibnu qudamah, al-mughni, juz.1,hal.534
Amaliah NU dan Dalilnya 59
XVIII
ANTARA KARAMAH DAN
ISTIDRAJ
Karamah adalah kelebihan yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang shalih atau
para waliyullah. Kelebihan ini dapat berupa pengetahuan sebelum terjadinya peristiwa atau
hal-hal lainnya yang tidak sesuai kebiasaan
yang berlaku umum. Misalnya dapat mengetahui akan kedatangan seorang tamu, padahal belum ada seorang pun yang memberitahunya.
Sedangkan istidraj adalah kelebihan yang
dimiliki oleh orang-orang kafir.
Berikut ini adalah dalil tentang karamah.
Dalil al-Qur’an
60 Amaliah NU dan Dalilnya
Setiap Zakariya masuk untuk menemui
Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya.
Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu
memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab:
“Makanan itu dari sisi Allah”. (QS. Ali Imron, 37)
Dalil Hadist nabi
Hadits dari Abu Hurairoh RA dari Rasulullah
SAW. Ada seorang lelaki menaiki punggung sapi
yang sudah membawa beban. Kemudian sapi itu
Amaliah NU dan Dalilnya 61
menoleh kepadanya dan berkata, “Sesungguhnya
aku bukan diciptakan untuk hal semacam ini. Sesungguhnya aku diciptakan untuk membajak.”
Orang-orang yang mendengar cerita ini berkata, “Maha Suci Allah yang menciptakan sapi bisa
bicara.”
Lalu Rasulullah SAW bersabda, “ Aku mempercayai hal ini, Aku, Abu Bakar dan Umar.” (HR
Bukhori Muslim)33
Pendapat para ulama’ tentang karamah.
Imam Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah berkata dalam kitabnya “aqidah wasithiyah” bahwa : salah satu landasan aqidah ahlusunnah adalah mempercayai adanya karamah para wali Allah.
33. HR. Bukhori hadits ke 2324, Muslim hadits ke 6137 dan
Tirmidzi hadits ke 3677
62 Amaliah NU dan Dalilnya
DEKLARASI
HUBUNGAN PANCASILA DENGAN ISLAM
Bismillahirrohmanirrohim
1. Pancasila sebagai dan falsafah Negara Republik
Indonesia bukanlah agama, tidak dapat menggatikan agama dan tidak dapat dipergunakan
untuk menggatikan kedudukan agama.
2. Sila Ketuhanan yang Maha Esa sebagai dasar
Negara Republik Indonesia menurut pasal 29
ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, yang
menjiwai sila-sila yang lain, mencerminkan
tauhid menurut pengertian keimanan dalam
Islam.
3. Bagi Nahdlatul Ulama, Islam adalah aqidah
dan syari’ah, meliputi aspek hubungan manusia dengan Allah dan dengan antar manusia.
4. Menerimaan dan pengamalan pancasila merupakan perwujudan dari upaya umat Islam Indonesia untuk menjalankan syari’at agamanya.
5. Sebagai konsekwensi dari sikap di atas, Nahdlatul Ulama berkewajiban mengamankan
pengertian yang benar tentang pancasila dan
pengamalannya yang murni dan konsekwensi
oleh semua pihak.
Amaliah NU dan Dalilnya 63
SUSUNAN PENGURUS PUSAT
LEMBAGA TA’MIR MASJID PENGURUS
BESAR NAHDLATUL ULAMA (LTM PBNU)
Masa Khidmat 2010-2015
Penasehat:
• KH Masduqi Mahfudz
• KH Ibnu Ubaidillah Syatori
• KH Musthofa Aqil
• KH Masdar Farid Mas’udi, MA
• Drs. H Hilmi Muhammadiyah, M.Si
Ketua
KH Abdul Manan A. Ghani
Wakil Ketua
• KH Mansyur Syairozi, SE
• Agus Wustho
• Muhlas Syarkun, MA
Sekretaris
Ibnu Hazen
64 Amaliah NU dan Dalilnya
Wakil Sekretaris
• Syamsul Huda
• Ngabdurrohman al-Jawi
Bendahara
Ir. Hari Yudiarto
Wakil Bendahara
• H. Maman Abdurrahman, MM
• Iis Mazhuri, SE, Ak, M.Si
• Drs. H. Hanafi, M.Pd
• Ishom el-Saha, MA
• Ahmad Izi
• Drs. Ilyas
• Ahmad Fauzan Al-Qas
• Hamim Enha
• Muhammad Ali Hudri
• Farah Furqon
• Drs. Israil Latif
• Drs. Rohadi Abdul Fatah
• Drs. Subhan M.Ed
• Fathul Ghofur
• Afifuddin Masdar
Anggota:
Amaliah NU dan Dalilnya 65
Ketua LTM-PBNU memberikan Sumbangan Jam
Sholat Abadi kepada MWC Parungpanjang
Pelatihan dan Pengorganisaian Nahdlatul Ulama
di Parung Panjang, Bogor
Peserta pelatihan mendengarkan dengan seksama materi yang di berikan oleh pembicara
66 Amaliah NU dan Dalilnya
Memperingati Haul K.H Abdurrahman Wahid
yang di selengarakan LTM-PBNU di Masjid
Istiqlal, Jakarta tanggal 7 Januari 2011.
Jama’ah Haul yang datang memadati masjid
Istiqlal mengikuti acara dengan hikmat.
0 komentar:
Posting Komentar