KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA GURU
Oleh: Lia Yuliana, M.Pd*)
Pendahuluan
Sumber daya manusia yang handal tidak
lepas dari pengaruh pola
kepemimpinan yang diterapkan dalam
sebuah organisasi. Kepemimpinan merupakan
suatu proses yang mengandung unsur
mempengaruhi, adanya kerjasama dan
mengarah pada suatu hal dan tujuan
bersama dalam sebuah organisasi.
Kepemimpinan mempunyai peranan sentral
dalam dinamika kehidupan organisasi.
Kepemimpinan berperan sebagai penggerak
segala sumber daya manusia dan sumber
daya lain yang ada dalam organisasi. (
Arifin, 2004: 23 )
Keberhasilan organisasi mencapai tujuan
yang telah ditetapkan akan sangat
tergantung berperannya kepemimpinan.
Demikian halnya kepemimpinan dalam
sebuah organisasi sekolah, pola
kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah
sebagai pemimpin akan sangat
berpengaruh dalam menentukan arah dan kebijakan
pendidikan yang dibangun.
Untuk kepentingan tersebut kepala
sekolah selayaknya mampu memobilisasi
atau memberdayakan semua potensi dan
sumber daya yang dimiliki, terkait dengan
berbagai program, proses, evaluasi,
pengembangan kurikulum, pembelajaran di
sekolah, pengolahan tenaga
kependidikan, sarana prasarana, pelayanan terhadap
siswa, hubungan dengan masyarakat,
sampai pada penciptaan iklim sekolah yang
kondusif. Semua ini akan terlaksana
manakala kepala sekolah memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi semua pihak yang
terlibat dalam kegiatan pendidikan di
sekolah, yaitu untuk bekerjasama dalam
mewujudkan tujuan sekolah. Berdasarkan
data di situs internet sebagai berikut:
"Kepala sekolah harus mampu
menggerakkan staf guru dan staf tata usaha
untuk melaksanakan fungsi
supervisi." "Kepala sekolah bertanggungjawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan tenaga
) Staf Pengajar Prodi Manajemen
Pendidikan FIP UNY
2
pendidikan dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana prasarana".( Slamet, 2000:
46)
Kemampuan seorang kepala sekolah dalam
memimpin akan sangat
berpengaruh dalam meningkatkan motivasi
kerja guru. Apabila kepala sekolah selaku
pimpinan dalam menjalankan tugasnya
kurang baik, akan berakibat kurangnya
motivasi kerja para guru, sehingga akan
mempengaruhi efektivitas kerja guru, maka
peran pemimpin sangat penting sebab
pemimpin memegang peran dalam menentukan
tercapai atau tidaknya tujuan
sekolah/organisasi tersebut
Motivasi kerja yang tinggi dalam sebuah
organisasi sekolah akan berdampak
positif yaitu tercapainya tujuan yang
telah ditentukan oleh organisasi sekolah. Agar
motivasi kerja dapat dioptimalkan dalam
organisasi sekolah maka perlu diketahui
faktor-faktor apa sajakah yang dapat
mempengaruhi motivasi kerja itu. Faktor-faktor
itu meliputi faktor internal yang
bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal
yang bersumber dari luar individu itu
seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat,
kepuasan, pengalaman, dan lain-lain
serta faktor dari luar individu yang bersangkutan
seperti pengawasan, gaji, lingkungan
kerja, kepemimpinan. ( Wahjosumidjo, 2001:
42)
Kurangnya motivasi kerja yang dimiliki
para guru dalam menjalankan
tugasnya. Beberapa hal yang dapat
diketahui antara lain: (1) Dalam menjalankan
tugas masih tergantung pada pengawasan
kepala sekolah, (2) Dalam memasuki kelas
untuk mengajar masih ada yang
terlambat, belum sesuai waktu yang ditentukan, (3)
Pada saat guru tidak dapat mengajar,
guru hanya memberikan catatan kepada anak
didik.
Untuk mampu mendorong siswa belajar
lebih aktif, sehingga mampu
menciptakan visi dan misi sekolah,
serta mampu meningkatkan prestasi belajar siswa
sesuai tujuan yang telah ditetapkan,
maka motivasi kerja guru perlu ditingkatkan.
Guru yang mempunyai tingkat motivasi
yang rendah mereka tidak dapat
menyelesaikan tugas pekerjaan yang
diberikan kepadanya dengan hasil yang baik,
) Staf Pengajar Prodi Manajemen
Pendidikan FIP UNY
3
sehingga keadaan ini akan menimbulkan
hambatan dalam pencapaian hasil pekerjaan
atau akan mempengaruhi efektivitas
kerja guru.
Definisi Kepemimpinan
Menurut Kartini Kartono (1990:20)
mendefinisikan kepemimpinan sebagai
berikut:
"Pemimpin adalah seorang pribadi
yang memiliki kecakapan dan kelebihan
khususnya kecakapan-kelebihan di satu
bidang, sehingga dia mampu
mempengaruhi orang-orang lain untuk
bersama-sama melakukan aktivitasaktivitas
tertentu demi pencapaian satu atau beberapa
tujuan.
Arifin Abdulrachman (2004:16)
berpendapat bahwa:
"tidak semua pemimpin akan dapat
mempengaruhi dan menggerakkan orang lain
dalam rangka mencapai suatu tujuan
secara efektif dan efisien, sebab orang lain baru
dapat dipengaruhi/digerakkan jika:
a. Ada kemampuan pada pemimpin untuk
menggunakan teknik kepemimpinan.
b.Ada sifat-sifat khusus pada pemimpin
yaitu sifat-sifat kepemimpinan yang
mempengaruhi jiwa orang-orang sehingga
kagum dan tertarik pada pemimpin
tersebut".
Dengan demikian dapat diketahui bahwa
untuk dapat mempengaruhi atau
menggerakkan orang lain agar dengan
penuh kesadaran dan senang hati bersedia
melakukan dan mengikuti kehendak
pemimpin maka pemimpin tersebut harus
memiliki kemampuan dan memiliki
sifat-sifat khusus.
Sedangkan sifat-sifat yang harus
dimiliki pemimpin menurut Harold Koontz
dan Cyrill O’Donnell (1990:21), yaitu:
a. Memiliki kecerdasan melebihi
orang-orang yang dipimpinnya.
b. Mempunyai perhatian terhadap
kepentingan yang menyeluruh.
c. Mantap dalam kelancaran berbicara.
d. Mantap berpikir dan emosi.
e. Mempunyai dorongan yang kuat dari
dalam untuk memimpin.
) Staf Pengajar Prodi Manajemen
Pendidikan FIP UNY
4
f. Memahami kepentingan tentang
kerjasama.
Dari beberapa pendapat di atas maka
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah kemampuan yang harus dimiliki
oleh seseorang untuk mempengaruhi,
menggerakkan dan mengarahkan orang lain
agar dengan penuh pengertian, kesadaran
dan senang hati bersedia mengikuti
kehendaknya tersebut untuk mewujudkan suatu
tujuan bersama.
Studi kepemimpinan yang dilakukan oleh
Universitas Ohio dan Universitas
Michigan maupun yang dilakukan oleh
Tannenbaum dan Schmidt seperti dikutip oleh
Wahjosumidjo, semuanya berusaha mencari
gaya kepemimpinan yang efektif.
(2001:40). Berkaitan dengan masalah gaya
kepemimpinan, Ngalim Purwanto (1992,
48-50) membagi tiga gaya kepemimpinan
yang pokok yaitu gaya kepemimpinan
Otokratis, Demokratis, Laissez faire.
a. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya kepemimpinan Otokratis ini
meletakkan seorang pemimpin sebagai
sumber kebijakan. Pemimpin merupakan
segala-galanya. Bawahan dipandang
sebagai orang yang melaksanakan
perintah. Oleh karena itu bawahan-bawahan
hanya menerima instruksi saja dan tidak
diperkenankan membantah maupun
mengeluarkan ide atau pendapat. Dalam
posisi demikian anggota atau bawahan
tidak terlibat dalam soal
keorganisasian. Pada tipe kepemimpinan ini segala
sesuatunya ditentukan oleh pemimpin
sehingga keberhasilan organisasi terletak
pada pemimpin.
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan ini memberikan
tanggungjawab dan wewenang kepada
semua pihak, sehingga ikut terlibat
aktif dalam organisasi, anggota diberi
kesempatan untuk memberikan usul serta
saran dan kritik demi kemajuan
organisasi. Gaya kepemimpinan ini
memandang bawahan sebagai bagian dari
keseluruhan organisasinya, sehingga
mendapat tempat sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai manusia. Pemimpin
mempunyai tanggungjawab dan tugas
untuk mengarahkan, mengontrol dan
mengevaluasi serta mengkoordinasi.
) Staf Pengajar Prodi Manajemen
Pendidikan FIP UNY
5
c. Gaya Kepemimpinan Laissez faire
Pada prinsipnya gaya kepemimpinan ini
memberikan kebebasan mutlak
kepada para bawahan. Semua keputusan
dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan
diserahkan sepenuhnya kepada bawahan.
Dalam hal ini pemimpin bersifat pasif
dan tidak memberikan contoh-contoh
kepemimpinan. (Ngalim Purwanto, 1992:
48-50)
Dari beberapa gaya kepemimpinan
tersebut akan mempunyai tingkat
efektivitas yang berbeda-beda,
tergantung pada faktor yang mempengaruhi
perilaku pemimpin. Seorang pemimpin
dalam menjalankan kepemimpinannya
sangat dipengaruhi oleh faktor, baik
yang berasal dari dalam diri pribadinya
maupun faktor yang berasal dari luar
individu pemimpin tersebut.
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah berperan sebagai
motor penggerak sekaligus
penentu arah kebijakan sekolah yang
akan menentukan cara pencapaian tujuan-tujuan
sekolah dan pendidikan (Mulyasa,
2004:126).
Untuk mencapai efektivitas dalam
kepemimpinannya, kepala sekolah harus
memiliki tiga keterampilan konseptual
berkaitan dengan keterampilan untuk
memahami dan mengoperasikan organisasi.
Keterampilan manusiawi berkaitan
dengan keterampilan bekerjasama,
memotivasi dan memimpin. Keterampilan teknis
berkaitan dengan keterampilan dalam
menggunakan pengetahuan, metode, teknik,
dan perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas tertentu. Menurut Mulyasa (2004: 32),
yaitu:
a. Belajar dari pekerjaan sehari-hari
terutama dari cara kerja para guru dan
pegawai sekolah lainnya.
b. Melakukan observasi kegiatan manajemen
secara terencana.
c. Membaca berbagai hal yang berkaitan
dengan kegiatan-kegiatan yang sedang
dilaksanakan.
) Staf Pengajar Prodi Manajemen
Pendidikan FIP UNY
6
d. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian
orang lain.
e. berpikir untuk masa yang akan datang
dan
f. Merumuskan ide-ide yang dapat
diujicobakan.
Kepala sekolah merupakan pejabat
formal, manajer, pemimpin dan pendidik.
Jabatan kepala sekolah memerlukan
persyaratan universal yang harus dipenuhi.
Persyaratan tersebut meliputi keahlian
atau kemampuan dasar dan sifat atau watak.
Selain persyaratan universal juga
terdapat persyaratan khusus yang meliputi berbagai
macam kemampuan seperti penguasaan
terhadap tugas dan keterampilan profesional
dan kompetensi administrasi dan
pengawasan. Kemampuan-kemampuan yang harus
dimiliki oleh kepala sekolah dalam
menjalankan kepemimpinan situasional dapat
dijelaskan seperti berikut
a. Keahlian atau kemampuan dasar
Menurut Tracey (1999), seperti yang
dikutip oleh Wahjosumidjo (2004:
386) menjelaskan keahlian atau kemampuan
dasar sebagai kelompok kemampuan
yang harus dimiliki oleh tingkat
pemimpin yang mencakup: technical,
human dan
conceptual skill (the basic and
developable skills).
1) Technical skill yaitu kecakapan spesifik tentang
proses, prosedur, atau teknikteknik
yang merupakan kecakapan khusus dalam
menganalisis hal-hal yang
khusus. Technical skills menunjukkan kecakapan yang berhubungan
dengan
barang, sedangkan
2) Human skills menunjukkan keterampilan dengan orang
atau manusia. Human
skills yaitu kecakapan pemimpin untuk bekerja
secara efektif sebagai anggota
kelompok yang dipimpinnya.
3) Conceptual skill yaitu kemampuan pemimpin melihat
organisasi sebagai satu
keseluruhan.
b. Kualifikasi pribadi
Menurut Tracey (1999), seperti yang
dikutip oleh Wahjosumidjo (2004: 387)
Kualifikasi pribadi yaitu serangkaian
sifat atau watak yang harus dimiliki kepala
sekolah yang meliputi:
) Staf Pengajar Prodi Manajemen
Pendidikan FIP UNY
7
1) Mental, unggul dalam intelegensi,
mampu memberikan pertimbangan individu
yang bagus, memiliki kecakapan dalam
menghadapi persoalan-persoalan
abstrak, kecakapan menghadapi, dan
bekerjasama dengan orang lain,
kesanggupan untuk mempengaruhi orang
lain, unggul didalam kemampuan
menulis dan berbicara.
2) Fisik, stamina fisik yang sangat
penting agar mampu memenuhi tuntutan
tugas. Kesiagaan, energik dan
antusiasme sehari-hari memerlukan kesehatan
prima.
3) Emosi, sepantasnya pemimpin harus
memiliki emosi yang stabil dan memiliki
daya tahan atau bersikap sabar terhadap
kegagalan atau hambatan.
4) Berwatak sosial.
5) Kepribadian (personality), seorang pemimpin dikatakan memiliki
kepribadian
apabila pemimpin atau kepala sekolah
selalu bersikap dan berperilaku;
berpikir dan berbuat secara sistematik
dan teratur, harus mengetahui modal
atau asset yang dimilikinya dengan
segala keterbatasannya; selalu sadar,
simpatik dan loyal dengan bawahannya;
cukup yakin untuk menghindarkan
tuntutan bawahan sejalan terhadap
kemauan; cukup matang untuk tidak
merasa atau menjadi kecil dalam
menghadapi gertakan atau kritik, membuat
senang bawahan, menolong bawahan
sehingga merasa memperoleh
kemudahan, memberikan dorongan dan
menerima bawahan, menciptakan satu
lingkungan yang dapat dipercaya,
keterbukaan dan rasa hormat terhadap
individu.
Konsep Motivasi Kerja
Reksohadiprojo dan Handoko (2000:252)
mengemukakan bahwa "Motivasi
adalah kebutuhan pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
guna mencapai tujuan". Sedangkan menurut
Wexley dan Yuki (1992:113)
"Motivasi adalah suatu keadaan yang melatarbelakangi
individu untuk mencapai tujuan
tertentu. Batasan pengertian ini memandang motivasi
dari sudut kepentingan
individual". Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat
) Staf Pengajar Prodi Manajemen
Pendidikan FIP UNY
8
ditarik pengertian secara deskripsi,
bahwa motivasi kerja adalah suatu dorongan
positif seorang guru terhadap
pekerjaannya, terhadap kondisi dan situasi kerja
maupun lingkungan kerjanya.
Motivasi merupakan obyek yang penting
bagi manajer, dalam konteks ini
adalah Kepala Sekolah, karena manajer
harus bekerja dengan dan melalui orang lain.
Manajer perlu memahami orang-orang
dalam berperilaku tertentu agar dapat
mempengaruhinya untuk bekerja sesuai
dengan yang diinginkan organisasi dalam
konteks studi ini adalah sekolah.
Teori-teori Motivasi kerja
Herzberg (1959) dalam Reksohadiprojo
dan Handoko (2000:259)
mengemukakan ada dua kelompok faktor
yang mempengaruhi motivasi kerja
seseorang dalam organisasi, yaitu:
"(1), pemuas kerja (Job Satisfies) yang berkaitan dengan isi pekerjaan dan
(2).
Ketidakpuasan kerja (Job Dissatisfies) yang berkaitan dengan suasana kerja.
Satisfies
disebut motivators sedangkan
Dissatisfies disebut faktor-faktor hygienis (Hygienic
Factors). Dengan dikemukakannya kedua istilah
tersebut teori yang dikemukakan
oleh Herzberg dikenal sebagai teori
motivasi dua faktor atau teori motivasi higienis
(motivation hygienic theory). Faktor higienis ini bukan sebagai
kepuasan, tetapi
justru sebaliknya sebagai sumber
ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor tersebut
antara lain: kondisi kerja, hubungan
antar pribadi (terutama dengan mandor), gaji dan
sebagainya. Perbaikan faktor-faktor
higienis akan mengurangi atau menghilangkan
ketidakpuasan kerja tetapi tidak akan
menimbulkan dorongan dan kepuasan kerja.
Faktor higienis sendiri tidak
menimbulkan motivasi tetapi diperlukan agar motivators
terbukti sebagai faktor-faktor sumber
kepuasan kerja yang dapat memotivasi manusia
pada pekerjaan mereka. Faktor-faktor
tersebut antara lain: Prestasi, promosi, atau
kenaikan pangkat, penghargaan pekerjaan
itu sendiri, dan tanggung jawab. Jadi secara
ringkas, bahwa faktor higienis (sering
disebut faktor intrinsik) mempengaruhi
ketidakpuasan kerja. Faktor higienis
membantu individu untuk menghilangkan
) Staf Pengajar Prodi Manajemen
Pendidikan FIP UNY
9
ketidaksenangan, sedangkan motivator
membuat individu senang dengan
pekerjaannya."Berdasarkan beberapa
teori di atas dapat disimpulkan bahwa suasana
kerja dan isi pekerjaan dalam suatu
organisasi sangat penting dalam mempengaruhi
motivasi kerja seseorang.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Motivasi Kerja
Yunus (2007:45), mengemukakan sejumlah
faktor-faktor dalam pekerjaan yang
mempengaruhi motivasi kerja individu
sebagai berikut:
a. Rasa aman (security), yaitu adanya kepastian karyawan untuk
memperoleh
pekerjaan tetap, memangku jabatan di
perusahaan selama mungkin seperti
yang mereka harapkan.
b. Kesempatan untuk maju (type of work), yaitu adanya kemungkinan untuk
maju, naik tingkat, memperoleh
kedudukan dan keahlian.
c. Tipe pekerjaan (type of work), yaitu adanya pekerjaan yang sesuai
dengan
latar belakang pendidikan, pengalaman,
bakat, dan minat karyawan.
d. Nama baik tempat bekerja (company), yaitu perusahaan (sekolah) yang
memberikan kebanggaan karyawan bila
bekerja di perusahaan atau sekolah
tersebut.
e. Rekan kerja (Co worker), yaitu rekan kerja yang sepaham, yang
cocok untuk
kerja sama.
f. Upah (pay), yaitu penghasilan yang diterima.
g. Penyelia (Supervisor), yaitu pemimpin atau atasan yang
mempunyai
hubungan baik dengan bawahannya,
mengenal bawahannya, dan
mempertimbangkan pendapat-pendapat yang
dikemukakan oleh bawahannya.
h. Jam kerja (work hours), yaitu jam kerja yang teratur atau
tertentu dalam
sehari.
i. Kondisi kerja (working condition), yaitu seperti kebersihan tempat kerja,
suhu, ruangan kerja, ventilasi,
kegaduhan suara, bau, dan sebagainya.
j. Fasilitas (benefit), yaitu kesempatan cuti, jaminan
kesehatan, pengobatan dan
sebagainya.
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Motivasi Kerja Guru
Kepala sekolah perlu meningkatkan
kemampuan dan keterampilan para
pelaksana pendidikan. Sebagai pemimpin
dalam suatu lembaga pendidikan
hendaknya kepala sekolah memiliki
pengetahuan yang luas dan keterampilan
kepemimpinan. Hal itu perlu dimiliki
agar mampu mengendalikan, mempengaruhi
) Staf Pengajar Prodi Manajemen
Pendidikan FIP UNY
10
dan mendorong bawahannya dalam
menjalankan tugas dengan jujur, tanggung jawab,
efektif dan efesian. Kepala sekolah
dalam meningkatkan motivasi kerja guru dengan:
Pertama: menetapkan sistem manajemen terbuka
yaitu kepala sekolah menerima
saran, kritik yang muncul dari semua
pihak lingkungan baik dari guru, karyawan serta
siswa. Manajemen terbuka ini memberikan
kewenangan kepada para guru untuk
memberika saran bahkan kritik yang
membangun bagi sekolah.
Kedua: Kepala sekolah juga menerapkan
pembagian tugas dan tanggungjawab
dengan para guru agar guru yang
terlibat lebih memahami tugasnya masing-masing
dan diharapkan adanya kerjasama dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
Ketiga: Kepala sekolah menerapkan hubungan
vertikal ke bawah yaitu kepala
sekolah menjalin hubungan baik terhadap
semua bawahan yaitu kepada guru dan
karyawan hal ini dilakukan agar mereka
bersedia melaksanakan tugas-tugas dengan
sebaik-baiknya, memupuk kesetian dan
tanggung jawab kepada pimpinan, tugas dn
tempat kerja. Kepala sekolah juga
melakukan pendekatan-pendekatan untuk
meningkatkan daya kreasi, inisiatif
yang tinggi untuk mendorong semangat
bawahannya.
Keempat: Kepala sekolah melakukan pemetaan
program-program kegiatan untuk
meningkatkan motivasi kerja guru
seperti: kegiatan briefing, penghargaan bagi guru
yang berprestasi, peningkatan
kesejahjetraan guru, peningkatan SDM, memberikan
pelatihan untuk para guru, memberikan
perhatian secara personel, workshop,
outbond. Melalui program-program tersebut maka
diharapkan guru-guru mampu
mengembangkan proses kerjanya dan mampu
menghasilkan output yang baik sesuai
program yang diselenggarakan.
Kelima: Kepala sekolah melakukan pengawasan
yang bersifat continue dan
menyeluruh yaitu pengawasan yang
meliputi seluruh aspek antara lain: personel,
pelaksanaan kegiatan, material dan
hambatan-hambatan. Pengawasan yang dilakukan
kepala sekolah berdasarkan pada tujuan
sekolah, agar pekerjaan atau kegiatan dapat
berlangsung sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan dan untuk mengetahui
hambatan ataupun kesalahan yang terjadi
dalam pelaksanaan kegiatan
) Staf Pengajar Prodi Manajemen
Pendidikan FIP UNY
11
Keenam: Kepala sekolah melakukan
evaluasi meliputi evaluasi terhadap uraian tugas
dan evaluasi bukti-bukti dokumen,
dengan cara melihat langsung terhadap bukti-bukti
tugas yang telah dilakanakan oleh guru
kemudian memberikan masukan apabila
terdapat kesalahan atau kurang sesuai
dengan kriteria yang diharapakan. Kepala
sekolah memberikan solusi terhadap
hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru
dalam melakukan tugasnya. ( Suyanto dan
Djihad Hisyam, 2000: 26)
Terdapat beberapa prinsip yang dapat
diterapakan kepala sekolah untuk
mendorong guru agar mau dan mampu
meningkatkan motivasi kerja yaitu:
1). Kegiatan yang dilakukan menarik dan
menyenangkan
2). Tujuan kegiatan perlu disusun
dengan jelas dan diinformasikan tentang hasil
setiap pekerjaannya.
3). Pemberian hadiah lebih baik dari
ada hukuman, maupun sewaktu-waktu hukuman
juga diperlukan.
4). Memperhatikan kondisi fisiknya,
rasa aman, menunjukkan bahwa kepala sekolah
memperhatikannya, sehingga setiap
pegawai memperoleh kepuasaan dan
penghargaan. ( Yunus, 2007: 40)
Penutup
Bahwa jalannya roda organisasi biasanya
menjadi lebih lancar bila di dalam
organisasi tersebut terdapat
kepemimpinan yang efektif, yang dapat mengarahkan dan
membina perilaku organisasional dan
administrasi dari seluruh anggota organisasi
sedemikian rupa sehingga terwujud
perilaku yang kondusif untuk mengerahkan
segala kemampuan yang ada dalam diri
masing-masing anggota organisasi untuk
mencapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Setiap tenaga kependidikan seperti guru
memiliki kharakteristik khusus, yang
berbeda satu sama lain sehingga
memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula
dari pimpinannya yaitu kepala sekolah
agar memanfaatkan waktu untuk
meningkatkan profesionalismenya.
Perbedaan itu tidak hanya dalam bentuk fisik,
tetapi juga dalam kondisi psikisnya
misalnya motivasinya. Oleh karena itu kepala
) Staf Pengajar Prodi Manajemen
Pendidikan FIP UNY
12
sekolah perlu memperhatikan motivasinya
dan faktor-faktor yang lain yang
berpengaruh.
Motivasi kerja perlu dikempangkan untuk
meningkatkan prestasi kerja dan
kepuasan kerja guru yang pada akhirnya
akan dapat meningkatkan produktivitas
organisasi kerja yaitu mutu sekolah
sebagai lembaga pendidikan. Oleh karena itu
sebagai seorang pimpinan disuatu
lembaga pendidikan perlu mempunyai strategi
tertentu untuk meningkatkan motivasi
kerja guru.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Abdullrachman. (2004). Teori Pengembangan clan Filosofi
Kepemimpinan
Kerja. Jakarta: Ikhtiar Baru
Koontz, Harold dan Cyrill O’Donnell
dalam Sukarna. (1990). Pengantar
Ilmu
Administrasi. Bandung: CV. Mundur Maju.
Kartono Kartini. (1990). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: CV. Rajawali.
Mulyasa. E. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah:
Konsep, Strategi, dan
Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. (1992). Kepemimpinan Yang Efektif. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Reksohadiprojo Sukanto dan T. Hani
Handoko. (2000). Organisasi
Perusahaan:
Teori, Struktur dan Perilaku. Yogyakarta: BPFE.
Suyanto dan Djihad Hisam. (2000).
Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia
Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Adi
Slamet PH. (2000). "Karakteristik
Kepala Sekolah Tangguh."”Jurnal
Pendidikan dan
Kebudayaan. (No. 025 tahun VI).
Wahjosumidjo. (2001). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
———————. (2004). Kepemimpinan Kepala Sekolah
Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Wexley. Kennet N dan Gary A. Yuki
(editor Agus Danna). (1992). Manajemen
Perilaku Organisasi
Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Erlangga.
Yunus. (2007). Kepemimpinan Pendidikan.
Ciamis: Unigal
0 komentar:
Posting Komentar