Selasa, 18 November 2014

STUDI TENTANG PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH PADA SMA NEGERI 1 TASIKMALAYA DALAM PENINGKATAN MUTU






STUDI TENTANG PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
PADA SMA NEGERI 1 TASIKMALAYA DALAM PENINGKATAN MUTU




Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menempuh Ujian Sidang Magister



Oleh:
ADAM WAHID PRAMULYANA
NIM 82321213062
Pendidikan  Program Studi Administrasi Pendidikan
Konsentrasi Manajemen Sistem Pendidikan















PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GALUH
2014


Description: logo unigal wrn

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KOMPENSASI GURU TERHADAP KINERJA GURU
(Studi Pada Madrasah Aliyah Se KKM Ciawi
Kabupaten Tasikmalaya)


Oleh:
ADAM WAHID PRAMULYANA
NIM 82321213062
Pendidikan  Program Studi Administrasi Pendidikan
Konsentrasi Manajemen Sistem Pendidikan
an

LEMBAR PENGESAHAN
Artikel ini disetujiui untuk dimuat dalam e-jurnal


Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan






Runalan S, Drs., M.Si
NIP. 195710161987031003







Ciamis, ………………………………2014


IDENTITAS PENULIS



Description: D:\Copy of master 1.jpg
 














Nama Lengkap                                     : Adam Wahid Pramulyana
Tempat Tanggal Lahir                          : Tasikmalaya 29 Oktober 1984
NIM                                                      : 82321213062
Program Studi                                      : Administrasi Pendidikan Konsentrasi Manajemen Sistem Pendidikan
Alamat Rumah                                     : Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya
Riwayat Pendidikan dan Pekerjaan     :
-          SDN 2 Sindangraja Kecamatan Jamanis Kab. Tasikmalaya pada tahun 1991 dan lulus tahun 1997.
-           Madrasah Tsanawiyah di MTs Sindangraja lulus tahun 2000 kemudian SMA 1 Cihaurbeuti lulus tahun 2003,
-          Penulis melanjutkan kuliah di Universitas Galuh FKIP Program Studi Bahasa Inggris pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2008.
-          Setelah lulus S.1 mengabdikan diri sebagai tenaga sukwan di Satuan Pendidikan di antaranya Kementerian Agama Kota Tasikmalaya selama lima tahun.
-          Pada tahun 2009 di tetapkn sebagai Pegawai Negeri Sipil di MAN Kiarakuda Ciawi sampai sekarang.
-          Pada tahun 2012 Penulis melanjutkan S2 di   mengambil Program Studi Administrasi Pendidikan.                               



ABSTRAK

Tesis ini berjudul STUDI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH PADA SMAN 1 TASIKMALAYA DALAM PENINGKATAN MUTU, Adam Wahid Pramulyana, NIM. 82321213062. Peran kepemimpinan kepala sekolah memegang kedudukan penting dalam peningkatan mutu pendidikan. SMAN 1 Tasikmalaya yang merupakan salah satu lembaga pendidikan lanjutan tertua di Kota Tasikmalaya dan memiliki segudang prestasi dan mutu pendidikan yang cukup tinggi. Pencapaian tersebut merupakan suatu hal yang cukup menarik untuk diteliti. Hal ini berkaitan erat dengan peran kepemimpinan kepala sekolah dengan indikasi adanya fungsi EMASLIM (edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator) yang cukup baik di SMAN 1 Tasikmalaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran  peran  kepala sekolah berkaitan dengan fungsi EMASLIM tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif kualitatif dengan pendekatan studi kasus.   Pengumpulan data dilakukan melalui waancara dan studi dokumentasi. Data yang berhasil dikumpulkan ditriangulasi dan direduksi sehingga menghasilkan kesimpulan.
Peran kepemimpinan kepala sekaolah sebagai EMASLIM di SMAN 1 Tasikmalaya telah berjalan dengan baik, dengan adanya berbagai bentuk usaha menanamkan nilai-nilai positif di lingkungan sekolah, adanya tim pengembang yang dibentuk sebagai tim research and development, keikutsertaan dalam berbagai bentuk kompetisi dan pelatihan terkait peningkatan mutu dan kualitas pendidikan SMAN 1 Tasikmalaya. Selain dari pada itu dalam pengelolaan kesiswaan, sarana dan prasarana dilaksanakan secara terprogram dan terperinci sehingga kelemahan dan kekuatan dapat diinventarsir dengan baik yang memungkinkan perencanaan program ke depannya akan lebih baik. Namun disisi lain masih timbul kendala antar personal di lingkungan SMAN 1 Tasikmalaya, diantaranya adanya miss communication dan pengawasan juga pengarahan tugas pokokdan fungsi dari tiap bagian organisasi di SMAN 1 Tasikmalaya.
A.    Pendahuluan
Dewasa ini muncul berbagai konsep mengenai kepemimpinan kepala sekolah yang ideal dalam memimpin lembaganya, diantaranya yaitu konsep kepala sekolah sebagai EMASLIM. EMASLIM sendiri merupakan akronim dari Educator, Manajer, Administrator, Suvervisor, Leader, Inovator dan Motivator. Dengan kata lain kepala sekolah harus memadai di segala bidang, baik secara administratif atupun dalam pengelolaan sumberdaya yang dimiliki lembaganya.
Kepemimpinan kepala sekolah menjadi suatu hal yang menarik untuk diteliti, apalagi dikaitkan dengan fungsi otonom sekolah dan manajemen berbasis sekolah. Dalam kondisi ini kepala sekolah dituntut memiliki kecakapan yang memadai demi kemajuan sekolah yang dipimpinnya. Begitu halnya dengan SMAN 1 Tasikmalaya yang merupakan salah satu sekolah lanjutan pilihan di kota Tasikmalaya. Tingginya minat siswa sekolah menengah pertama  di kota Tasikmalya dan sekitarnya untuk menempuh pendidikan di SMAN 1 Tasikmalaya, memberikan tanggung jawab yang besar pula terhadap para pengelolanya. Selain dari tingginya minat siswa untuk melanjutkan pendidikan, juga begitu banyak prestasi yang melekat di SMAN 1 Tasikmalaya yang harus dipertahankan dan mungkin harus ditingkatkan.
Di tahun 2013, di bidang akademik SMAN 1 Tasikmalaya sudah memenangkan berbagai kejuaraan, antara lain Olimpiade Sains Bidang Kimia, Bidang Ekonomi, Fisika, Kebumian..belum lagi prestasi non akademiknya seperti Walikota Cup Silat Perisai Diri, Kejuaraan Bridge, dan Olimpiade Olah Raga Siswa dan Wajib Belajar 2013 Tingkat Kota Tasikmalaya.
Menurut Bp H Pipin Aripin, S.Pd., M.MPd. selaku kepala sekolah, kualitas dan prestasi siswa tersebut dihasilkan dari proses seleksi masuk yang ketat serta proses bimbingan dan belajar mengajar yang diberikan oleh bapak ibu guru yang memiliki dedikasi tinggi. SMAN 1 Tasikmalaya ini juga memiliki pengajar bergelar doktor bidang Matematika beliau adalah Dr. Yonandi, S.Si, M.T
Sebagai sekolah yang berciri khas memiliki peserta didik yang sangat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, berjiwa entrepreneurship, leadership, kreatif, inovatif, mandiri, agamis dan santun tidak heran memang jika sekolah ini akan semakin banyak menghasilkan siswa-siswi yang berkualitas. Hal ini memerlukan pemimpin yang yang kompeten sehingga segala hal baik yang tersemat di SMAN 1 Tasikmalaya dapat dijaga dan ditingkatkan. 
Penelitian ini ditujukan Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup penelitian, yaitu bagaimana peran kepemimpinan Kepala Sekolah di SMAN 1 Tasikmalaya sesuai dengan karakter EMASLIM (Educator, Manager, Administrator, Suvervisor, Leader, Inovator dan Motivator)
Istilah EMASLIM pertama kali muncul berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 489 Tahun 1992 pasal 7 ayat 1 yang menyebutkan bahwa tugas dan fungsi kepala sekolah adalah sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. Tugas dan fungsi tersebut merupakan rangkaian yang lebih spesifik  di samping tugas-tugas yang lebih luas dalam totalitas kepemimpinan pada lembaga pendidikan. Nurkolis (2003:119) menyatakan :
Pada tingkat sekolah, kepala sekolah sebagai figure kunci dalam mendorong perkembangan dan kemajuan sekolah. Kepala sekolah tidak hanya meningkatkan tanggung jawab dan otoritasnya dalam program-program sekolah, kurikulum dan keputusan personel, tetapi juga memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan akuntabilitas keberhasilan siswa dan programnya. Kepala sekolah harus pandai memimpin kelompok dalam pendelegasian tugas dan wewenang.

Dalam posisinya sebagai kepala sekolah, maka kemampuannya harus dapat ditonjolkan untuk memimpin sekolah,sebab dengna segala kompleksitas permasalahan yang dihadapinya, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan profesiaonalisme yang lengkap. Wahjusumidjo (2003:81) menyatakan bahwa
Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab dalam memimpin sekolah.

Dari pengertian diatas memiliki pengertian bahwa organisasi yang kompleks yaitu organisasi yang didalamnya terdapat berbagai dimensi yang saling berkaitan dan menentukan, sedangkan unik adalah bentuk organisasi yang berbeda dengan organisasi lainnya dengan cirri-ciri yang tidak dimiliki organisasi lainnya diantaranya yaitu adanya proses belajar mengajar dan tempat mewariskan nilai-nilai serta kebudayaan. 
Sebagaimana disebutkan terdahulu, tugas dan fungsi kepala sekolah bersifat kompleks. Selain itu kepala sekolah harus memiliki visi dan misi dalam memimpin sekolahnya yang harus bisa di aktualisasikan dalam kehidupan organisasinya. Dalam mewujudkan semua itu kepala sekolah memiliki tugas yaitu sebagai berikut :
1.      Edukator, yaitu kepala sekolah berperan sebagai seorang pendidik baik bagi tenaga kependidikan yang ada disekolah maupun para peserta didik.
2.      Manajer, yaitu kepala sekolah harus mampu memanajemen segala sumber daya yang ada di sekolah dalam pencapaian visi dan misinya.
3.      Administrator, yaitu kepala sekolah harus mampu melakukan administrasi di bidang pendidikan di sekolahnya.
4.      Supervisor, yaitu kepal sekolah harus bisa memberikan supervisi terhadap bawahannya dalam hal pelaksanaan pendelegasian tugas dan wewenang di sekolahnya.
5.      Leader, yaitu kepala sekolah harus menjadi pemimpin yang baik bagi bawahnnya, yang mampu mengembangkan jiwa kepemimpinan sehingga mampu menjadi contoh atau teladan bagi bawahnnya.
6.      Inovator, yaitu kepala sekolah harus mampu memberikan inovasi dalam menyesuaikan sekolahnya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan zaman.
7.      Motivator, yaitu kepala sekolah mampu memberikan dorongan terhadap seluruh elemen organisasi sekolah dalam meningkatkan kinerja dan pencapaian tujuan dari visi misi sekolah.
Edukator
Kemampuan yang dimiliki kepala sekolah dalam perannya sebagai educator dapat dikembangkan dalam pembinaan mental  para guru yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalm hal ini kepala sekolah harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenaga pendidik dapat melaksanakan tugas dengan baik secara proporsional dan professional. Pembinaan mental yang dimaksud adalah pembinaan para guru berkaitan dengan sikap, perasaan dan karakter mereka. Hal ini dapat dikembangkan melalui sentuhan pendidikan. Yang dimaksud dengan sentuhan pendidikan adalah memberikan sikap yang patut diteladani bukan hanya terpaku pada ucapan, pidato atau nasehat saja.
Selain daripada keteladanaan dalam sikap, fungsi educator  juga dapat tercipta berdasarkan pada pengalaman kepala sekolah, dikarenakan dengan pengalaman akan mempengaruhi profesionalisme seorang kepala sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut Mulyasa (2009:100) menyatakan :
Sebagai educator kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah terutama dalam membentuk pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya dengan penataran dan pelatihan yang pernah diikutinya.

Dengan demikian pengalaman yang dimiliki seorang kepala sekolah dapat dijadikan landasan penegtahuan untuk meningkatkan profesionalisme di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Selain daripada itu fungsi educator kepal sekolah secara luas diartikan sebagai usaha membina, membimbing dan mendidik guru, staf pegawai serta seluruh siswa bahakan komite sekolah yang behubungan langsung dengan sekolah. Pendidik juga pada hakekatnya adalah sebagai contoh model atau teladan yang diperankan oleh kepala sekolah untuk dapat ditiru oleh warga sekolah untuk mencapai terciptanya pendidikan yang bermutu.
Berkaitan dengan fungsi kepala sekolah sebagai educator Mulyasa (2009:100) mendeskripsikan sebagai berikut :
1.      Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran untuk menambah wawasan mereka, juga member kesempatan bagi para guru untuk meningkatkan pendidikan melalui jalur formal ke jenjang yang lebih tinggi
2.      Kepala sekolah harus berusaha menggerakan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka.
3.      Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah , dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran.

Sedangkan Marno dan Supriyatno (2008:37 ) menyatakan fungsi educator kepala sekolaha adalah sebagai berikut :
1.      Prestasi sebagai guru mata pelajaran. Seorang kepala sekolah dapat melaksanakan program pembelajaran dengan baik, dapat membuat proca, kisi-kisi soal, analisa soaldan dapat melakukan program perbaikan dan pengayaan.
2.      Kemampuan membimbing guru dalam tugasnya.
3.      Mampu memberikan alternatif pembelajaran yang efektif.
4.      Kemampuan dalam membimbing karyawan dalam tugasnya sebagai tatausaha, pustakawan, laboratorium dan bendaharawan.
5.      Kemampuan membimbing stafnya untuk lebih berkembang terkait pribadi dan profesinya.
6.      Kemampuan membimbing macam-macam kegiatan kesiswaan.
7.      Kemampuan belajar mengikuti perkembangan IPTEK dalam forum diskusi, bahan referensi dan mengikuti perkembangan ilmu melalui media elektronika.

Berdasarkan pada pengertian pendidikan tersebut memberikan indikasi bahwa proses pendidikan di samping secara khusus dilaksanakan melalui sekolah, dapat juga diselenggarakan di luar sekolah, yaitu keluarga dan masyarakat. Lebih jauh dapat juga dipahami bahwa seorang pendidik tersebut harus benar-benar mengetahui teori-teori dan metode dalam pendidikan tersebut. Kepala sekolah sebagai seorang pendidik harus mampu menanamkan, memajukan dan meningkatkan paling tidak empat macam nilai, yaitu: (1) nilai mental, nilai yang berkaitan dengan sikap bathin dan watak manusia, (2) nilai moral yang berkaitan dengan hal-hal ajaran baik dan buruk mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban atu moral yang diartikan sebagai ahklak, budipekerti, dan kesusilaan, (3) nilai fisik hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan atau penampilan manusia secara lahiriah, dan (4) nilai artistik yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan (Mulyasa:2009:99).
Manajer
Manajemen adalah suatu bentuk proses dari ruang lingkup pekerjaan seorang manajer dalam merencanakan program dan dikerjakan bersama dalam suatu grup demi mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang manajer harus mampu mendorong terciptanya pekerjaan yang teratur dengan fungsi merencanakan, mengorganisasikan atau membentuk tim penggerak pekerjaan, pengarahan dan pengawasan. Oleh karena itu manajemen pendidikan akan berjalan dengan baik apabila digerakan oleh manajer yang professional di sekolah, manajer tersebut dapat mendelegasikan tugas dan kewenangan dengan baik terhadap wakil-wakilnya tanpa kehilangan fungsinya sebagai pimpinan.
Berkaitan dengan fungsi manajemen pendidikan Mulyasa (2009:103) menyatakan :
Dalam rangka melakukan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau koopratif, member kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenanga kependidikan dalam menunjang program sekolah. 

Strategi pelaksanaan tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai manager di sekolah ditetapkan melalui pemberdayaan tenaga yang ada, mulai dari tenaga guru, pegawai, tenaga honorer, komite sekolah dan siswa. Sebagai kepala sekolah pemberdayaan yang dimaksud adalah memanfaatkan potensi, keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh para unsur pelaksana dan pendukung pendidikan yang ada di sekolah dalam program pembangunan di segala sektor dengan memberikan kepercayaan kepada mereka untuk ikut andil bagian adalam pelaksanaan program secara positif. Hal ini dalam rangka mewujudkan visi dan misi yang telah ditentukan dengan berfikir analitik dan konseptual sehingga dapat memberikan kepuasan kerja secara bersama.
Selanjutnya Mulyasa (2009:106) secara garis besar menyatakan fungsi kepala sekolah sebagai manajer adalah sebagai berikut :
1.      Kemampuan menyusun program sekolah.
2.      Kemampuan menyusun organisasi personalia sekolah.
3.      Kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan.
4.      Kemampuan mendayagunakan sumber daya sekolah.

Sejalan dengan hal tersebut Marno dan Supriyatno (2008:37) memberikan penjelasan kepala sekolah sebagai manjer adalah sebagai berikut :
  1. Kemampuan menyusun program secara sistematik, periodik dan kemampuan melaksanakan program yang telah dibuatnya secara skala prioritas.
  2. Kemampuan menyusun organisasi personal dengan uraian tugas sesuai dengan standar yang ada.
  3. Kemampuan menggerakan stafnya dan sumber daya yang ada, serta lebih lanjut memberikan acuan yang dinamis dalam kegiatan rutin dan temporer.
Dari berbagai pemahaman di datas maka dapat disimpulkan secara garis besar tugas seorang kepal sekolah sebagai manajer pendidikan adalah sebagai berikut :
1.      Perencanaan, yaitu menyusun program kerja yang akan dilaksanakan oleh seluruh  warga sekolah, meliputi : program jangka pendek, program jangka menengah danmenyusun program jangka panjang. Program kerja tersebut disusun secara sistematis dan dijadikan pedoman bagi tenaga kependidikan dan staf pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
2.      Pengorganisasian, yaitu untuk melaksanakan secara baik  program kerja yang telah disusun sebelumnya, maka diperlukan pengorganisasian kerja atau pembagian tugas. Dalam hal ini diperlukan objektivitas seorang manajer dalam menentukan siapa saja yang kompeten untuk melaksanaan tugas yang telah diprogramkan. Tugas dan pekerjaan tersebut harus diikuti dengan penyesuaian sumber daya yang diperlukan.
3.      Menggerakan, yaitu kepala sekolah harus mampu menggerakan seluruh staf, guru dan komite sekolah dalam kegiatan sekolah, tentu manajer harus berperan sebagai contoh. Kepala sekolah harus bersifat mendorong, memotivasi agar seluruhnya terlibat berpartisipasi, dengan mengedepankan sifat demokratis, asas mufakat, asa kesatuan, asas keakraban dan saling tenggang rasa.
Jadi kepala sekolah sebagai manajer merupakan motor penggerak, dan menentukan arah  kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya dapat direalisasikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kepala sekolah dituntut untuk mampu memberdayakan segala sumberdaya dalam rangka meningkatkan  efektifitas kinerjanya. Dengan demikian manajemen pendidikkan akan dapat memberikan hasil yang memuaskan. Kinerja kepemimpinan kepala sekolah sebagai manajer adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efesien

Administrator
Bidang tugas dan aktifitas seorang administrator meliputi kegiatan administrasi, begitu halnya dengan tugas administrator kepala sekolah yaitu : Administrasi kepegawaian, Administrasi kesiswaan, Administrasi kurikulum, Administrasi keuangan, Administrasi perpustakaan, Administrasi sarana, Administrasi perlengkapan dan peralatan, Administrasi jasa, Administrasi tata usaha , Administrasi program dan Administrasi komite sekolah (hubungan kemasyarakatan)
Berkaitan dengan tugas administrasi kepala sekolah Mulyasa (2009:107) menyatakan :
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan dan mengelola administrasi keuangan.

Sejalan dengan hal di atas Marno dan Supriyatno (2008:38) mengemukakan fungsi administrator kepala sekolah adalah sebagai berikut :
1.      Kemampuan mengelola semua perangkat kegiatan belajar mengajar secara sempurna dengan bukti data administrasi yang akurat.
2.      Kemampuan mengelola administrasi kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana dan administrasi persuratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Jadi dari berbagai pengertian di atas maka kepala sekolah sebagai administrator merupakan suatu kondisi kepala sekolah melakukan tata kelola sumber daya yang berkaitan dengan lembaga sekolah yang dipimpinnya, baik dari tenaga kependidikan, staf, peserta didik sampai dengan hubungan kemasyarakatan.  Tata kelola tersebut bersifat pendokumentasian segala kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya dalam rangka mencapai tujuan dari visi misi yang telah ditetapkan.
Secara lebih jelas administrasi sekolah adalah suatu proses yang terdiri dari usaha mengkreasi, memelihara, menstimulir, dan mempersatukan semua daya yang ada pada suatu lembaga pendidikan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan dulu. Cakupan dari administrasi sekolah adalah meliputi: (1) pengembangan pengajaran dan kurikulum, (2) pengelolaan kesiswaan, (3) mengelola personalia sekolah, (4) mengelola gedung dan perlengkapan sekolah, (5) mengelola usaha dan keuangan sekolah,  dan (6) mengelola hubungan dengan masyarakat. Para calon kepala sekolah dan para kepala sekolah diberikan pengertian, pemahaman secara teoretik dan empirik lebih luas dan dalam tentang administrasi pendidikan, sehingga kelak dikemudian hari apabila sudah menjadi kepala sekolah akan dapat melakukan dan menerapkan dalam melakasanakan tugas sebagai kepala sekolah dengan baik, dalam arti mampu mendayagunakan sumberdaya manusia dan sumberdaya sarana dan prasarana lainnya.
Supervisor
Pengawas secara akademik bisa bersifat formal dan informal. Pengawas formal adalah pengawas yang diangkat oleh dinas pendidikan tingkat provinsi, kabupaten, dan tingkat kecamatan berasal dari luar sekolah. Pengawas informal adalah pengawas yang bersal dari dalam sekolah sendiri, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para ketua unit, dan para guru bidang studi yang sudah senior (Pidarta, 2012:62). Kedua jenis pengawas tersebut harus memiliki kompetensi kepenga-wasan. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki meliputi: (1) kemampuan mengembangkan kurikulum, (2) mengorganisasikan pengajaran, (3) menyiapkan staf pengajar, (4) menyiapkan fasilitas belajar, (5) menyiapkan bahan-bahan pelajaran, (6) menyelenggarakan penataran guru-guru, (7) memberikan konsultasi dan membina anggota staf pengajar, (8) mengkordinasikan layanan terhadap para siswa, (10) mengembangkan hubungan dengan masyarakat, dan (11) menilai pelajaran (Neagley dan Evans dalam Natajaya, 2012:62).
Leader
Peran kepala sekolah sebagai pemimpin dalam lembaga pendidikan adalah  sebagai suatu usaha yang harus mampu mempengaruhi, mendorong dan menggerakan semua warga sekolah dalam upaya mencapai tujuan bersama. Depdikbud (1992:12) menyatakan :
Kepemimpinan kepala sekokah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mepengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang terkait untuk bekerja dan berperan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Selain harus memerankan fugsi di atas, kepala sekolah juga harus melakukan kerjasama dengan staf, memanfaatkan potensi staf untuk membantu merumuskan ide-ide baru dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan. Komunikasi yang terbangun antara kepala sekolah sebagai pimpinan dan bawahannya harus terbangun secara dua arah sehingga terjadi suatu hubungan interaksi yang kondusif. Demi tercapainya suatu kondisi kepemimpinan yang baik maka seorang pemimpin harus memilik karakter khusus, Wahjusumidjo (1999:10) menyatakan bahwa “Kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khususyang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan professional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan”.
Apa yang  dikemukakan di atas mengandung pengertian bahwa seorang kepala sekolah sebagai seorang pimpinan harus memiliki kecakapan bukan hanya secara intelektual saja namun kecakapan dalam hal kepribadian. Seorang pemimpin  yang baik harus memiliki pribadi yang baik pula, memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Nurkolis (2003:161) yang menyatakan :
Pemimpin memiliki sifat kepribadian seperti vitalitas dan stamina fisik, kecerdasan dan kearifan dalam bertindak, kemauan menerima tanggung jawab, kompeten dalam menjalankan tugas, memahami kebutuhan pengikutnya, memiliki keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain, kebutuhan untuk berprestasi, mampu memotivasi dan member semangat, mampu memecahkan masalah, meyakinkan, memiliki kapasitas untuk menang, mampu memegang kepercayaan, memiliki pengaruh, mampu beradaptasi dan memiliki fleksibilitas.
Dari kutipan-kutipan diatas dapat dipertegas bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian yang terpuji, memiliki keahlian, pengalaman dan pengetahuan serta mampu menata administrasi dengan baik. Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, bertanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil dan tauladan yang baik.
Di samping perannya sebagai leader yang  memiliki kemampuan teoritik dan konseptua, kepala sekolah diharuskan menggunakan nilai-nilai spiritual dan religius yang dianutnya, sehingga gaya kepemimpinanya menjadi lengkap dan dapat dipakai dalam totalitas kehidupan sehari-hari dihadapan para bawahnnya.
Selanjutnya Siagian (1999:105) menyatakan bahwa:
Pemimpin (leader) yang baik adalah mereka yang diharapkan oleh semua stafnya, mampeu memberikan kenyamanan dalam bekerja, memberikan peningkatan kesejahteraan dan membangun kerja sama, harmonis dan peka etrhadap stafnya.

Hal di atas sesuai dengan cirri-ciri leader yang dinyatakan oleh Marno dan Supriyatno (2008:38) yang menyebutkan bahwa :
1.      Memiliki kepribadian kuat.
2.      Memahami semua personilnya yang memiliki kondisi yang berbeda, begitu pula dengan siswa yang berbeda satu dengan lainnya.
3.      Memiliki upaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan karyawan.
4.      Mau mendengar kritik, usul atau saran yang konstruktif dari semua pihakyang terkait dengan tugasnya baik dari staf, karyawan atau siswanya sendiri.
5.      Memiliki visi dan misi yang jelas dari lembaga yang dipimpinya.
6.      Kemampuan berkomunikasi dengan baik, mudah dimengerti, teratur dan sistematis kepada semua pihak.
7.      Kemampuan mengambil keputusan bersama secara musyawarah.
8.      Kemampuan menciptakan hubungan kerja yang harmonis, membagi tugas secara merata dan dapat diterima oleh semua pihak.

Dengan memperhatikan pendapat dan konsep para tokoh dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah adalah seorang pemimpin yang memiliki karakter yang kuat dan teguh dalam pendirian, juga memiliki ilmu pengetahuan teoritik mengenai kepemimpinan dan mampu menerepkanya dalam kegiatan sehari-hari. Memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan dapat dimanfaatkan dalam membangun karakter bawahnnya. Memiliki wibawa dan kharismatik sehingga mampu memberikan pengaruh positif bagi para bawahnnya, selain itu kepemimpinan kepala sekolah memiliki kecerdasn emosional dan spiritual dan mampu diaplikasikan dalam membangun komunikasi dan lingkungan kerja yang professional dan kondusif.
Inovator
Kepala sekolah sebagai inovator atau pembaharu melakukan perubahan kea rah yang lebih baik sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri dan sesuai dengan paradigma yang berkembang dalam dunia pendidikan yang digelutinya, baik pembaharuan di sektor fisik maupun sektor sumber daya manusia. Dalam rangka pelaksanaannya kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, menginteegrasikan setiap kegiatan, member teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dengan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. 
Mulyasa (2009:118) memberikan ciri-ciri kepala sekolah sebagai inovator sebagai berikut : “Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara dia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin serta adaptabel dan fleksibel”.
Danim (2002) menjelaskan dengan mengutip pendapatnya Coombs bahwa pembaharuan dalam bidang pendidikan harus diawali dengan revolusi dalam bidang administrasi pendidikan. Ini berarti sekolah harus dikelola dengan administrasi yang inovatif. Kepala sekolah atau pemimpin pendidikan yang ingin atau akan sukses dituntut untuk mengadakan inovasi sehingga mampu menampung dinamika perkembangan yang terjadi di luar sistem pendidikan. Dengan demikian fungsi pemimpin dalam melakukan pembaharuan atau inovasi adalah (a) fungsi tanggap terhadap inovasi, (b ) fungsi mengharmoniskan atau mengkomplementasikan atau fungsi pembinaan, dan (c) fungsi pengarahan (Muhadjir. 1983).  Lebih lanjut Muhadjir juga menjelaskan bahwa dalam hubungannya dengan fungsi pemimpin dalam melakukan pembaharuan tersebut ada dua macam. Pemimpin yang cepat-cepat tanggap terhadap inovasi, dan pemimpin tidak tanggap terhadap inovasi. Pemimpin yang cepat-cepat tanggap terhadap inovasi disebutnya dengan pemimpin adopsi inovasi. Kepala sekolah sekolah sebagai pemimpin, hendaknya menjadi pemimpin adopsi inovasi, lebih dari itu seorang kepala sekolah dalam melakukan inovasi dituntut untuk berani mengambil resiko, proaktif, dan komitmen pada tugasnya. Tugas lainnya yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai inovator adalah membantu kelancaran jalannya arus inovasi dari pemerintah, oleh para ahli, para kepala sekolah, atau guru yang senior terhadap kliennya atau guru-guru unior yang lainnya. Kelancacaran jalannya proses arus inovasi atau komunikasi inovasi tersebut terjadi apabila inovasi yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dari kliennya atau sesuai dengan masalah yang dihadapinya.
Berkaitan dengan hal di atas perlu suatu reformasi pendidikan sesuai dengan perkembangan permasalahan yang menjadi kendala dunia pendidikan dewasa ini. Kemampuan kepala sekolah sebagai inovator berarti juga mampu melakukan reformasi atau perubahan mengikuti perkembangan kebutuhan dunia pendidikan. Hal ini ditegaskan oleh Zamroni (2003:159) yang menyatakan :
Reformasi pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan agar pendidikan dapat berjalan lebih efektif dan efesien mencapai tujuan pendidikan nasional. Untuk itu dalam reformasi dan hal yang harus dilakukan : a) mengidentifikasikan atas berbagai problem yang menghambat terlaksananya pendidikan dan b)merumuskan reformasi yang bersifat startejik dan praktis sehingga dapat diimplementasikan di lapangan.

Dari pernyataan di atas dapat difahami bahwa suatu inovasi pendidikan  harus terlebih dahulu melihat permasalahan yang menghambat terlaksananya pendidikan. Selanjutnya harus dirumuskan secara strategis dan praktis yang berarti program inovasi dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi actual dari lembaga yang dipimpin oleh kepala sekolah sehingga terjadi kesesuaian yang tepat antara perumusan dan sumber daya yang ada.
Jadi secara garis besar inovasi adalah suatu gagasan, barang, kejadian, teknik-teknik, metode-metode,  atau praktik yang diamati, disadari, dirasakan, diterima dan digunakan sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok sebagai hasil diskoferi dan invensi. Dalam konteks sosial inovasi diberikan pengertian sebagai perubahan sosial yang digunakan untuk  mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Perubahan sosial tersebut dalamnya mencakup  dimensi proses kreatif, adanya perubahan, mengarah kepada pembaharuan, dan memiliki nilai tambah. 
Motivator
Seorang kepala sekolah sebagai seorang motivator harus memiliki startegi yang tepat untuk memeberikan motivasi kepada para tenaga pendidik dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Mulyasa (2009:120) menyatakan : “Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai macam sumber belajar”.
Dari apa yang diungkapkan oleh Mulyasa di atas maka dapat diartikan bahwa penataan lingkungan fisik, yaitu dalam hal ini ruang belajar, ruang guru dan prasarana lainnya akan memberi lingkungan kerja yang nyaman, dan hal tersebut membangkitkan timbulnya motivasi kerja. Selanjutnya suasana kerja yang menyenangkan, kerjasama yang  kerap terjadi dan saling membantu juga mampu menimbulkan motivasi dalam menjalankan tugas dan fungsi para tenaga pendidikan yang ada di lingkungan sekolah.  Kedisiplinan juga perlu diterapkan sebgai bentuk efesiensi dan efektifitas yang akan memotivasi produktifitas kerja, lebih lanjut diikuti dengan dorongan melalui perhatian dan bimbingan dan diberikan penghargaan sesuai dengan pencapaian yang dilakukan oleh para tenaga kependidikan.
Pengertian motivasi dalam beberapa buku sumber diberikan pengertian secara berbeda dan beragam sesuai dengan cara pandang dari para penulis. Walaupun demikian kalau dilacak secara bahasa,  maka istilah motivasi berasal dari bahasa latin yakni movere  yang berarti menggerakkan, dorongan atau gejolak, motivasi berasal dari kata motif yang artinya sebagai daya penggerak, pendorong seseorang  untuk melakukan aktifitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Ada banyak faktor yang mampu memotivasi para pekerja, seperti situasi industrial kayawan yang bersangkutan dalam hal bisa lingkungan rumah tangganya, lingkungan masyarakat, kebutuhan, aspirasi, keinginan. Faktor lainnya yang digunakan untuk memotivasi kerja adalah uang, karena uang dapat digunakan atau ditukar dengan barang-barang atau jasa yang bernilai ekonomis, yang dapat memuaskan kebutuhan fisiologikal dan kebutuhan dasar. Kepala sekolah dalam rangka memotivasi bawahnya atau semua sumberdaya manusia yang ada dalam organisasi sekolahnya seharusnya mempertimbangkan faktor yang bersifat individual maupun faktor organisasi sekolahnya agar dapat berhasil memotivasi bawahnyanya. Di sisi lain seorang kepala sekolah harus mampu mengelola semua material dan fasilitas yang ada di sekolah apakah menyangkut persoalan keuangan seperti gaji dan kesejahteraan yang lainnya, keamanan dan kenyamanan dalam melaksanakan pekerjaan, kekompakan dan kerja sama sesama pekerja, melakukan pengawasan, memberikan pujian dan penghargaan kepada bawahan, dan menumbuhkan kondisi agar para bawahannya menjadi mencintai pekerjaan itu sendiri.
B.     Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.  Menurut Sukmadinata (2011:22), penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah atau rekayasa manusia.
Objek dalam penelitian ini adalah kepemimpinan Kepala Sekolah SMAN 1 Tasikmalaya dan manajemen yang dilaksanakan di SMAN 1 Tasikmalaya. Kepemimpinan kepala sekolah diukur dengan berbagai indikator mulai dari kuikulum, administrasi, pengorganisasian, pelimpahan wewenang hingga pada penetapan standar kemampuan yang diterapkan berdasarkan kebijakan kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya.
Untuk mendapatkan informan kunci yang tepat sesuai dengan fokus penelitian, maka informan diambil berdasarkan perposive sampling (pengambilan sampel sesuai kebutuhan).  Menurut Sugiyono (2008:85) teknik sampling purposive yaitu “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan. Sumber informasi dalam penelitian diambil baik dari data primer maupun sekunder. Sumber Informasi Kunci (Key Informan), yaitu Kepala sekolah dan Sumber Informasi Penunjang (Supportive Informan ), yang terdiri dari guru, komite sekolah, dengan perincian:  1 orang Kepala Sekolah, dan 4 wakil kepala sekolah.
Sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala sekolah SMA Negeri 1 Tasikmalaya  dan guru di lingkunga SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Pelaksanaan pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan metode :
1.      Wawancara, Observasi (Observation), yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas keseharian, lingkungan dan sarana kerja yang berhubungan dengan penulisan ini.
  1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Data diperoleh dengan cara membaca literatur-literatur, bahan referensi, bahan kuliah, dan hasil penelitian lainnya yang ada hubungannya  dengan  obyek  yang  diteliti.  Hal  ini  dilakukan  penulis untuk mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai masalah yang sedang dibahasnya.

Data yang diperoleh dari berbagai sumber dalam penelitian kualitatif dapat menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam – macam (triangulasi) dan dilakukan secara terus – menerus sampai datanya jenuh ( dapat disimpulkan). Pengamatan yang terus – menerus menghasilkan variasi data yang tinggi. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam proses menganalisanya. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis (Sugiyono,2010:335).
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Tasikmalaya. Waktu penelitian dilakasanakan antara bulan Januari sampai dengan Mei 2014 .
C.    Hasil dan Pembahasan
Fungsi Edukator
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat fungsi-fungsi edukasi yang diterapkan oleh kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya diantaranya yaitu dengan member contoh kepada bawahnnya untuk memiliki mental disiplin dan memberi dukungan pada kegiatan-kegiatan yang mampu membangun mental warga sekolah, seperti keikutsertaan sekolah dalam perlombaan-perlombaan baik secara lokal, regional atau nasional.  Kepala sekolah juga berusaha menanamkan nilai-nilai moral positif baik secara adat budaya maupun secara religi. Sedangkan dalam  hubungannya dengan menanamkan nilai fisik kepala sekolah berusaha menerapkan hidup sehat meski sedikit sulit, hal tersebut dilakukan lebih kepada bentuk pendekatan personal. Lebih lanjut keterliabtan dan peran serta kepala ekolah dalam menanamkan nilai seni dan budaya terlihat dari adanya dukungan terhadap nilai seni dan keindahan, juga terhadap budaya lokal yang berkembang. Dukungan tersebut berupa kegiatan-kegiatan yang mengedepankan adat budaya lokal, seperti pentas seni tradisional dalam pelepasan murid kelas XII, atau kegiatan ekstrakulikuler teater.
Tampaknya dalam hubungan dengan pemaknaan terhadap bimbingan tersebut tidak dapat dilepaskan dari pengertian pembimbingan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya. Tiga kalimat padat yang terkenal dalam sistem among tersebut adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karsa, dan tut wuri handayani. Ketiga kalimat tersebut mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh, dan  harus dapat mengendalikan peserta anak didiknya. Hal ini tergambar dari sikap kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya yang memberikan keteladanan, bimbingan dan pengarahan serta himbauan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pimpinan di lingkungan SMAN 1 Tasikmalaya. Jadi secara garis besar kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya sudah melaksanakan fungsinya sebagai educator yang mengedepankan nilai mental, nilai moral, nilai fisik dan nilai artistik.
Lebih lanjut hal tersebut merupakan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan daya saing SMAN 1 Tasikmalaya, misalkan dengan adanya keterlibatan SMAN 1 Tasikmalay dalam berbagai kompetisi, selain meningkatkan nilai mental hal tersebut juga meningkatkan daya saing dan pengalaman. Selain itu dengan adanya budaya religi yang dilestarikan memberikan nilai tambah sebagai suatu lembaga pendidikan.
Fungsi Manajer
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mampu megelola seluruh sumber daya yang ada di sekolah, berkaitan dengan hal tersebut kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya melakukan manajerial terhadap pengembangan sekolah dengan dibentuknya tim khusus. Hal tersebut dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diprogramkan dan pelaksanaanya tidak lepas dari legitimasi, pengawasan dan pengarahan dari kepala sekolah,
Kepala Sekolah SMAN 1 Tasikmalaya mewujudkannya dalam pengorganisasian personal sekolah secara terstruktur dan berdaya guna disesuaikan dengan kemampuan personal. Selain itu kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya juga melihat latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam pengorganisasian personal sekolah, dengan harapan adanya kesesuain tupoksi dengan kemampuan personal. Lebih lanjut hasil penelitian menyatakan bahwa seluruh kegiatan pengorganisasin tersebut direncanakan secara terperinci, diarahkan dan dievaluasi pelaksanaanya secara berkala.
Jadi dapat disimpulkan bahwa secara garis besar fungsi manajer sudah dilaksanakan dan berjalan dengan baik di SMAN 1 Tasikmalaya dengan adanya pengorganisasian personal, evaluasi, pengarahan dan pola penugasan yang diprioritaskan sesuai dengan kemampuan personal terkait dengan pengembangan sekolah yang menjadi tujuan program sekolah. Dengan demikian maka kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya telah berfungsi sebagai manjer sesuai dengan kaidah yang berlaku.  Selain itu dengan adanya penetapan upaya pengembangan dengandibentuknya tim khusus, merupakan suatu bukti nyata bahwa dengan kemampuan seorang manajer kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya memiliki perhatian khusus terhadap pengembangan SMAN 1 Tasikmalaya, atau dengan mengikutsertakan guru-guru dalam pelatihan sehingga kualitas mutu pendidikan SMAN 1 Tasikmalaya dapat terjaga bahkan ditingkatkan.
Fungsi Administrator
Sebagai seorang administrator kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya  dapat dikatakan telah memenuhi criteria tersebut, meski pada pelaksanaanya lebih cenderung mendelegasikan tugas administrasinya kepada wakil-wakli yang ditunjuk, meski demikian kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya tetap memberikan pengawasan dan pengarahan atas pelimpahan tugas dan tanggung jawab tersebut. Jadi meski tugas keadministrasian dilimpahkan kepada para bawahannya dengan adanya pengawasan dan pengarahan menunjukan kemampuan kepala sekolah sebagai seorang adaministrator, karena tanpa kemampuan administrasi yang baik  pengawasan dan pengarahan masalah keadministrasian tidak akan berjalan dengan baik.
Dari hasil penelitian yang menunjukan adanya pengelolaan sistem informasi sekolah yang dibuat terintegrasi antar bagian, meski untuk sistem informasi yang sifatnya lebih luas (untuk masyarakat umum atau pihak diluar sekolah masih terkesan konvensional) dan adanya pengelolaan sumber daya sekolah baik pemeliharaan ataupun pengadaan kebutuhan. Hal paling sederhana adanya administrasi yang baik adalah adanya dokumentasi mengenai kegiatan-kegiatan sekolah, baik secara akademis maupun non akademis, misalkan buku besar siswa yang tersusun rapi, arsip- arsip kegiatan kesiswaan yang terdokumnetasi dengan baik.
Jadi dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa peran administrator telah dijalankan oleh kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya. Walaupun pada kenyataannya fungsi tersebut diteruskan pelaksanaanya oleh wakil yang terpilih, namun tetap di bawah pengawasan dan pengarahan kepalas sekolah SMAN 1 Tasikmalaya. Lebih lanjut dengan adanya  administrasi yang baik maka dapat diinventarisis dengan mudah kelemahan dan kekuatan dari SMAN 1 Tasikmalaya, sehingga hal tersebut dimungkinkan mampu mempermudah peningkatan kualitas pendidikan dengan penyusunan strategi yang tepat dan akurat berdasarkan ineventarisir masalah dan kendala.
Fungsi Supervisor
Pengawas (supervisor) secara akademik bisa bersifat formal dan informal. Pengawas formal adalah pengawas yang diangkat oleh dinas pendidikan tingkat provinsi, kabupaten, dan tingkat kecamatan berasal dari luar sekolah. Pengawas informal adalah pengawas yang bersal dari dalam sekolah sendiri, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para ketua unit, dan para guru bidang studi yang sudah senior (Pidarta, 2012:62).
Berkaitan dengan hal tersebut kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya melakukan supervisi di bidang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi belajar mengajar. Selanjutnya kepala sekolah memberikan rekomendasi terhadap hasil pengawasan tersebut, mana yang perlu ditingkatkan mana yang perlu dipertahankan dan mana yang perlu di tinggalkan demi kemajuan pendidikan di SMAN 1 Tasikmalaya. Selain iu adanya upaya peningkatan kualitas pendidikan di SMAN 1 Tasikmalaya dengan melibatkan guru-guru dalam pelatiha terkait pengembangan kualitas pendidikan, memperkenalkan metode pengajaran yang baru atau mnargetkan tingkat kelulusan yang dicapai. Sifat supervisi yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah supervisi yang bersifat konsultatif dimana kepala sekolah memberikan rekomendasi sebagai bentuk keterbukaan dan dorongan untuk maju.
Dari pengertian diatas dapat difahami bahwa prinsip supervisi kepala sekolah dilaksanakan berdasarkan pada kebutuhan guru dalam mengembangkan kemampuannya, dilaksanakan secara demokratis juga tidak kaku, namun bisa bersifat konsultatif dua arah dengan harapan adanya perbaikan dalam mutu kegiatan belajar mengajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya telah melaksanakan fungsi supervisi dengan cukup baik.
Fungsi Leader
Peran kepala sekolah debagai pemimpin dalam lembaga pendidikan adalah  sebagai suatu usaha yang harus mampu mempengaruhi, mendorong dan menggerakan semua warga sekolah dalam upaya mencapai tujuan bersama.
Kepala Sekolah juga harus melakukan kerjasama dengan staf, memanfaatkan potensi staf untuk membantu merumuskan ide-ide baru dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan. Komunikasi yang terbangun antara kepala sekolah sebagai pimpinan dan bawahannya harus terbangun secara dua arah sehingga terjadi suatu hubungan interaksi yang kondusif. Berkaitan dengan hal tersebut kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya berdasarkan hasil penelitian telah melaksanakan fungsi kepeminpinanya dengan adanya pendelegasian tugas secara terstruktur juga danaya hubungan baik yang terangun antara kepala sekolah dan bawahannya. Hubungan yang kondusif dan professional tanpa mengesampingkan rasa kekeluargaan. Meski hal tersebut tidak lepas dari kendala yang timbul, dan dari hasil penelitian kebanyakan kendala timbul akibat adanya miss communication dan kurang jelasnya tugas yang didelegasikan.
Menyimpulkan dari hasil penelitian kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya memeiliki kemampuan kepemimpinan baik secara emosional ataupun intelektual. Hal ini tergambar jelas dalam hasil penelitian yangmenyatakan adanya hubungan baik yang terbangun antara pimpinan dan bawahan dengan tanpa mengesampingkan profesionalisme dan rasa sling menghormati, dan adanya pendelegasian tugas yang selektif, dengan demikian peranan leader di sini dapt diartikan sebagai kewenangan yang ditujukan bagi peningkatan kualitas pendidikan, terkait dengan adanya pendelegasin tugas yang selektif dan komunikasi yang aktif.
Fungsi Inovator
Secara garis besar inovasi adalah suatu gagasan, barang, kejadian, teknik-teknik, metode-metode,  atau praktik yang diamati, disadari, dirasakan, diterima dan digunakan sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok sebagai hasil diskoferi dan invensi. Dalam konteks sosial inovasi diberikan pengertian sebagai perubahan sosial yang digunakan untuk  mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Perubahan sosial tersebut dalamnya mencakup  dimensi proses kreatif, adanya perubahan, mengarah kepada pembaharuan, dan memiliki nilai tambah. 
Dalam inovaasi atas kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya, dimana dari hasil penelitian menunjukan bahwa kendala yang dihadapi adalah masalah pembiayaan yang masih tidak mencukupi untuk membiayai program yang telah disusun. Selain itu dalam masalah peningkatan kualitas pendidikan, kepala sekolah melakukan inovasi dengan cara melibatkan partisipasi yang ktif dari orang tua murid untuk dapat berpatrtisipasi dalam mensukseskan pencapaian dan  peningkatan mutu pendidikan.
Kemampuan kepala sekolah sebagai inovator berarti juga mampu melakukan reformasi atau perubahan mengikuti perkembangan kebutuhan dunia pendidikan. Dimana kepala sekolah telah mampu mengidentifikasi permaslahan yang dihadapi dan berusaha member alternative solusi dari permasalahan  yang timbul tersebut. Jadi dari hasil penelitian fungsi inovasi telah dilaksanakan oleh kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya melalui identifikasi masalah dan problem solving.
Fungsi Motivator
Seorang kepala sekolah sebagai seorang motivator harus memiliki startegi yang tepat untuk memeberikan motivasi kepada para tenaga pendidik dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.
Penataan lingkungan fisik, yaitu dalam hal ini ruang belajar, ruang guru dan prasarana lainnya akan memberi lingkungan kerja yang nyaman, dan hal tersebut membangkitkan timbulnya motivasi kerja. Selanjutnya suasana kerja yang menyenangkan, kerjasama yang  kerap terjadi dan saling membantu juga mampu menimbulkan motivasi dalam menjalankan tugas dan fungsi para tenaga pendidikan yang ada di lingkungan sekolah.  Kedisiplinan juga perlu diterapkan sebagai bentuk efesiensi dan efektifitas yang akan memotivasi produktifitas kerja, lebih lanjut diikuti dengan dorongan melalui perhatian dan bimbingan dan diberikan penghargaan sesuai dengan pencapaian yang dilakukan oleh para tenaga kependidikan.  Dan hal tersebut ditujukan demi peningkatan kualitas pendidikan di SMAN 1 Tasikmalaya.
Hal ini sejalan denga apa yang dilaksanakan oleh kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalay yang dari hasil penelitian terlihat memberikan lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman juga berusaha menegakan disiplin kerja yang tertuang dalam tugas pokok dan fungsi masing-masing bidang juga yang tertuang dalam tata tertib sekolah sebgai acuan kedisiplinan warga sekolah secara keseluruhan.selain itu adanya faktor motivasi yang berupa reward terhadap keberhasilan yang dicapai baik secara verbal maupun non verbal, baik secara moril maupun materil. Jadi dari hasil penelitian terlihat bahwa peranan motivator telah dijalan kan oleh kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya  secara baik.
D.    Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian berkenaan dengan fungsi EMASLIM  kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya adalah sebagai berikut :
  1. Kepala sekolah SMAN 1 Tasikmalaya dalam menjalankan peranan  edukator beusaha menanamkan nilai-nilai mental, moral, fisik dan artistik dengan sistem keteladanan, kompetisi dan akomodasi tehadap seni dan budaya. Dalam hal ini kepala sekolah menjalankan peran educator dengan cara memberiketeladanan. 
  2. Sebagai seotang manajer Kepala Sekolah SMAN 1 Tasikmalaya berusaha mengembangkan sumberdaya sesuai dengan potensinya melalui pengorganisasian yang terstruktur dan dijalankan melalui sistem pengawasan, pengarahan dan evaluasi dari kepala sekolah .
  3. Sebagai seorang administrator Kepala Sekolah SMAN 1 Tasikmalaya mendelegasikan tugas pengadministrasian terhadap wakil yang ditunjuk dengantetap melakukan pengawasan dan pengarahan dengan penuh tanggung jawab.
  4. Sebagai seorang supervisor, Kepala Sekolah SMAN 1 Tasikmalaya melakukan super visi pendidikan meliputi perencanaan pelaksanaan dan evaluasi kegiatan belajar mengajar, yang bersifat konsultatif, juga mengikut sertakan guru dalam pelatihan, peneyrapan metode pengajaran baru juga menetapkan target kelulusans siswa yang harus dicapai.
  5. Sebagai seorang leader, Kepala Sekolah SMAN 1 Tasikmalaya berusaha menerapkan kepemimpinan yang perofesional didasarkan pada kecerdasan emosional dan interlktual.
  6. Sebagai seorang innovator Kepala Sekolah SMAN 1 Tasikmalaya  berusaha memberikana solusi pada permasalah yang dihadapi dalam pelaksanaan dan pencapaian target dari programa sekolah.
  7. Sebagai seorang motivator Kepala Sekolah SMAN 1 Tasikamalay berusaha membangun limgkungan kerja yag kondusif, menegakan disiplin bagi seleuruh warga sekolah dan memberikan penghargaan bagi prestasi yang didapat.
E.     Daftar Pustaka
Danim, S. (2002). Visi baru manajemen sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Konsep   dan   Pelaksanaan,   Jakarta:   Direktor   Pendidikan Menengah Umum. Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Buku 1. Konsep dan Pelaksanaan, Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Depdiknas.

Marno dan Supriyatno. Triyo. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung. PT Refika Aditama

Mulyasa.  2009.  Menjadi  Kepala  Sekolah  Profesional,  Bandung:  PT.  Remaja Rosdakarya.

Nurkolis.2003. Manajemen Berbasis Sekolah, Teori Model dan Aplikasi. Jakarta. Gramedia Widiasarana

Pidarta, M. (2004). Pmanajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Siagian. SP. 1995. Manajemen Stratejik. Jakarta. Bumi Aksara

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono, (2010), Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Wahjosumidjo. 2001. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta. Raja Grafindo

Zamroni. 2003. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta. Bigraf Publishing

F.     Identitas Penulis

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts