Rabu, 03 Desember 2014

bagamana berfikir kritis

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF A. Keterampilan Berpikir Kritis-Kreatif 1. Keterampilan Berpikir Kritis Berdasarkan pendapat beberapa ahli, berpikir kritis dapat dikelompokkan menjadi tiga definisi. Ketiga definisi tersebut adalah: (1) berpikir kritis merupakan proses kognitif (Cotton, 2001; Curto & Bayer, 2005; Philips, 2009), (2) berpikir kritis merupakan keterampilan (skill) (Zohar et al., 1994; Haladyna, 1997; Scheffer & Rubenfeld, 2000; Inch et al., 2006), dan (3) berpikir kritis merupakan kemampuan (ability) (Costa, 1985; Piaw, 2004). Berpikir kritis sebagai proses kognitif bertujuan untuk mengklarifikasi dan meningkatkan suatu pemahaman. Berpikir kritis sebagai suatu keterampilan merupakan suatu kegiatan investigasi yang bertujuan untuk mengeksplorasi suatu situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah dan menjustifikasi hipotesis atau kesimpulan. Berpikir kritis sebagai suatu kemampuan merupakan gabungan antara keterampilan dan pengetahuan. Berpikir kritis merupakan proses kognitif yang terdiri atas berpikir logik dan berpikir analitik (Cotton, 2001). Curto & Bayer (2005) menyatakan berpikir kritis sebagai: “the organized cognitive process that we use to carefully examine our thinking and the thinking of others, in order to clarify and improve our understanding”. Philips (2009) mengkategorikan berpikir kritis sebagai jenis berpikir yang terlibat dalam memecahkan masalah, membuat kesimpulan, memprediksi, dan membuat keputusan. Berpikir kritis merupakan keterampilan, terdiri atas keterampilan inquiry (Zohar et al., 1994), dan keterampilan investigasi (Inch et al., 2006). Keterampilan dalam berpikir kritis merupakan perwujudan dari perilaku mental (type of mental behavior) (Haladyna, 1997). Haladyna (1997) menyatakan bahwa indikator perilaku mental tersebut terdiri atas 16 jenis, yaitu: (1) mengantisipasi, (2) menaksir, (3) mempertanyakan, (4) menganalisis, (5) mengelompokkan, (6) membandingkan, (7) mengklarifikasi, (8) mempertahankan pendapat, (9) membedakan, (10) mengharapkan, (11) membuat hipotesis, (12) menginferensi, (13) mempertimbangkan, (14) memprediksi, (15) menghubungkan, dan (16) memberikan nilai. Scheffer & Rubenfeld (2000) berpendapat bahwa indikator perilaku mental dimaksud terdiri atas tujuh jenis, yaitu: (1) mencari informasi, (2) membedakan, (3) menganalisis, (4) menerapkan, (5) berargumen-tasi secara logis, (6) memprediksi dan (7) mentransfer pengetahuan. Costa (1985) memperkuat pendapat Ennis, dan menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu kemampuan (ability). Indikator kemampuan berpikir kritis terdiri dari lima jenis, yaitu: (1) memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), (2) membangun keterampilan dasar (basic support), (3) membuat inferensi (inferring), (4) membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification), dan (5) mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics). Kelima indikator kemampuan berpikir kritis tersebut dijelaskan pada Tabel 2.1. Piaw (2004) merupakan penganut teori berpikir kritis Ennis dan membuat ringkasan perbandingan pengelompokan berpikir kritis berdasarkan pendapat Ennis (1986), Henri (1991), dan Garrison (1992). Ennis (1986) mengelompokkan kemampuan berpikir kritis berdasarkan kategori berpikir, sedangkan Henri (1991) dan Garrison (1992) mengelompokkan berpikir kritis berdasarkan tahapan dalam berpikir. Ennis (1986) mengelompokkan kemampuan berpikir kritis terdiri atas lima jenis, yaitu: (1) klarifikasi tingkat elementry (elementary clarification), (2) dukungan dasar (basic support), (3) inferensi (inference), Tabel 2.1 Kemampuan Berpikir Kritis (Costa, 1985) Kemampuan berpikir kritis Sub kemampuan berpikir kritis Penjelasan 1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification) a. Memfokuskan pertanyaan a. mengidentifikasi, merumuskan pertanyaan b. mengidentifikasi kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin c. menjaga kondisi pikiran b. Menganalisis argumen a. mengidentifikasi kesimpulan b. mengidentifikasi alasan dengan pernyataan c. mengidentifikasi alasan tanpa pernyataan d. mencari persamaan dan perbedaan e. mengidentifikasi kerelevanan dan ketidakrelevanan f. mencari struktur suatu argumen g. merangkum c. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menan- tang a. mengapa? b. apa intinya, apa artinya? c. apa contohnya, apa yang bukan contoh? d. bagaimana menerapkan kasus yang menyebabkan perbedaannya? f. apa faktanya? 2. Membangun kemampuan dasar (basic support) a. Menyesuaikan dengan sumber a. ahli b. tidak ada konflik interes c. kesepakatan antara sumber d. reputasi e. menggunakan prosedur yang ada f. mengetahui resiko reputasi g. mampu memberi alasan h. kebiasaan berhati-hati b.mengobservasi dan memper- timbangkan hasil observasi a. terlibat dalam menyimpulkan b. dilaporkan oleh pengamat sendiri c. mencatat hal-hal yang diinginkan d. penguatan dan kemungkinan penguatan e. kondisi akses yang baik f. komponen menggunakan teknologi g.kemampuan observer atas kredibiltas kriteria 3. Menyimpul- kan (inference) Kemampuan Berpikir Kritis a. membuat deduksi dan memper- timbangkan hasil observasi Sub Kemampuan Berpikir Kritis a. kelompok logis b. kondisi logis c. interpretasi pertanyaan Penjelasan b. membuat induksi dan mempertim- bangkan hasil induksi a. membuat generalisasi b. membuat kesimpulan & hipotesis c. membuat dan mempertim- bangkan nilai keputusan a. latar belakang fakta b. konsekuensi c. penerapan prinsip-prinsip d. mempertimbangkan alternatif e. menyeimbangkan, menimbang, dan memutuskan 4. membuat penjelasan lanjut (advance clarification) a.mendefinisi- kan istilah, mempertim- bangkan definisi bentuk: sinonim, klasifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan bukan contoh. b.mengidentifi- kasi suatu tindakan a. penalaran implisit b. asumsi yang diperlukan, rekontruksi argumen 5. strategi dan taktik (strategies and tactics) a.memutuskan suatu tindakan a. mengidentifikasi masalah b. menyeleksi kriteria untuk membuat solusi c. merumuskan alternatif yang memungkinkan d.memutuskan hal-hal yang akan dilakukan secara alternatif e. mereview f. memonitor implementasi b.berinteraksi dengan orang lain a. memberi label b. strategi logika c. retorika logika d. presentasi posisi, lisan atau tulisan (4) klasifikasi tingkat tinggi (advanced classification), dan (5) strategi dan taktik (strategy and tactics). Henri (1991) mengelompokkan berpikir kritis terdiri atas empat jenis, yaitu: (1) klarifikasi mendalam (in-depth clarification), (2) inferensi (inferensi), (3) menilai (judgment), dan (4) strategi (strategies). Garrison (1992) mengelompokkan berpikir kritis terdiri atas lima jenis, yaitu: (1) identifikasi masalah (problem identification), (2) mendefinisikan masalah (problem definition), (3) eksplorasi masalah (problem exploration), (4) mengaplikasikan masalah (problem applicability), dan (5) integrasi masalah (problem integration). Ringkasan perbandingan pengelompokan berpikir kritis dijelaskan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Pengelompokan Berpikir Kritis (Piaw, 2004) No Kategori Kemampuan Berpikir Kritis (Ennis, 1986) Tahapan Berpikir Kritis Henri (1991) Garrison (1992) 1 Klarifikasi tingkat elementry (elementary clarification): berfokus pada pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi Klarifikasi tingkat elementry (elementary clarification): mengamati atau mempelajari sebuah masalah, mengidentifikasi unsur-unsur dalam masalah, mengobservasi unsur yang berkaitan. Identifikasi masalah (problem identification): memicu daya tarik dalam sebuah masalah 2 Dukungan dasar (basic support): menilai kredibilitas sebuah sumber, mengamati dan menilai laporan hasil pengamatan Klarifikasi mendalam (in-depth clarification): menganalisa suatu masalah untuk memahami masalah tersebut berdasarkan nilai-nilai kepercayaan dan asumsi Mendefinisikan masalah ( problem definition): mendefinisikan batas-batas, akhir, dan arti masalah 3 Inferensi (inference): Membuat deduksi dan menilai deduksi, membuat induksi dan menilai induksi, membuat dan menilai pertimbangan nilai Inferensi (inference): mengakui atau mengusulkan sebuah ide dasar pada proposisi yang benar Eksplorasi masalah (problem exploration): pemahaman terhadap situasi suatu masalah No Kategori Kemampuan Berpikir Kritis (Ennis, 1986) Tahapan Berpikir Kritis Henri (1991) Garrison(1992) 4 Klasifikasi tingkat advance (advanced classification): mendefinisikan istilah, menilai berbagai definisi, mengidentifikasi berbagai asumsi Menilai (judgment): membuat keputusan, mengevaluasi dan mengkritik. Mengaplikasikan masalah (problem applicability): mengevaluasi berbagai alternatif solusi dan berbagai gagasan baru 5 Strategi dan taktik (strategy and tactics) menentukan sebuah tindakan dan berinteraksi dengan orang lain Strategi (strategies): menerapkan solusi yang dipilih atau diputuskan Integrasi masalah (problem integration): bertindak berdasarkan pemahaman untuk memvalidasi pengetahuan Piaw (2004) menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis pada prinsipnya terdiri atas tiga perilaku mental, yaitu: (1) inferensi, (2) asumsi, (3) dan integrasi masalah. Berpikir inferensi terdiri atas berpikir induktif dan deduktif. Berpikir asumsi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memberi alasan tentang suatu pernyataan yang benar. Integrasi masalah (problem integration), yaitu bertindak berdasarkan pemahaman untuk memvalidasi sebuah pernyataan. Integrasi masalah terdiri atas interpretasi dan kemampuan untuk mengevaluasi suatu argumen. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas (Cotton, 2001; Curto & Bayer, 2005; Philips, 2009; Zohar et al., 1994; Haladyna, 1997; Scheffer & Rubenfeld, 2000; Inch et al., 2006; Costa, 1985; dan Piaw, 2004), berpikir kritis dalam keilmuan (scientific critical thinking) merupakan perilaku mental yang terjadi karena adanya proses kognitif. Proses kognitif dimaksud adalah kegiatan menganalis, mengeksplorasi, dan mengklarifikasi (situasi, fenomena, pertanyaan, dan masalah). Tujuan kegiatan dalam proses kognitif adalah untuk meningkatkan suatu pemahaman berdasarkan penalaran logis (argumentasi). Berpikir kritis memiliki sepuluh fungsi, yaitu: (1) menimbulkan suatu pertanyaan atau isu-isu tertentu (question at isue), (2) mengarahkan tujuan (purpose), (3) memperoleh kejelasan tentang data, laporan, sejumlah informasi untuk membantu menjawab suatu pertanyaan (information), (4) menyusun teori, definisi, aturan, dan hukum yang diperlukan pada saat membuat suatu keputusan atau hal lain yang sifatnya bisa kontroversial (concepts), (5) menentukan asumsi (assumption), (6) mendeteksi tentang latar belakang, daya pikir, pengalaman dan sikap seseorang (point of view), (7) menginterpretasikan dan menyimpulkan (interpretation and inference), (8) memberikan implikasi dan konsekuensi (implications and consequences) (9) sebagai pemandu (self guidance), dan (10) mendisiplinkan berpikir (self disciplined thinking) dalam kualitas berpikir tingkat tinggi (Inch et al., 2006). Potts (1994) menyatakan bahwa terdapat tiga strategi mengajar sains dengan berbasiskan keterampilan berpikir kritis. Ketiga strategi tersebut adalah: (1) membangun kategori (building categories), (2) menemukan masalah (finding problem), dan (3) mengkondisikan fasilitas lingkungan belajar (enhancing the environment). Membangun kategori maksudnya adalah guru memberikan instruksi kepada siswa (directive teaching method) dengan pertanyaan atau perintah yang berkategori, misalnya: cobalah kelompokkan, tunjukkan persamaan dan perbedaannya, dan pertanyaan terbuka lainnya tentang mengapa dan bagaimana yang memungkinkan para mahasiswa calon guru Biologi berpikir dan belajar secara aktif. Menemukan masalah maksudnya siswa diarahkan untuk bisa mengidentifikasi suatu masalah. Mengkondisikan fasilitas lingkungan belajar maksudnya adalah guru merencanakan lingkungan belajar dengan berbagai macam fasilitas (audio, visual, audiovisual), dan fasilitas tersebut dapat menimbulkan berbagai pertanyaan dalam diri siswa, misalnya: mengapa hal itu terjadi, bagaimana cara mengelompokkannya. 2. Keterampilan Berpikir Kreatif Piaw (2004) mengemukakan pandangan Plato, Gowan, dan Torrance tentang keterampilan berpikir kreatif. Keterampilan berpikir kreatif dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu: (1) perspektif supernatural, (2) perspektif rasional, dan (3) perspektif pengembangan. Perspektif supernatural merupakan perspektif tradisional. Plato adalah pendukung perspektif supernatural, dan menekankan bahwa intuisi merupakan bagian penting untuk menimbulkan berpikir kreatif. Gowan dan Torrance adalah pendukung perspektif pengembangan. Gowan menyatakan bahwa pertumbuhan berpikir kreatif meliputi: (1) dunia (the world), (2) ego (the ego), dan (3) hal yang lain (the others) yang berkaitan dengan proses perpindahan berpikir dari tahap yang satu ke tahap berikutnya dalam rangka menuju kedewasaan. Torrance menyatakan berpikir kreatif sebagai salah satu puncak perkembangan dalam tahap-tahap pertumbuhan. Terdapat tiga pandangan tentang keterampilan berpikir kreatif, yaitu: (1) keterampilan berpikir kreatif seseorang dibawa sejak lahir dan bukan merupakan hasil latihan (pandangan perspektif supernatural), (2) proses kreatif merupakan hasil akhir dari aplikasi prinsip-prinsip umum dan seluruh aktivitas merupakan pelengkap satu sama lain (pandangan perspektif rasional), dan (3) berpikir kreatif dapat ditumbuhkan dan dikembangkan (pandangan perspektif pengembangan). Piaw (2004) mengidentifikasi berpikir kreatif dalam tiga segi yaitu: (1) personal, (2) produk (outcome), dan (3) proses. Berpikir kreatif dari segi personal dapat diidentifikasi dari: (1) imajinasi, (2) rasa ingin tahu, (3) keterbukaan, (4) objektifitas, (5) fleksibelitas, (6) kepekaan terhadap stimulan yang datang, (7) humoris, (8) keyakinan seseorang dalam memunculkan gagasan, (9) kesediaan untuk mencoba ide-ide baru, (10) keterampilan mensintesis, dan (11) kemampuan bekerja secara intensif untuk jangka waktu yang lama. Berpikir kreatif dari segi produk meliputi (dari sederhana ke kompleks): (1) ekspresi berpikir kreatif yang nampak ketika terjadi tukar pikiran (brainstorming), (2) berpikir kreatif produktif, yang dinilai oleh jumlah produk, (3) inventif pemikiran kreatif, berupa efisiensi dalam penggunaaan bahan dan kecerdikan dalam menuangkan berbagai gagasan, dan (4) berpikir kreatif inovatif, yang dapat ditunjukkan dalam seni visual. Produk dapat berupa keluasan dalam mengaplikasikan sesuatu. Keluasan dalam mengaplikasikan sesuatu terdiri dari dua kategori, yaitu: (1) aplikasi rendah (berupa pemecahan masalah dengan segera), dan (2) aplikasi tingkat tinggi berupa tingkat kepedulian terhadap kemanusiaan secara umum. Proses merupakan jantungnya berpikir kreatif. Berpikir kreatif dari segi proses dapat berupa: (1) gagasan orisinil, dan (2) kemampuan dalam melihat hubungan yang baru dan tak terduga, atau kemampuan dalam membentuk tatanan yang unik dan bertingkat antara faktor-faktor yang kelihatannya tidak berhubungan. Piaw (2004) menyempurnakan penemuan Dewey tentang cara untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dilihat dari segi proses, yaitu dengan metode pemecahan masalah (problem solving). Metode ini terdiri dari lima tahapan logis, yaitu: (1) adanya masalah, (2) masalah ditetapkan dan dilokalisir, (3) menentukan cara pemecahan masalah, (4) mempertimbangkan konsekuensi dari pemecahanan masalah, dan (5) menerima salah satu cara memecahkan masalah. Berpikir kreatif dari segi proses tergantung pada kematangan berpikir, keterampilan, dan pengalaman. Piaw (2004) menyatakan bahwa untuk menyelesaikan masalah dapat ditempuh dalam tiga tahap, yaitu: (1) menemukan fakta, (2) menemukan gagasan, dan (3) menemukan solusi. Proses penyelesaian masalah melibatkan lima perilaku mental, yaitu: (1) pengetahuan (cognition), (2) daya ingat (memory), (3) berpikir konvergen, (4) berpikir divergen, dan (5) evaluasi. Piaw (2004) merujuk pada pendapat Guilford dan Torance dalam menentukan karakteristik berpikir kreatif. Karakteristik berpikir kreatif yang dimaksud tediri atas: (1) orisinalitas (originality), (2) elaborasi (elaboration), (3) kefasihan (fluency), dan (4) keluwesan (flexibility). Orisinalitas mengacu pada keunikan setiap respons. Orisinalitas ditunjukkan oleh respon yang tidak biasa, unik, atau langka. Elaborasi adalah jembatan ketika seseorang akan menyampaikan ide kreatif. Elaborasi ditunjukkan oleh jumlah penambahan dan kerincian yang dapat dibuat ke beberapa stimulus sederhana menjadi rumit. Kefasihan merupakan kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. Hal ini merupakan salah satu indikator terkuat berpikir kreatif. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk melihat sesuatu secara langsung dari berbagai perspektif. Keempat karakteristik berpikir kreatif (kefasihan, fleksibilitas, orisinalitas dan elaborasi) memungkinkan individu untuk menghasilkan ide-ide kreatif dan memecahkan berbagai masalah. Piaw (2004) menyatakan bahwa instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif biasanya mengacu pada tiga karakteristik, yaitu: (1) orisinalitas (originality), (2) kefasihan (fluency), dan (3) keluwesan (flexibility). Nilai yang diberikan untuk jumlah jawaban yang disediakan (kefasihan), nilai yang diberikan untuk jawaban yang benar-benar berbeda dari yang lain (fleksibilitas), dan nilai yang diberikan untuk jawaban yang sangat berbeda dari yang lain (orisinalitas), diberikan bobot yang sama. 3. Teori Proses Kreatif Piaw (2004) menyatakan bahwa proses kreatif terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) preparasi (mendeteksi dan mengidentifikasi masalah) atau disebut juga sebagai tahap kejenuhan (saturation), (2) inkubasi (incubation) (berpikir keras, merenungkan dan memikirkan masalah, dan membiarkan pikiran bawah sadar menghadapinya), (3) iluminasi (tahap ditemukannya gagasan dan solusi) atau disebut juga tahap inspirasi (inspiration), dan (4) verifikasi (verification) (tahap pengujian solusi). Gambar 2.1 Tahapan dalam Teori Proses Kreatif (Piaw, 2004) Teori tersebut kemudian diperbaiki karena pada tahap saturation sebetulnya terdiri dari dua tahap yaitu: (1) mengumpulkan elemen-elemen (pooling elements) dan (2) mencari sebuah sintesis di dalam menentukan model proses kreatif (searching for a synthesis). Pooling elements berisi: (1) gagasan dan kesiapan untuk memulai berpikir (routine elements), (2) gagasan baru atau gagasan yang masih segar (novel elements), dan (3) berbagai gagasan alternatif (altered elements). Searching for a synthesis meliputi: (1) tahap meraba-raba sintesis (grouping), (2) mencoba berjuang menyusun sintesis (struggling), (3) memperlebar sintesis (stretching). Uraian tersebut di atas dijelaskan pada Gambar 2.2. Tan et al. (2009) merujuk pada pendapat Amabile, Finke, Piirto, Torance & Stenberg dalam menjelaskan kreativitas yang menghasilkan keterampilan berpikir dan dapat membangun empat elemen. Elemen-elemen tersebut adalah: (1) domain afektif dan motivasi, (2) berpikir sistematik/stratejik, (3) berpikir analisis/inferensial, dan (4) berpikir divergen. Berpikir sistematik dan stratejik berupa: berpikir reflektif, dan kemampuan menyelesaikan masalah secara sistematik. Berpikir analisis/inferensial berupa: kemampuan untuk membanding-kan, mengklasifikasi, menganalisis, dan berpikir logis. Berpikir divergen berupa: pemahaman konsep, mengkontraskan berpikir konvergen yang berkenaan dengan sejumlah informasi atau gagasan yang dikumpulkan yang mengarah pada gagasan tunggal atau satu kemungkinan. Berpikir divergen itu akan membantu untuk memadukan gagasan yang satu dengan yang lain hingga menghasilkan satu argumen dan menimbulkan indikator belajar berupa insight. Keterampilan berpikir divergen dapat mengarahkan siswa menuju kreativitas. Selain dari itu kebaharuan dan gagasan menarik sering digambarkan sebagai kreativitas. Hasil akhir dari kreativitas berupa kemampuan: menganalisis, mengevaluasi, memecah-kan masalah, dan membuat keputusan. Mencoba untuk menemukan Mencoba untuk keterkaitan mengkombinasikan Gambar 2.2 Gambar 2.2 Model Proses Kreatif (Piaw, 2004)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts