Rabu, 03 Desember 2014

uts prof suherli

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena kepemimpinan sudah ada sejak pertama kali manusia di ciptakan oleh Tuhan-Nya, yaitu ketika Allah Mengungumkan akan mengangkat Adam sebagai kalifah di Bumi (Qs. Al-Baqqrah : 30). Jadi secara alamiahnya maka manusia adalah pemimpin bagi manusia yang lain. Dari Kutipan di atas maka dapat diketahui bahwa manusia telah di bekali sifat dan kebiasaan dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin, pemimpin akan timbul dengan sendirinya apabila manusia berkelompok membentuk sebuah komunitas tertentu, Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan (Hadari Nawawi), Kepemimpinan merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah organisasi, dalam hal ini dalam memanagemen segala aspek yang ada dalam organisisi tersebut. Pendidikan dalam hal ini sekolah sebagai salah satu wadahnya adalah tempat dimana proses kepemimpinan berlangsung didalamnya adalah , sekolah adalah organisasi yang “berbeda” dengan organisasi lain pada umumnya, sekolah memiliki keunikan dan kompleksitas yang tinggi dalam mengaturnya, hal ini di karenakan manajemen sekolah dari tahun ketahun harus terus mengikuti perkembangan pendidikan secara nasional maupun internasional, Kompleksitas dan keunikan ini di sebabkan secara umum wilayah yang di kelola dalam sebuah sekolah bukan hanya benda mati sebagai objeknya, tetapi benda hidup lain yang di sebut guru dan siswa. Keberhasilan Pendidikan dalam hal ini sekolah, adalah salah satu tujuan yang diharapkan tercapai dalam kepemimpinan pendidikan, banyak hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan sekolah, salah satunya adalah keefektifan dalam kepemimpinan pendidikan, yang biasanya di komandoi oleh kepala sekolah selaku pimpinan tertinggi dalam organisai tersebut. Sayangnya tidak semua pimpinan sekolah mau mengefektifkan dirinya dalam memimpin organisasi pendidikan tersebut, banyak diantaranya hanya mementingkan sisi untung rugi dalam bidang finansialnya saja tanpa memikirkan kualitas yang di hasilkan dari organisasi yang dipimpinnya, hal ini dapat saja terjadi dikarenakan kemampuan kepemimpinan yang belum dapat mengefektifkan semua aspek di dalamnya. Kepala sekolah merupakan Komponen yang sangat penting yang dapat mempengaruhi kinerja setiap aspek di lingkungan organisasi pendidikan yang dipimpinnya, kepala sekolah bertanggungjawab terhadap semua kinerja dari mulai masalah administrasi sampai dengan manajemen mengelola guru dan siswa. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004:25) Kepemimpinan yang efektif dalam organisasi kependidikan biasanya di mulai dari kemampuan kepala sekolah atau pimpinan sekolah dalam mengelola semua aspek yang berkaitan dengan proses kepemimpinannya, ini bisa di lihat dari bagaimana seorang pimpinan menentukan arah, langkah dan tujuan yang mendak di capai dalam mengelola organisasi tersebut, dan pimpinan yang efektif biasanya mampu menempatkan orang orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat untuk membantunya, disampaing itu pemimpin yang efektif juga bisa di lihat dari kemampuannya menyelesaikan masalah. 1.2. Rumusan Masalah Berdasar pada latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan Pemimpin? 2. Apa yang dimaksud Pendidikan? 3. Apa pengertian Kepemimpinan Pendidikan 4. Bagaimana tipe-tipe kepemimpinan pendidikan sekarang ini? 5. Apa yang dimaksud dengan efektifitas? 6. Bagaimana dengan efektifitas kepemimpinan 7. Apa yang diperlukan oleh pemimpin pendidikan agar efektif dalam kepemimpinannya. 8. Bagaimana seharusnya kepemimpinan dalam pendidikan itu? 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan dan Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas maka yang menjadi ruang lingkup pembahasan dan batasan masalah adalah : “Bagaimana seharusnya kepemimpinan Pendidikan yang efektif itu” 1.4. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan 2. Menambah wawasan dan kemampuan menulis karya ilmiah/makalah 3. Mengetahui kreteria kepemimpinan pendidikan yang efektif yang seharusnya di jalankan oleh setiap pemimpin pendidikan melalui studi literatur 4. Memberikan literature agar dapat di pergunakan dalam pembelajaran Kepemimpinan Pendidikan 1.5. Manfaat Penulisan Manfaat Penulisan makalah efektifitas kepemimpinan pendidikan ini 1. Bagi mahasiswa, penyusunan makalah ini dapat dijadikan sarana pengkajian teori mengenai Kepemimpinan pendidikan. 2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai tambahan wawasan keilmuan, terutama bagi guru yang memiliki tugas tanbahan sebagai pemimpin pendidikan di organisasi kependidikannya ataupun guru calon pemimpin pendidikan untuk referensi mengatasi berbagai masalahnya. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Pemimpin/Kepemimpinan Kepemimpinan mempunyai arti yang sangat beragam, bahkan dikatakan bahwa definisi kepemimpinan sama banyak dengan orang yang berusaha mendefinisikannya Dalam bahasa Indonesia “pemimpin” sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama “pimpin”. Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang. Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan (Hadari Nawawi) Kepemimpinan adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mempengaruhi, mendorong, mengarahkan dan menggerakan individu-individu supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi (Burhanuddin) Leadership is capatibilty of persuading others to work together undertheirdirection as a team to accomplish certain designated objectives (kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain supaya bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan tertentu), demikian tulis James M Black dalam bukunya Management, A guide to Executive Command 2.2 Pengertian Pendidikan Pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya (kamus besar Bahasa Indonesia, 1991) Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya (Ki Hajar Dewantoro) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS). 2.3 Pengertian Kepemimpinan Pendidikan Dari beberapa arti tentang kepemimpinan dan Pendidikan maka dapat di ambil pengertian bahwa kepemimpinan pendidikan pada hakekatnya adalah segenap kegiatan dalam usaha mempegaruhi personal di lingkungan pendidikan pada situasi tertentu agar mereka melalui usaha kerjasama, mau bekerja dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas demi tercapaiya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. 2.4 Tipe tipe kepemimpinan Pendidikan Sebelum membahas tentang tipe-tipe kepemimpinan pendidikan, perlu diketahui bahwa fungsi kepemimpinan pendidikan adalah mengusahakan keefektifan organisasi pendidikan, Mengusahakan lembaga pendidikan/sekolah berhasil (successful school) sesuai dengan tujuan bersama dalam organisasi tersebut, Bentuk-bentuk kepemimpinan sering kita jumpai di masyarakat, kita yang mampu menilainya berdasarkan kinerja dan Aktivitas memimpinnya. Demikian pula kepemimpinan dalam lingkungan pendidikan. berdasarkan sifat dan konsep kepemimpinan maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan kedalam empat tipe yaitu : a. Tipe Otoriter (the autocratic style of leadership) Tipe kepemimpinan yang otoriter, adalah semua kebijakan atau “policy” dasar ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya. Semua perintah, pemberian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin otoriter berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung pada dirinya., Dia bekerja sungguh-sungguh, belajar keras, tertib dan tidak boleh dibantah. b. Tipe Laissez-faire Pada tipe “laissez faire” ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedure dan apa yang akan dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka mengambil keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama. Dalam penetapannya menjadi hak sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf lembaga pendidikan itu. Pemimpin ingin turun tangan bilamana diminta oleh staf, apabila mereka meminta pendapat-pendapat pemimpin tentang hal-hal yang bersifat teknis, maka barulah ia mengemukakan pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang dikatakannya sama sekali tidak mengikat anggota. Mereka boleh menerima atau menolah pendapat tersebut. Apabila hal ini kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila akan menyelenggarakan rapat guru biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan (Kepala Sekolah), tetapi bisa dilakukan tanpa acara. Rapat bisa dilakukan selagi anggota/guru-guru dalam sekolah tersebut menghendakinya c. Tipe Demokratis Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikut sertakan seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala sekolah yang bersifat demikian akan akan selalu menghargai pendapat anggota/guru-guru yang ada dibawahnya dalam rangka membina sekolahnya. Sifat kepemimpinan yang demokratis pada waktu sekarang terdapat lebih dari 500 hasil research tentang kepemimpinan, jika bahan itu dimanfaatkan dengan baik maka kita akan dapat mempergunakan sikap kepemimpinan yang baik pula. (R.Tjung Wiraputra, 1976 hl 37). Dalam hasil research itu menunjukkan bahwa untuk mencapai kepemimpinan yang demokratis, aktivitas pemimpin harus: a. Meningkatkan interaksi kelompok dan perencanaan kooperatif. b. Menciptakan iklim yang sehat untuk perkembangan individual dan memecahkan pemimpin-pemimpin yang potensial. Hasil ini dapat dicapai apabila ada partisipasi yang aktif dari semua anggota kelompok yang berkesempatan untuk secara demokratis memberi kekuasaan dan tanggungjawab. Pemimpin demokratis tidak melaksanakan tugasnya sendiri. Ia bersifat bijaksana di dalam pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Dapat dikatakan bahwa tanggung jawab terletak pada pundak dewan guru seluruhnya, termasuk pemimpin sekolah. Ia bersifat ramah dan selalu bersedia menolong bawahannya dengan nasehat serta petunjuk jika dibutuhkan. [di dalam kepemimpinannya pemimpin sekolah berusaha supaya bawahannya kelak dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. d. Tipe Pseudo-demokratis Pseudo berarti palsu, pura-pura. Pemimpin semacam ini berusaha memberikan kesan dalam penampilannya seolah-olah ia demokratis, sedangkan maksudnya ialah otokratis, mendesakkan keinginannya sendiri secara halus. Dalam pembicaraan dan rapat-rapat ia banyak meminta pendapat dan saran orang lain, untuk memberikan kesan bahwa ia lebih memperhatikan pendapat orang lain. Tetapi selanjutnya ia perhatikan saran-saran yang dimintanya itu, karena pandai/lihai mengubah alasan-alasan sedemikian rupa sehingga selalu menguntungkan diri sendiri dan menghasilkan pendapat sendiri. Jadi, pemimpin pseudo-demokratis sebenarnya orang yang otokratis tetapi pandai menutup-nutupi sifatnya dengan penampilan yang memberikan kesan seolah-olah ia demokratis berdasarkan Kepribadian pemimpin maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan kedalam empat tipe yaitu a. Gaya Kepemimpinan Karismatis Seorang pemimpin yang kharismatik tidak mempersoalkan nilai yang dianut, sikap dan perilaku serta gaya kepemimpinan yang digunakan. Bisa saja dia menganut gaya yang otokratik atau diktatorial atau paternalistik atau demokratik, para pengikutnya akan setia untuk tetap mengikutinya. Pemimpin yang demikian biasanya dibesarkan oleh adanya keadaan atau perlakuan sejarah yang terjadi di daerahnya atau negaranya. Dia akan tampil sesuai dengan masa dan jamannya. Sehingga pemimpin ini tidak dapat dicetak melalui institusi kependidikan atau sejenisnya. Pemimpin yang mengandalkan karismanya untuk memimpin dan mempengaruhi orang lain. Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan b. Gaya Kepemimpinan Diplomatis Pemimpin yang mampu menganalisis keuntungan dirinya dan pihak lain dalam pengambilan keputusan. Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Hanya pemimpin dengan kepribadian ini yang dapat melihat kedua sisi, apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan pihak lain. Sekalipun Pemimpin ini memiliki wewenang ataupun kekuasaan yang jelas (seperti yang dimiliki oleh pemimpin autokratis) akan tetapi pemimpin yang diplomatis kurang suka menggunakan kekuasaannya Alat utama untuk menggerakan orang lain adalah persuasive dan motivasi praktek persuasive ini diantaranya penjelasan tentang tujuan dan tawar menawar kenapa sesuatu harus di lakukan oleh bawahannya dengan menghubungkan tujuan-tujuan organisasi untuk kepentingan bawahannya juga. c. Gaya Kepemimpinan Otoriter Pemimpin yang berorientasi pada pencapaian tujuan dan mengajak pihak lain untuk mencapai tujuan itu. Kelebihan gaya kepemimpinan otoriter ini berada pada pencapaian prestasi. Tidak ada apapun yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, sehingga tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah-langkahnya penuh perhitungan dan sistematis Pemimpin yang otoriter memiliki wewenang dari suatu sumber, missal karena posisi, pengetahuan, kekuatan dan kekuasaan, dan ketika memberikan tugas pemimpin tipe ini hanya menuntut kepatuhan secara utuh, apabila tidak sanksi tertentu akan di terapkan. d. Gaya Kepemimpinan Moralis Pemimpinan yang mengutamakan perasaan orang lain (tepo seliro) dalam melaksanakan kepemimpinan. Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya bersikap hangat dan sopan kepada semua orang. Pemimpinan gaya ini memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, dan murah hati. Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang-orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat, Satu kelemahan yang lain pada tipe pemimpin ini adalah tidak penting bagaimana kemampuan seorang pemimpin dalam hal akademis ataupun kemampuan standar dalam memimpin,yang penting dia mampu di terima oleh orang lain sebagai pemimpin Model kepemimpinan dalam pendidikan meliputi : a. Kepemimpinan Visioner Kepemimpinan Visioner adalah Kemampuan pemimpin dalam menciptakan, merumuskan, mensosialisasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih melalui komitmen semua personil Seorang pemimpin Visioner dikatakan produktif yang efektif dan efisien jika menerapkan konsep sebagai berikut. a. Bagaimana merekayasa masa depan untuk menciptakan pendidikan yang produktif. b. Menjadikan dirinya sebagai agen perubahan. c. Memposisikan sebagai penentu arah organisasi. d. Pelatih atau pembimbing yang profesional. e. Mampu menampilkan kekuatan pengetahuan berdasarkan pengalaman profesional dan pendidikannya b. Kepempinan Transformasional Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata, yaitu kepemimpinan (leadership) yang artinya merupakan setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan dan mempengaruhi orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan kata transformasional (transformational) berasal dari kata transform, yang bermakna mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Pemimpin transformasional sesungguhnya merupakan agen perubahan, karena memang erat kaitannya dengan transformasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Seorang pemimpin dalam era pembaharuan adalah seorang yang mampu menciptakan suatu lingkungan yang inovatif yang tidak menghambat kreatifitas murni dan potensi kekuatan kerja. Dimensi-dimensi Kepemimpinan Transformasional a. Idealized influence, yang dijelaskan sebagai perilaku yang menghasilkan rasa hormat dan rasa percaya diri dari orang-orang yang dipimpinnya. b. Inspiratioanal mativation, yang tercermin dalam perilaku yang senantiasa menyediakan tantangan dan makna atas pekerjaan orang-orang yang dipimpin, termasuk di dalamnya adalah perilaku yang mampu mengartikulasikan ekspektasi yang jelas dan perilaku yang mampu mendemonstrasikan komitmen terhadap sasaran organisasi. c. Intelectual simulation, pemimpin yang mendemonstrasikan tipe kepemimpinan senantiasa menggali ide-ide baru dan solusi yang kreatif dari orang-orang yang dipimpinnya. d. Individualized consideration, yang direfleksikan oleh pemimpin yang selalu mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan perhatian khusus kepada kebutuhan prestasi dan kebutuhan dari orang-orang yang dipimpinnya. Menurut Olga Epitropika (2001:1) mengemukakan enam alasan mengapa kepemimpinan transformasional penting bagi suatu organisasi. a. Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi. b. Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan pelanggan. c. Membangkitkan komitmen yang lebih tinggi para anggotanya terhadap organisasi. d. Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian organisasi. e. Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan pemimpin. f. Mengurangi stress para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan. 2.5 Pengertian Efektifitas Berdasarkan Ensiklopedi Umum Administrasi, Efektifitas berasal dari kata kerja Efektif, berarti terjadinya suatu akibat atau efek yang dikehendaki dalam perbuatan. Kata efektifitas sering diikuti dengan kata efisiensi, dimana kedua kata tersebut sangat berhubungan dengan produktivitas dari suatu tindakan atau hasil yang diinginkan. Suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Dengan demikian istilah efektif adalah melakukan pekerjaan yang benar dan sesuai serta dengan cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan efisien adalah hasil dari usaha yang telah dicapai lebih besar dari usaha yang dilakukan Dari pengertian diatas, efektifitas dapat dikatakan sebagai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi dari 2 (dua) sudut pandang. Sudut pandang pertama, dari segi ‘hasil’ maka tujuan atau akibat yang dikehendaki telah tercapai. Kedua dari segi ‘usaha’ yang telah ditempuh atau dilaksanakan telah tercapai, sesuai dengan yang ditentukan. Dengan demikian pengertian efektifitas dapat dikatakan sebagai taraf tercapainya suatu tujuan tertentu, baik ditinjau dari segi hasil, maupun segi usaha yang diukur dengan mutu, jumlah serta ketepatan waktu sesuai dengan prosedur dan ukuran–ukuran tertentu sebagaimana yang telah digariskan dalam peraturan yang telah ditetapkan. 2.6 Kepemimpinan yang efektif Tingkah laku peminpin yang efektif bergantung pada dua dimensi yaitu : a. Dimensi Struktur Organisasi/initiating structure Dimensi struktur Organisasi menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin dapat mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kelompok-kelompok mereka, Dimensi ini di kaitkan dengan usaha para pemimpin mencapai tujuan organisasi melalui pengorganisasiannya. Pengorganisasian adalah suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien b. Dimensi Konsederasi Dimensi Konsederasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dengan bawahannya dan sampai sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi anggota yang dipimpinnya seperti kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi Dimensi konsederasi juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan hubungan manusiawi (human relationship). Halpin(1966), Blake and Mouton (1985) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif cenderung menunjukan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek tersebut di atas, mereka berpendapat bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara terstruktur dan mempunyai hubungan persahabatan yang baik, saling percaya, saling menghargai dan senantiasa hangat dengan bawahannya. Pendekatan yang dilakukan oleh pemimpin yang efektif adalah : Melakukan Komunikasi dua arah, meningkatkan parsisipasi anggota, membangun hubungan manusiawi. 2.7 Kepemimpinan pendidikan yang efektif Kepemimpinan pendidikan yang efektif biasanya di barengi dengan Organisasi Pendidikan yang efektif pula, organisasi pendidikan yang efektif bias kita sebut sebagai sekolah yang efektif, dan sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki kreteria-kriteria tertentu yang lazin dan berlaku sesuai peraturan perundangan dan harapan stakeholder Yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin pendidikan agar efektif dalam kepemimpinannya adalah : (1) manusiawi, (2) memandang jauh kedepan (Visioner), (3) inspiratif, (4) percaya diri . Pemimpin yang manusiawi cukup penting, karena jika para guru di sekolah diperlakukan tidak manusiawi, maka kepala sekolah tersebut akan mendapat perlawanan. Bentuk perlawanan yang paling sederhana adalah para guru tersebut adalah tidak melaksanakan tugas professional dengan baik. Mereka datang ke sekolah hanya memenuhi jadwal yang sudah ditentukan. Pemimpin yang tidak mempunyai visi misi sekaligus tidak percaya diri, dipastikan lembaga yang dipimpinnya tidak akan kompetitif dengan sekolah lainnya. Sekolah yang dipimpinnya hanya bergerak dalam kegiatan yang bersifat rutin. Lembaga pendidikan yang baik akan selalu memiliki pemimpin yang baik pula yaitu pemimpin yang visioner. Selanjutnya perlu ditekankan pada fokus manajemen didasarkan pada lembaga yang bersangkutan, konsensus yang kuat terhadap tujuan yang jelas dan dapat diharapkan, penggunaan waktu yang efektif, dukungan pemerintah daerah, hubungan perencanaan, sikap kolegalitas, dan komitmen organisasi yang tinggi. Kepemimpinan efektif di sekolah dapat berkait dengan kepemimpinan kepala sekolah di sekolah yang efektif. Atas dasar pandangan ini, maka kepemimpinan efektif di sekolah dapat dimengerti sebagai bentuk kepemimpinan yang menekankan kepada pencapaian prestasi akademik dan non akademik sekolah. Dengan demikian, pemimpin pendidikan efektif selalu berkonsentrasi untuk menggerakkan faktor-faktor potensial bagi ketercapaian tujuan sekolah. Sebagai pemimpin pendidikan pula, kepala sekolah efektif mampu menunjukkan kemampuannya mengembangkan potensi-potensi sekolah, guru, dan siswa untuk mencapai prestasi maksimal. dapat ditegaskan bahwa kepemimpinan efektif adalah kepemimpinan kepala sekolah yang memfokus kepada pengembangan instruksional, organisasional, staf, layanan murid, serta hubungan dan komunikasi dengan masyarakat. Sajian materi ini akan mendeskripsikan kepemimpinan efektif kepala sekolah, ditinjau dari aktifitasnya dalam berkomunikasi, membangun teamwork, mengambil keputusan, menangani konflik, dan memelihara budaya kerja di sekolah.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts