Senin, 01 Desember 2014

pasca sarjana

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH CIAMIS TUGAS TENGAH SEMESTER 1 TAHUN AKADEMIK 2010/2011 Mata Kuliah : Manajemen Mutu dalam Sistem Pendidikan Dosen : Prof. Dr. H. Djam’an Satori, MA. Resume Pendapat : W. EDWARDS DEMING A. FILSAFAT MUTU DEMING Menurut Deming mutu terletak pada masalah manajemen, masalah utama dalam dunia industry adalah kegagalan manajemen senior dalam menyusun perencanaan kedepan. Lima kendala dalam perbaikan mutu : 1. Kurang Konstannya tujuan 2. Pola Pikir Jangka Pendek: perlunya strategis logis jangka panjang 3. Evaluasi prestasi individu melalui proses penilaian atau tinjauan kerja tahunan; menentang peilaian prestasi, sebab akan terjadi pandangan yang menyesatkan tentang sebuah proses, deming yakini penilaian yang terstruktur seringkali menimbulkan efek yang berlawanan dengan yang seharusnya 4. Rotasi kerja yang terlalu tinggi Sekolah-sekolah yang mengalami tingginya tingkat pergantian guru akan mustahil mempertahankan konsistensi jangka panjang. 5. Manajemen yang menggunakan prinsip angka yang tampak. Jika sekolah –sekolah hanya berorientasi pada daftar hasil ujian, maka mereka juga akan merasakan bahaya. Ukuran kesuksesan menurut deming adalah kegembiraan dan kepuasan pelanggan. B. POINT DEMING 1. Ciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa. dengan tujuan agar bisa kompetitif dan tetap berjalan serta menyediakan lowongan pekerjaan. Deming percaya bahwa terlalu banyak organisasi yang hanya memiliki tujuan jangka pendek dan tidak melihat apa yang akan terjadi pada 20 atau 30 tahun mendatang. Mereka harus memiliki rencana jangka panjang yang didasarkan pada visi masa depan dan inovasi baru. Mereka harus terus menerus berusahamemenuhi kebutuhan pelanggan mereka. 2. Adopsi falsafah baru. Sebuah organisasi tidak akan mampu bersaing, jika mereka terus mempertahankan penundaan waktu. Kesalahan, bahan-bahan cacat dan produk yang jelek. Mereka harus membuat perubahan dan mengadopsi metode kerja yang baru. 3. Hindari ketergantungan pada inspeksi massa untuk mencapai mutu. Inspeksi tidak akan meningkatkan atau menjamin mutu. Anda tidak dapat menginspeksi mutu kedalam produk. Deming berpendapat bahwa manajemen harus melengkapi staf-staf mereka dengan pelatihan tentang ala-talat statistik dan teknik-teknik yang dibutuhkan mereka untuk mengawasi dan mengembangkan mutu mereka sendiri. 4. Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga. Menurut Deming harga tidak memiliki arti apa-apa tanpa ukuran mutu yang dijual. Praktek kontrak yang hanya cenderung pada harga yang murah dapat menggiring pada kesalahan yang mahal. Metode yang ditawarkan mutu terpadu adalah mengembangkan hubungan dekat dan berjangka panjang dengan pensuplai, dan sebaiknya pensuplai tunggal, sehingga akan bekerjasama dengan mereka dalam mutu komponen. 5. Tingkatkan secara konstan sistem produksi dan jasa, untuk meningkatkan mutudan produktivitas. dan selanjutnya turunkan biaya secara konstan. Ini merupakan tugas manajemen untuk mengarahkan proses peningkatan dan menjamin bahwa ada proses perbaikan yang berkelanjutan. 6. Lembagakan pelatihan kerja. Pemborosan terbesar dalam sebuah organisasi adalah kekeliruan menggunakan keahlian orang-orangnya secara tepat. Mempergunakan uang untuk pelatihan tenaga kerja adalah penting, namun yang lebih penting lagi adalah melatih dengan standar terbaik dalam kerja. Pelatihan adalah alat kuat dan tepat untuk perbaikan mutu. 7. Lembagakan kepemimpinan. Deming mengatakan bahwa kerja manajemen bukanlah mengawasi melainkan memimpin. Makna dari hal tersebut adalah berubah dari manajemen tradisional yang selalu memperhatikan hasil indikator-indikator prestasi, spesifikasi dan penilaian menuju peranan kepemimpinan yang mendorong peningkatan proses produksi barang dan jasa yang lebih baik. 8. Hilangkan rasa takut, agar setiap orang dapat bekerja secara efektit. Keamanan adalah basis motivasi yang dibutuhkan para pegawai. Deming yakin bahwa pada hakikatnya setiap orang ingin melakukan kerja dengan baik asalkan mereka bekerja dalam lingkungan yang mampu mendorong semangat mereka. 9. Uraikan kendala-kendala antar departemen. Orang dalam departemen yang berbeda harus dapat bekerja bersama sebagai sebuah tim. Organisasi tidak diperkenankan untuk memiliki unit atau departemen yang mendorong pada arah yang berbeda. 10. Hapuskan slogan, desakan, dan target, serta tingkatkan produktifitas tanpa menambah beban kerja. Tekanan untuk bekerja giat merepresentasikan sebuah pemaksaan kerja oleh seorang manajer. Slogan dan target memiliki sedikit dampak praktis terhadap pekerja. Kebanyakan persoalan produksi terletak pada persoalan sistem dan ini merupakan tanggung-jawab manajemen untuk mengatasinya. 11. Hapuskan standar kerja yang menggunakan quota numerik. Mutu tidak dapat diukur dengan hanya mengkonsentrasikan pada hasil proses. Bekerja. untuk mengejar quota numerik sering menyebabkan terjadinya pemotongadan penyusutan mutu. 12. Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas keahliannya. Hal ini perlu dilakukan dengan menghilangkan sistem penilaian dan penghitungan jasa. Deming telah berupaya keras menentang sistem penilaian yang mana diyaklni menempatkan pekerja dalam kompetisi antara satu dengan yang lain dan merusak kerja tim. 13. Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan peningkatan kualitas kerja. Semakin tahu, orang akan semakin giat bekerja.Staff yang berpendidikan baik adalah mereka yang memiliki semangat untuk meningkatkan mutu. 14. Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformasi. Transformasi menuju sebuah kultur mutu adalah tugas setiap orang. la juga merupakan tugas terpenting dari manajemen C. KEGAGALAN MUTU 1. Sebab-Sebab Kegagalan Mutu Untuk menentukan akar dan penyebaran sebuah masalah, diperlukan sebuah upaya untuk mencari data-data kegagalan dan melakukan pemeriksaan secara teratur. Dan kesalahan yang sering kali terjadi dalam dunia pendidikan adalah kurangnya penelitian dan analisa terhadap sebab-sebab rendahnya tingkat pencapaian tujuan, serta belum terwujudnya penelitian dan analisa tersebut sebagai subyek. a. Kegagalan mutu pendidikan disebabkan oleh : Desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem danprosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumberdaya yangkurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai. b. Kegagalan Umum : Masalah sistem, kebijakan, atau sumberdaya c. Sebab-sebab khusus masalah mutu bisa mencakup kurangnya pengetahuan dan ketrampilan anggota, kurangnya motivasi, kegagalan komunikasi, atau masalah yang berkaitan dengan perlengkapan-perlengkapan. 2. Peran Manajer dalam Menangani Kegagalan Mutu sebab kegagalan mutu dan memperbaikinya adalah tugas kunci seorang manajer.Sudah terlalu sering solusi atau orang yang tidak tepat ditugaskan untukmemecahkan masalah. Juga sudah terlalu sering individu dipersalahkan dengankesalahan yang bukan salah mereka. Dalam kasus-kasus sedemikian, merekaberubah menjadi frustasi ketika usahanya tidak dihargai. Resume Pendapat : JOSEPH JURAN 1. ATURAN 85/15 Manajemen Joseph Duran : Aturan 85/15 . Juran adalah 'guru' manajemen pertama dalam menghadapi isu-isu manajemen mutu yang lebih luas. Dia yakin, seperti Deming, bahwa kebayakan masalah mutu dapat dikembalikan pada masalah keputusan manajemen. Saat mempertimbangkan peran kepemimpinan dalam mum, aturan 85/15 dari Joseph Juran menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan. Juran menyatakan bahwa 85 persen masalah-masalah mutu dalam sebuah organisasi adalah hasil dari desain proses yang kurang baik. Sehingga, penerapan sistem yang benar akan menghasilkan mutu yang benar. Dengan demikian, menurutJuran, 85 persen masalah merupakan tanggungjawab manajemen, karena mereka memiliki 85 persen kontrol terhadap sistem organisasi. 2. MANAJEMEN MUTU STRATEGIS Untuk membantu manajer dalam merencanakan mutu, Juran telah mengembangkansebuah pendekatan disebut Manajemen Mutu Strategis (Strategic Quality Management).SQM adalah sebuah proses tiga-bagian yang didasarkan pada staf pada tingkat berbeda yang memberi kontribusi unik terhadap peningkatan mutu. Manajemen senior memiliki pandangan strategis tentang organisasi; manajer menengah memiliki pandangan operasional tentang mutu; dan para karyawan memiliki tanggungjawab terhadap kontrol mutu. Ini adalah sebuah ide yang cocok diterapkan dalam konteks pendidikan dan mirip dengan gagasan yang telah dikembangkan oleh Consultant at Work dalam upaya meningkatkan mutu dalam pendidikan. John Miller dan rekan-rekannya di Consultant at Work berpendapat bahwa manajer senior -Dewan Rektor-perlu menggunakan manajemen mutu strategis dengan cara menemukan dan menyusun visi, prioritas, dan kebijakan universitas. Manajer menengah -para Dekan-bertanggungjawab terhadap jaminan mutu, dengan melibatkan diri dalam koordinasi informasi dalam tim penyusun mata pelajaran dan secara sistematis memeriksa efektifitasnya serta menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut kepada tim penyusundan manajemen senior. Kontrol mutu dilakukan oleh para staf -Guru-yang beroperasidalam tim penyusun mata pelajaran yang mendesain karakteristik dan' standar program studio Dengan demikian, mereka dapat memenuhi kebutuhan para pelajar. Resume Pendapat : PHILIP CROSBY A. LANGKAH PHILIP CROSBY MERAIH MUTU Empatbelas langkah Philip Crosby Untuk meraih Mutu. 1. Komitmen Manajemen yang dikomunikasikan dalam bentuk statemen kebijakan. 2. Membangun team peningkatan mutu. 3. Mengukur mutu yang sudah dicapai. 4. Mrngukur biaya mutu. 5. Membangun kesadaran mutu 6. Pelatihan bagi pengawas mutu. 7. Menyusun metodologik yang sistematik. 8. Membentuk tiem tugas dengan agenda kegiatan yang dibuat dengan sangat hati- hati. 9. Menyelenggarakan hari tanpa cacat. 10. Menyusun tujuan atau goal. 11. Menghapuskan sebab-sebab kesalahan 12. Memberikan apresiasi dan penghargaan bagi mereka yang berprestasi. 13.Mendirikan dewan mutu. 14.Lakukan lagi dan lakukan lagi. B. TANPA CACAT (ZERO DEEFECTS) Philip Crosby menegaskan bahwa standar kinerja adalah “zero defect”, sesuatu yang sempurna tanpa cacat. Prinsip “zero defect” harus menjadi sikap mental yang mendasari manajemen mutu. Oleh sebab itu pimpinan tertinggi di perusahaanlah yang harus menjadi orang pertama yang menerima dan menghargai prinsip ini. Philips Crosby merupakan seorang tokoh manajemen mutu berkebangsaan Amerika yang mempromosikan ungkapan “zero defect” dan “right first time” untuk pertama kalinya pada awal tahun 1970. Menurut Crosby mutu itu merupakan sesuatu yang gratis. Caranya adalah melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan segala sesuatunya dengan benar dari sejak awal, sehingga kesalahan, kegagalan, pemborosan, penundaan waktu, serta semua hal yang tidak bermutu lainnya dapat dihilangkan. Dengan adanya kemauan dari institusi, maka hal-hal tersebut merupakan hal dapat diwujudkan. Ide seperti itulah yang menjadi dasar pemikiran “tanpa cacat” atau yang sering kali kita dengan dengan istilah “zero defect”. Zero defect merupakan kontribusi pemikiran Crosby yang kontroversial mengenai mutu. Ide ini melibatkan penempatan sistem pada sebuah wilayah yang memastikan bahwa segala sesuatuya dikerjakan dengan benar dari sejak awal. Dalam konteks bisnis, Crosby berpendapat bahwa zero defect akan meningkatkan keuntungan dan penghematan biaya. Seperti “quality gurus” lainnya, Crosby telah berusaha keras menekankan bahwa “zero defect” merupakan sebuah hal yang mungkin untuk diwujudkan, walaupun memang sangat sulit. Zero defect tidak mengartikan bahwa kesalahan tidak pernah terjadi, namun bertujuan untuk menekan dan meminimalkan jumlah cacat maupun kesalahan yang terjadi dalam sebuah proses, dan melakukan segala sesuatunya dengan benar dari sejak awal. Tujuan utamanya adalah untuk menekan tingkat kecacatan sampai dengan nol. Setelah diterapkan di bidang dirgantara dan pertahanan, 30 tahun kemudian zero defects digunakan di dunia otomotif. Selama tahun 1990-an, perusahan besar otomotif mencoba memotong biaya produksi dengan mengurangi proses pemeriksaan dan meminta pemasok untuk meningkatkan mutu dari barang pasokannya. Manfaat akhir dari semua itu adalah Zero Defects dan metode tersebut telah diterapkan di seluruh dunia.” Philip Crosby meyakini bahwa manajemen memegang peranan penting dalam pengendalian mutu, yaitu dengen berperan sebagai sebagai penanggung jawab utama dan para pekerja hanyalah mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh manager mereka. Apabila terdapat kualitas produk yang jelek, maka para manajer-lah yang harus bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi terhadap produk tersebut. Crosby menggambarkan empat hal yang mutlak pada manajemen mutu yang lebih dikenal dengan The Four Absolutes of Quality Management yang antara lain menekankan: 1. Mutu digambarkan sebagai kesesuaian dengan persyaratan, bukan sebagai “kebaikan” atau “kerapihan” Kesepakatan akan kebutuhan-kebutuhan ini berada diantara segala sesuatu yang terlibat dalam proses. Ini merupakan sebuah bagian penting dalam mempertahankan sebuah kualitas jasa. Ketika kebutuhankebutuhan tersebut telah ditentukan secara jelas, proses untuk memeriksa apakah segala sesuatunya telah terpenuhi akan menjadi mungkin. 2. Sistem yang menghasilkan mutu adalah “pencegahan”, bukan “pemeriksaan” Gagasan yang diberikan Crosby adalah dengan melakukan tindakan pencegahan, yaitu melakukan segala sesuatu dengan benar dan berkelanjutan dari sejak awal. Dengan demikian maka kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan pemborosan waktu serta semua hal yang tidak bermutu lainnya dapat dihilangkan jika ada kemauan dari institusi untuk mencapainya. 3. Zero defect merupakan standar mutu Pada prinsip yang ketiga ini, Philip Crosby menegaskan bahwa standar kerja adalah “zero defect”, sesuatu yang sempurna tanpa cacat. 4. Pengukuran dari mutu adalah harga ketidaksesuaian dan bukan indeks. Crosby menekankan bahwa ada harga yang harus dikeluarkan untuk setiap kesalahan yang terjadi. Harga tersebut diantaranya meliputi waktu pengecekan, pengerjaan ulang, material serta biaya pekerja yang terbuang sia-sia, pendapatan yang seharusnya dapat diterima dan biaya yang dikeluarkan karena kekecewaan yang dirasakan oleh konsumen. Selain itu, sering kali kesalahan yang terjadi juga mengakibatkan terjadinya penundaan waktu pada area kerja lain. Dalam industry jasa, Crosby memperkirakan bahwa biaya yang ditimbulkan dari kesalahan tersebut dapat mencapai 40% dari budget tahunan. C. PROGRAM CROSBY 1. Management Commitment – inisiatif mutu haruslah diperlihatkan DEMING oleh top level manajemen, serta dikomunikasikan dalam sebuah kebijakan mutu yang singkat, jelas dan dapat dicapai 2. The Quality Improvement Team - tim peningkatan kualitas memiliki tugas untuk mengatur serta mengarahkan program yang akan diimplementasikan melalui institusi, namun tugas untuk mengimplementasikanya merupakan tanggung jawab tim dalam masing-masing bagian. 3. Quality Measurement - pengukuran mutu diperlukan untuk mengukur ketidaksesuaian yang terjadi maupun yang akan terjadi dengan cara melakukan evaluasi dan perbaikan. 4. Cost Of Quality - biaya mutu terdiri dari biaya kesalahan, biaya kerja ulang, biaya pembongkaran, biaya inspeksi, dan biaya pemeriksaan. 5. Quality Awareness - merupakan langkah untuk menumbuhkan kesadaran akan setiap orang dalam institusi. Informasi mengenai program yang dilakukan untuk peningkatan kualitas haruslah dikomunikasikan. 6. Corrective Action - tindakan perbaikan dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah mutu yang terjadi. Untuk menentukan masalah mana yang harus ditangani terlebih dahulu, Crosby menganjurkan untuk menggunakan aturan Pareto. Masalah besar ditangani terlebih dahulu, baru kemudian diikuti dengan masalah-masalah lainnya. 7. Zero Defect Planning - merupakan salah satu cara untuk menyoroti proses peningkatan mutu. Program ini harus diperkenalkan dan dipimpin oleh quality improvement team yang juga bertanggung jawab terhadap implementasinya. 8. Supervisor Training - merupakan pelatihan yang diberikan agar para supervisor dapat memahami peranan mereka dalam proses peningkatan kualitas. 9. Zero Defect Day - ini merupakan kegiatan sehari penuh yang digunakan untuk memperkenalkan ide-ide tanpa cacat. Zero defect day juga merupakan bentuk komitmen manajemen terhadap metode tersebut. 10. Goal Setting - setelah diimplementasikan dibidang bisnis, langkah selanjutnya adalah mengajak karyawan dan atasan dibagian tersebut untuk menetapkan tujuan yang hendak dituju secara spesifik dan terukur. 11. Error Causal Removal - mendorong komunikasi karyawan dengan manajemen mengenai rintangan dan tantangan dalam membangun mutu. 12. Recognition - Crosby menyatakan akan pentingnya untuk memberikan apresiasi kepada mereka yang berpartisipasi dalam hal peningkatan mutu. 13. Quality Council - ini merupakan struktur institusional yang juga dianjurkan oleh Juran . Mengikut sertakan tenaga professional mutu untuk menentukan bagaimana masalah dapat ditangani dengan tepat dan baik adalah salah satu langkah penting. Bagian dari peran kualitas adalam mengawasi efektifitas program dan menjamin bahwa proses peningkatan tersebut terus menerus berlanjut. 14. Do It Over Again - program mutu merupakan proses yang dilakukan secara berkelanjutan tanpa akhir yang berarti memulai lagi dari awal dan lagi. SINTESIS KETIGA PENDAPAT JURAN DEMING CROSBY Kualitas Juran Kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkanoleh pengguna Dimensi Kualitas Juran a. Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk b. Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud desain dengan penyampaian produk aktual c. Ketersediaan (availability), mencakup aspek kedapatdipercayaan, serta ketahanan. Dan produk itu tersedia bagi konsumen untuk digunakan d. Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen e. Guna praktis (field use) , kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan pada penggunaannya oleh konsumen. Mutu Menurut Juran : a. Mutu Strategis, yaitu mutu produk di tingkat manajerial ( yang bersifat strategis ). . b. Mutu Teknis, yaitu mutu produk di tingkat operasional yang bersifat teknis seperti ukuran/bentuk suatu barang atau desain jasa yang diberikan terhadap konsumen. Total Quality Manajement menurut Joseph M. Juran 1. Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda managemen 2. Sasaran kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis. 3. Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking: fokus adalah pada pelanggan dan pada kesesuaian kompetisi, di sana adalah sasaran untuk peningkatan kualitas tahunan. 4. Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan. 5. Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat. 6. Pengukuran ditetapkan seluruhnya. 7. Manajer teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan sasaran. 8. Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik. 9. Sistem imbalan (reward system) diperbaiki Kualitas Menurut Juran 1. Kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna, lebih jauh Juran mengemukakan lima dimensi kualitas yaitu : a. Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk b. Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud desain dengan penyampaian produk aktual c. Ketersediaan (availability), mencakup aspek kedapatdipercayaan, serta ketahanan. Dan produk itu tersedia bagi konsumen untuk digunakan d. Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen e. Guna praktis (field use) kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan pada penggunaannya oleh konsumen. 2. Mutu adalah kesesuaian dengan penggunaan Teori Pengendalian Mutu Trilogy Juran 1. Quality planning Suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang akan menyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan pelanggan. Ini dilakukan untuk mempertahankan keloyalan pelanggan dengan cara menyediakan semua kebutuhan mereka, mengembangkan produk atau jasa sesuai dengan keinginan pelanggan, serta mengembangkan proses produksi barang dan jasa agar lebih efisien. 2. Quality control Suatu proses dimana produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah diketahui kemudian dipecahkan. 3. Quality improvement suatu proses dimana mekanisme yang sudah mapan dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi sumber-sumber, menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu, melatih para karyawan yang terlibat dalam proyek mutu dan pada umumnya menetapkan suatu struktur permanen untuk mengejar mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya. Kualitas Deming Kualitas mencakup kesesuaian atribut produk dengant untutan konsumen, namun kualitas harus lebih dari itu. Points Kualitas Deming 1. Menciptakan kepastian tujuan perbaikan produk dan jasa 2. Mengadopsi filosofi baru dimana cacat tidak bisa diterima 3. Berhenti tergantung pada inspeksi missal 4. Berhenti melaksanakan bisnis atas dasar harga saja 5. Tetap dan continue memperbaiki system produksi dan jasa 6. Melembagakan metode pelatihan kerja modern 7. Melembagakan Kepemimpinan 8. Menghilangkan rintangan antar departemen 9. Hilangkan ketakutan 10. Hilangkan/kurangi tujuan-tujuan jumlah pada pekerja 11. Hilangkan managemen berdasarkan sasaran 12. Hilangkan rintangan yang merendahkan pekerja jam-jaman 13. Melembagakan program pendidikan dan pelatihan yang cermat 14. Menciptakan struktur dalam managemen puncak yang dapat melaksanakan transformasi seperti dalam poin-poin di atas. LINGKARAN PDCA 1. Plan susun rencana mutu [perbaikan mutu] Merumuskan wewenang dan tanggungjawab, mengembangkan rencana mutu, sasaran mutu dan identifikasi aktivitas unit kerja dalam proses-proses yang diperlukan untuk mencapai hasil sesuai rencana mutu, sasaran mutu unit kerja dan kebijakan mutu organisasi. 2. Do laksanakan rencana dalam skala kecil atau pada taraf uji coba Melaksanakan dan menerapkan prosedur-prosedur kerja dan instruksi kerja sesuai aktivitas yang telah terjadi dalam unit kerja bersangkutan. 3. Check periksa kelemahan-kelemahan dan perbaiki Memantau dan mengukur proses dan hasil yang terjadi apakah sesuai dengan rencana mutu, sasaran mutu, persyaratan produk yang telah ditetapkan, mengevaluasi dan melaporkan hasilnya. 4. Act laksanakan sepenuhnya dgn semua perbaikan Mengambil tindakan perbaikan terhadap proses-proses yang tidak sesuai hasilnya dan berupaya untuk meningkatkan perbaikan terhadap proses-proses yang tidak sesuai secara berkesinambungan sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja unit kerja yang bersangkutan PDCA DALAM MUTU 1. Standar Kualitas 2. Struktur Input 3. Struktur Proses 4. Kepuasan Pasen 5. Struktur Hasil Kualitas Philip Crosby kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan produksi jadi. Kemutlakan Kualitas Crosby 1) kualitas harus disesuaian sebagai kesesuaian terhadap kebutuhan-kebutuhan, bukan sebagai kebaikan, juga bukan keistimewaan 2) sistem untuk menghasilkan kualitas adalah pencegahan bukan penilaian, 3) standar kerja harus tanpa cacat, bukan “cukup mendekati tanpa cacat” 4) pengukuran kualitas merupakan harga ketidaksesuaian, bukan pedoman. Karena itu, menurut tokoh yang sangat terkemuka dengan gagasan kualitas ini, bahwa manajemen adalah penyebab setidak-tidaknya 80 % masalah-masalah kualitas di dalam organisasi. Karena itu, satu-satunya jalan memperbaikinya adalah melalui kepemimpinan manajemen. Vaksin Kualitas Crosby (Quality Caccine) 1) Tujuan: manajemen merupakan satu-satunya alat yang akan mengubah citra organisasi 2) pendidikan: membantu semua komponen organisasi mengembangkan satu pengertian umum tentang kualitas dan memahami peran mereka masing-masing di dalam proses perbaikan kualitas 3. penerapan: membimbing dan mengarahkan program perbaikan. Satustunya jalan memperbaiki masalah kualitas dalam organisasi adalah melalui kepemimpinan manajemen. KESIMPULAN PENULIS Setelah membaca dan menganalisa dengan sekasama Buku TQM dari Edward Sallis, pada prinsipnya, tiga guru kualitas, yaitu Philip Crosby, Edward Deming dan Joseph Juran menyatakan bahwa komitmen yang harus dibangun dalam setiap diri terhadap kualitas adalah pemahaman bahwa : 1. Kualitas merupakan kunci ke arah program yang berhasil. Kurang perhatian terhadap kualitas akan mengakibatkan kegagalan dalam jangka panjang. 2. Perbaikan-perbaikan kualitas menuntut komitmen menajemen sepernuhnya untuk dapat berhasil. Komitmen kepada kualitas ini harus terus-menerus. 3. Perbaikan kualitas adalah kerja keras. Tidak ada jalan pintas atau perbaikan cepat. Menuntut perbaikan budaya bagi organisasi secara keseluruhan. 4. Perbaikan kualitas menuntut banyak pelatihan. 5. Perbaikan kualitas menuntut keterlibatan semua karyawan secara aktif, dan komitmen mutlak dari manajemen senior Walaupun lembaga pendidikan telah melaksanakan manajemen dari sejak keberadaannya, namun lembaga pendidikan perlu meningkatkan inovasi-inovasi manajemen dalam upaya meningkatkan kualitasnya. Diilhami keberhasilan konsep-konsep TQM yang dilahirkan untuk peningkatan mutu produksi di pabrik, nampaknya lembaga pendidikan sangat perlu untuk menerapkan konsep TQM dalam dunia pendidikan. Apabila dunia industri meningkatkan mutu produknya berupa benda mati, lain halnya dengan lembaga pendidikan, dimana yang diproduksi berupa benda hidup (bergerak), sehingga nampaknya sangat urgen bila konsep TQM yang diaplikasikan kepada lembaga pendidikan untuk dikembangkan kembali, karena bagaimanapun produk pabrik yang pasif tidak sepenuhnya bisa disinkronisasi dengan produk pendidikan yang aktif. Disamping itu barometer terhadap kepuasan pelanggan dalam dunia pendidikan masih menimbulkan penilaian yang agak abstrak, hampir sama juga dengan kurang jelasnya pengukuran kualitas output yang dihasilkan lembaga. Masyarakat pedalaman akan merasa puas terhadap prosesi kegiatan belajar mengajar, bahkan terhadap output dari lembaga tersebut karena hanya anaknya bisa sekolah, dana yang relatif murah, dan karena anaknya bisa baca dan menulis. Lain lagi dengan di perkotaan, tentunya akan lain lagi kepuasan pelanggan terhadap pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran-ukuran tersebut sangat kondisional dan tidak ada ukuran yang relatif sama dengan ukuran kualitas barang yang tidak bergerak. Tapi walau bagaimanapun konsep-konsep TQM saat ini masih sangat relevan untuk peningkatan kualitas lembaga pendidikan, walaupun kita masih perlu melengkapi konsep tersebut dari segala kekurangan-kekurangannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts