Senin, 01 Desember 2014

tqm

1. Konsep Mutu Menurut Joseph Juran Joseph Juran merupakan salah seorang pelopor dalam manajemen mutu. Dia termasyhur dengan keberhasilannya menciptakan “kesesuaian dengan tujuan dan manfaat”. Dalam hal ini, dia menunjukkan bahwa produk atau jasa mungkin sudah sesuai dengan spesifikasinya akan tetapi belum tentu sesuai dengan tujuannya. Spesifikasi mungkin salah atau tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan. Juran adalah guru manajemen pertama dalam menghadapi isu-isu manajemen mutu yang lebih luas. Dia yakin bahwa kebanyakan masalah murtu dapat dikembalikan pada masalah keputusan manajemen. Aturan 18/15 dari Juran menjadi ssesuatu yang sangat dibutuhkan dalam mempertimbangkan peran kepemimpinan dalam masalah mutu. Artinya bahwa 85 persen masalah merupakan tanggungjawab manajemen , karena mereka memiliki 85 persen control terhadap system organisasi. Untuk membantu manajer dalam merencanakan mutu, Juran telah mengembangkan sebuah pendekatan disebut manajemen mutu strategis (Strategic Quality Management). SQM adalah sebuah proses tiga-bagian yang didasarkan pada staf pada tingkat berbeda yang memberi kontribusi unik terhadap peningkatan mutu. 1) Manajemen senior memiliki pandangan strategis tentang organisasi; 2) manajer menengah memiliki pandangan operasional tentang mutu; dan 3) para karyawan memiliki tanggungjawab terhadap control mutu. Ini adalah sebuah ide yang cocok diterapkan dalam konteks pendidikan dan mirip dengan gagasan yang telah dikembangkan oleh Cosultant at Work dalam upaya meningkatkan mutu dalam pendidikan. Juran juga menganjurkan penggunaan sebuah pendekatan tahap demi tahap untuk menyelesaikan masalah dalam meningkatkan mutu (step by step improvement) 2. Konsep Mutu Menurut Philip Crosby Dalam manajemen mutu, nama Philip Crosby selalu diasosiasikan dengan dua ide yang sangat menarik dan sangat kuat. 1) Ide bahwa mutu itu gratis. Menurut Crosby, terlalu banyak pemborosan dalam system saat mengupayakan peningkatan mutu. 2) Ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu serta semua hal yang tidak bermutu lainnya bisa dihilangkan jika institusi memiliki kemauan untuk itu. Hal tersebut adalah gagasan ‘tanpa cacat’ nya yang kontroversial. Crosby menegakan bahwa tanpa cacat adalah sebuah hal yang dapat diwujudkan , meskipun memang sangat sulit. Tanpa cacat (zero defects) adalah konstribusi pemikiran Crosby yang utama dan kontroversial tentang mutu. Ide tersebut adalah sebuah ide yang sangat kuat dan komitmen untuk selalu sukses serta menghilangkan kegagalan. Bagi Crosby hanya ada satu standar yaitu kesempurnaan. Tugas peningkatan mutu dalam pendidikan adalah membangun system dan struktur yang menjamin terwujudnya metode tersebut. Program Crosby yang mendasar dalam sebuah program mutru adalah: 1. Komitmen Manajemen (Management Commitment). 2. Membangun tim peningkatan Mutu (Quality Improvement team). 3. Pengukuran Mutu (Quality Measurement). 4. Mengukur biaya Mutu (The Cost of Quality). 5. Membangun kesadaran Mutu (Quality Awareness). 6. Kegiatan perbaikan (Corrective Actions). 7. Perencanaan tanpa cacat (Zero Defects planning). 8. Menekankan perluanya pelatihan pengawas (Supervisor Training) 9. Menyelenggarakan hari tanpa cacat (Zero Defects Day). 10. Penyusunan tujuan (Goal setting). 11. Penghapusan sebab kesalahan (Error-Cause Removal). 12. Pengakuan (Recognition). 13. Mendirikan Dewan-Dewan Mutu (Quality Councils). 14. Lakukan lagi (Do It Over Again). 3. Konsep Mutu Menurut W. Edward Deming W. Edward Deming melihat bahwa masalah mutu terletak pada masalah manajemen. Terdapat 14 poin W. Edward Deming yang termasyhur mengenai filsafat baru tentang mutu dan seruan terhadap manajemen untuk merubah pendekatannya, sebagai berikut : 1. Ciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa dengan tujuan agar bisa kompetitif dan tetap berjalan serta menyediakan lowongan pekerjaan-pekerjan. 2. Adopsi falsafah baru. 3. Hindari ketergantungan pada inspeksi massa untuk mencapai mutu. 4. Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga. 5. Tingkatkan secara konstan system produksi dan jasa. 6. Lembagakan pelatihan kerja. 7. Lembagakan kepemimpinan. 8. Hilangkan rasa takut. 9. Uraikan kendala-kendala antar departemen. 10. Hapuskan slogan, desakan, dan target, serta tingkatkan produktifitas tanpa menambah beban kerja. 11. Hapuskan standar kerja yang menggunakan quota numerik. 12. Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas keahliannya. 13. Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan peningkatan kualitas kerja. 14. Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformasi. Selanjutnya, terdapat lima penyakit yang signifikan dalam konteks pendidikan. Karena lima factor tersebut dapat digunakan dalam menganalisa hal-hal yang mencegah munculnya pemikiran baru, yaitu: 1. kurang konstannya tujuan. 2. Pola pikir jangka pendek. 3. Berkaitan dengan evaluasi prestasi individu melalui prose penilaian atau tinjauan kerja tahunan. 4. Rotasi kerja yang terlalu tinggi. 5. Manajemen yang menggunakan prinsip angka yang tampak. 4. Sintesis Ketiga Pendapat Diatas Konsep Joseph Juran, Philip B. Crosby, dan W. Edward Deming merupakan rujukan yang sangat penting tentang bagaimana cara meningkatkan mutu. Meskipun mereka memiliki perbedaan-perbedaan dalam langkah-langkah dan teori yang harus dilakukan oleh manajemen, namun terdapat banyak hal yang saling melengkapi antara mereka, baik dalam pemikiran maupun dalam kesimpulan umum mereka. Konsep-konsep yang mereka kemukakan adalah menggunakan pendekatan secara filosofis dan praktis, terutama konsep Philip B. Crosby yang pendekatannya dapat diterapkan sebagai suatu rencana kegiatan yang sangat praktis untuk menuju mutu yang lebih baik. Pada prinsipnya, ketiga teoritikus diatas memiliki pemikiran yang sama dalam peningkatan mutu, dimana mereka meletakkan peran manajemen pada peringkat tertinggi sebagai “The man behind work”. Mereka menggambarkan bahwa peran manajer merupakan hal yang paling utama dalam peningkatan mutu dan menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan, karena dialah yang memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk menetapkan kebijakan serta mendesain sebuah system. Namun demikian, keterlibatan semua unsur dalam peningkatan mutu sebuah institusi atau organisasi tetap diperlukan. Hal ini adalah hal yang krusial menuju sukses dan merupakan poin yang disepakati oleh semua para ahli mutu tersebut. Selanjutnya, mereka berpendapat bahwa konsep yang paling ideal dalam peningkatan mutu, yaitu dengan menggunakan metode pendekatan jangka panjang dan harus dilakukam dengan cara tahap demi tahap (Step by step improvement). Isu penting tentang mutu yang dikemukakan oleh Joseph Juran, Philip B. Crosby, dan W. Edward Deming adalah terletak pada kepuasan pelanggan. Mereka menyatakan bahwa ukuran kesuksesan yang sebenarnya yaitu kegembiraan dan kepuasan para pelanggan.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts